Share

Bab 139

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nyawa Gallen berada di ujung tanduk. Sementara ia masih belum mampu menguasai diri.

"Galleeen!"

Dari kejauhan, Regan memekik kencang ketika kapak di tangan Pites bergerak turun. Senjata mematikan itu mengunci leher Gallen sebagai titik sasaran.

Tertatih-tatih Regan memburu Gallen, tetapi gerakannya terlalu lambat.

"Tidaaak!"

Regan menutup mata dengan tangan. Ia tidak sanggup menyaksikan bagaimana kepala Gallen berpisah dari raganya.

Ting!

"Aakh!"

Ketegangan kian mencekam dengan terdengarnya suara denting besi beradu dan jerit kesakitan.

"Amankan dia!"

Entah siapa yang berteriak. Regan tak ambil tahu. Ia nyaris pingsan dan jatuh terduduk, berpikir bahwa ia baru saja kehilangan partner kerja terbaik yang pernah dimilikinya.

"Maafkan aku, Gallen! Maafkan aku! Ini semua salahku!"

Dalam kegelapan dan dekapan lara yang menyenak dada, Regan terisak. Ia menyalahkan diri sendiri atas nasib buruk yang menimpa Gallen.

Namun, sejurus kemudian,
Lathifah Nur

Hai sobat readers, cek selera yuk! Gaya penulisan seperti apa yang sobat readers sukai? 1. Berbunga-bunga/puitis, biasanya banyak menggunakan majas dan juga diksi yang unik. Terkadang dibutuhkan pemikiran lebih mendalam untuk memahami rangkaian kata-kata di dalam cerita. 2. Sederhana dan lugas, gaya seperti ini terkesan simpel dan mudah dipahami, cenderung menggunakan kata-kata dan istilah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tidak banyak menggunakan permainan diksi serta tidak bertele-tele. Hayyooo ... lebih suka yang mana? Kalau author sih tergantung genre cerita. Saat menulis roman, author suka yang No. 1. Tapi untuk kisah Gallen/male book, author pakai yang No. 2. Menurut sobat readers, apa perlu ganti gaya ke No. 1? Yuk tuliskan pendapat sobat readers di kolom komentar. Terima kasih. (PS. Pendapat sobat readers akan jadi bahan pertimbangan author dalam menulis male book di masa depan.)

| 2
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
May N
No. 2 author
goodnovel comment avatar
PI - Z
Gabung 2 tapi jgn bertele2
goodnovel comment avatar
Desh Siregar
bagaimana kalo author gabung saja gaya 1 dan 2? biar lebih seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 140

    Darah Gallen mendidih mendengar rencana keji Pites. Tangannya refleks melayang.Plak!Tamparan keras mendarat di pipi Pites.Lelaki itu sungguh tidak layak disebut sebagai manusia. Bagaimana bisa dia berencana menjadikan kepala manusia sebagai mainan dan pakan hewan?Nuraninya pasti sudah mati!"Hatimu sangat busuk!" umpat Codet, "Menyesal aku tak menghabisimu tadi."Codet ikut geram dengan ocehan pongah Pites."Ayo bawa dia ke kantor polisi sekarang!" timpal Regan, tak kalah jengkel dari Gallen dan Codet."Tidak usah!" cegah Gallen, "Penjara terlalu nyaman untuknya.""Terus, apa rencanamu?"Gallen tak langsung menyahuti pertanyaan Regan. Ia menoleh pada Codet."Codet, ular berbisa peliharaanmu semakin berkembang, kan? Dengar-dengar kau juga menambah koleksi baru. Kau pasti kerepotan mengurus mereka. Jadi ya ... biarkan dia bekerja untukmu!""Ah, ya, ya ... aku baru saja meng-import ular viper bersisik gergaji dari India." Pites meneguk lu

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 141

    "Singkirkan atau selamanya kau akan mematung di sini!"Gallen berbisik dengan nada penuh penekanan. Sorot matanya dingin dan mengintimidasi."Ya, ya. Akan kusingkirkan! Akan kusingkirkan!"Tangan gemetar Malik bergerak tak teratur, memasukkan kembali gepokan uang miliknya ke dalam kantong. Beberapa kali ia gagal menyimpan uang itu dalam posisi yang benar sehingga ia harus mengulangnya, lagi dan lagi.Dia tidak mau mati berdiri di pelataran parkir sebuah klub malam."Sekarang sudah tidak ada uang di tanganku," lirih Malik seraya memasang tampang bingung dan memelas."Bagus! Kau berjanji akan memberikan apa pun yang kuminta. Betul?""Ya, ya. Apa pun!""Bagaimana kalau kau bohong?""Tidak! Aku tidak akan berani melakukan itu. Kau bisa memegang kata-kataku.""Aku tak percaya. Manusia oportunis sepertimu mudah sekali berbalik arah. Jaminan apa yang bisa kau berikan?"Malik tercekik perasaan putus asa. Dia berurusan dengan orang yang salah dan tidak mudah diajak kompromi. Kali ini riwayatnya

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 142

    Wajah yang terbaring di atas ranjang rumah sakit itu masih tampak tak berdarah. Sesekali keningnya mengerut, menahan rasa sakit yang terbawa ke alam mimpi.Mentari telah menyingsing di ufuk Timur, menampakkan senyum malu-malu dari balik bukit.Kilau emasnya menembus kaca jendela, lalu bergerak perlahan, menyusup ke dalam ruangan. Sejenak cahaya kekuningan itu berhenti di atas ranjang dan membelai wajah penghuninya.Regan terjaga. Sebelah tangannya bergerak refleks melindungi mata.Gallen baru saja masuk dengan membawa seporsi bubur untuk sarapan pagi. Dia tersenyum menyadari Regan sudah bangun."Bagaimana perasaanmu pagi ini?" tanyanya seraya berjalan mendatangi Regan.Ditariknya sebuah kursi, lalu duduk di sana."Aku benci terikat dengan selang ini," keluh Regan, menatap sebal pada jarum IV yang terpasang pada tangan kirinya."Seharusnya kau bangga. Itu adalah bukti dedikasimu pada negara."Regan melengos. "Kenapa kau membawaku ke Rumah Sakit? Aku lebih suka kau membawaku pulang darip

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 143

    Keluar dari kamar, Gallen sudah berpenampilan rapi. Ia mengenakan kemeja polos berwarna marun dengan celana abu-abu gelap.Sebuah tas sandang berukuran kecil tersampir di pundaknya."Kakak mau ke mana?" tanya Falisha, terlihat tidak senang dengan rencana kepergian Gallen.Bagaimana akan senang kalau faktanya Gallen baru saja pulang, kemudian berniat hengkang lagi dari rumah.Akhir-akhir ini Falisha merasa kebersamaan mereka semakin berkurang karena kesibukan Gallen.Entah apa yang lelaki itu lakukan hingga nyaris tak lagi punya waktu untuk keluarga. Lagaknya seperti seorang pengusaha yang supersibuk saja."Oh, aku ada urusan di luar kota. Mungkin tidak pulang dalam beberapa hari. Tolong jaga ayah untukku ya!" Gallen menyahut sambil memasang sepatu. "Kalau ada apa-apa, beritahu aku!""Kakak semakin sibuk sekarang. Apa pekerjaan seorang OB sesibuk itu hingga tak ada waktu buat keluarga?"Gallen tercenung, tapi belum waktunya bagi Falisha untuk mengetahui kebenaran tentang identitasnya."

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 144

    Setelah melewati penerbangan selama satu jam setengah, Gallen dan Kenzie menginjakkan kaki di ibukota negara.Sebuah taksi membawa mereka ke hotel begitu keluar dari bandara."Kita masih punya waktu untuk sedikit bersenang-senang sebelum acara lelang dimulai," kata Kenzie, melirik arloji di pergelangan tangannya. "Mau keluar sebentar?"Gallen melempar pandang pada jam dinding. Kenzie benar. Mereka masih bisa santai menikmati hari selama dua jam. Pasti akan sangat membosankan bila terus mengurung diri di kamar hotel."Boleh. Kebetulan aku merasa sedikit lapar.""Ah, aku tahu makanan enak yang bisa kita coba."Kenzie tampak bersemangat. Ia merapikan rambutnya dengan bersisirkan jari sambil bersiul menghadap cermin.Gallen hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol sahabatnya itu."Aku masih ngantuk. Makan di resto hotel saja ya?""Eh! Serius nggak mau keluar?""Waktu luangnya juga tidak terlalu banyak. Yang penting bisa isi perut.""Kita tidak mesti makan di resto. Kita pesan saj

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 145

    "Kau gagal?" Kenzie menyodorkan segelas jus anggur pada Gallen saat dia kembali ke meja."Aku harus mencari tahu siapa lelaki muda pengganggu itu dan mematahkan tulangnya.""Lupakan saja! Tidak baik terlalu kejam pada karakter kecil," tegur Kenzie, "Lihat ke sana! Dia wanita yang tadi kau ikuti, bukan?"Kenzie mengarahkan lirikan matanya pada meja di sisi kanan, baris kedua dari depan."Hem ... sepertinya iya.""Aku sempat mendengar seseorang menegurnya.""Benarkah? Apakah itu 'Bibi Elle'?"Kenzie menggeleng, lalu berkata dengan nada setengah berbisik, "Dia adalah Bellona Hopkins."Pffft!Gallen menyemburkan seteguk jus anggur dari mulutnya."Jangan bercanda! Itu sama sekali tidak lucu!""Terserah padamu apakah kau bercaya atau tidak. Aku hanya mengatakan apa yang kudengar."Kenzie mengalihkan pusat perhatiannya pada pembawa acara. Lelaki berkumis tipis itu sedang menjelaskan deskripsi barang yang akan segera dilelang.Gallen terus memikirkan perkataan Kenzie. Bibi Elle, Bellona Hopki

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 146

    Sebuah cincin permata tersemat di jari manis tangan kanan Gallen. Di bawah cahaya lampu, permata pada cincin tersebut terlihat seperti kuntum mawar hitam merah darah. Rupanya cantik dan eksotis, tetapi terkesan misterius.Gallen menyesap sisa jus anggur dalam gelasnya seraya memosisikan mata cincin ke arah panggung. Dia harus mengabadikan momen berharga tersebut."Hei, Nak! Tundukkan pandanganmu! Wanita di atas panggung itu lebih pantas menjadi ibumu."Seorang lelaki dengan rambut yang mulai memutih menegur Gallen. Lelaki itu duduk di sebelah meja Gallen.Jarak mereka kurang dari satu meter, tetapi suara lelaki itu cukup keras hingga menarik perhatian orang-orang yang duduk di sekitar mereka.Kini banyak mata yang menatap sinis pada Gallen setelah memindai penampilannya."Zaman sekarang, ada orang yang tidak pandai menempatkan diri. Dia mengira dirinya merak, padahal hanya seekor gagak," timpal rekan semeja lelaki berambut putih itu."Kau benar! Dia bahkan menulikan telinga dari nasih

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 147

    "Kau gila, Bro! Tega banget membuat orang tua itu nyaris kena serangan jantung." Kenzie berkata lirih tanpa mengalihkan pandangan dari panggung."Sesekali orang tua bermulut ember seperti itu perlu diberi pelajaran. Di usia yang sudah bau tanah, seharusnya dia lebih banyak mengingat Tuhan, bukan mengomentari kehidupan orang lain." Gallen menimpali dengan nada datar dan santai.Di atas panggung, Bellona memamerkan barang yang berhasil dibelinya. Kilat sinar blitz menerangi senyum semringah wanita itu.Gallen menegang. "Itu benar-benar dia!" gumamnya, menoleh pada Kenzie. Seakan meragukan penglihatannya, dia bertanya, "Wanita yang turun dari panggung itu Bellona Hopkins kan, Kenz? Bukan hanya ilusiku saja?""Tidak, Bro! Matamu jernih. Itu memang Bellona Hokpins.""Wow! Dia penjahat yang bersembunyi di balik topeng malaikat, tapi aku malah bekerja sama dengan perusahaannya.""Huh! Aku tidak ingat pernah meminta persetujuanmu untuk bekerja sama dengannya.""Bukan kau, tapi Hanum.""Ah, ya

Bab terbaru

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 448

    "Nyonya Bellona Hopkins?!" seru Gallen, kaget. "Tidak. Anda datang pada waktu yang tepat. Mari bergabung bersama keluargaku!""Iya, Nyonya. Ayo duduk sini!" Kimi menjemput Bellona."Terima kasih!" Bellona merasa terharu dengan sambutan Gallen dan keluarganya. "Sebenarnya, aku ke sini ingin minta maaf pada Gallen atas namaku dan juga Atha. Aku terlalu serakah dan mementingkan anakku.""Seorang ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Itu bisa dimaklumi, Nyonya," sahut Gallen. "Kami juga minta maaf karena telah melaporkan Anda dengan beberapa tindak kejahatan yang tidak Anda lakukan."Wajah Gallen kecut, merasa bersalah."Itu bukan kesalahanmu sepenuhnya. Wanita berhati iblis itu yang sangat pandai menipu orang." Muka Bellona menggelap. "Kalau aku tahu Bibi Rose menggunakan wajahku untuk berbuat jahat, aku pasti telah lebih dulu menyeretnya ke penjara. Dia benar-benar licik!""Dia pasti mempelajari keterampilan make-up saat berada di Korea Selatan," timpal Kimi."Betul. Itu ar

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 447

    Gallen melangkah gontai memasuki rumah. Ia melewati Grizelle yang duduk santai di ruang tengah begitu saja.Namun, ketika sudut matanya menangkap bayang Grizelle saat hendak menaiki tangga, ia berbalik.Tanpa malu-malu ia merebahkan diri dan meletakkan kepala di pangkuan Grizelle yang duduk berjuntai di atas sofa.Grizelle mengelus rambut Gallen yang jatuh ke kening."Kamu dari mana saja? Aku sangat khawatir. Teleponmu tidak aktif."Gallen merogoh saku, mengeluarkan ponsel. "Ck! Baterainya habis.""Sini! Kubantu mengisikan dayanya.""Nanti saja! Aku masih mau seperti ini." Gallen menaruh ponsel di atas meja, lalu melingkarkan lengan pada pinggang Grizelle.Saat hatinya sedang galau dan pikiran kacau, berbaring di pangkuan Grizelle bikin nyaman.Wangi vanila berpadu dengan aroma alami tubuh Grizelle menghadirkan perasaan tenang di hati Gallen.Setelah cukup lama menikmati kehangatan pangkuan Grizelle, Gallen bangkit. Mengecup kening Grizelle."Terima kasih. Bersamamu, aku selalu merasa

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 446

    "Kenapa? Kaget? Hahaha ...."Wanita itu tak peduli dengan keberadaan polisi dan tangannya yang terbogol. Ia tertawa, seperti telah kehilangan kewarasannya.Gallen bukan hanya kaget, tapi syok. Tak menyangka orang yang selama ini dikenalnya begitu baik dan berada di pihaknya, ternyata merupakan dalang dari segala kemalangan yang menimpa keluarganya."Bibi Rose, katakan bahwa ini tidak benar!""Hahaha ... sayangnya, inilah kenyataannya."Gallen menggeleng-geleng. Masih sulit memercayai kebenaran yang terpampang di depan mata."Kenapa, Bi? Bukankah nenekku selalu memperlakukan Bibi dengan baik?"Gallen masih ingat, walaupun samar, neneknya tidak pernah memperlakukan Bibi Rose dengan kasar.Rianna bahkan memercayai Bibi Rose menjadi pelayan pribadinya. Neneknya bahkan tak pernah perhitungan dalam membelikan pakaian dan memenuhi kebutuhan Bibi Rose.Tapi lihat balasan yang diberikan wanita itu! Hanya pengkhianatan terhadap keluarganya."Baik? Cih! Nenekmu bahkan lebih licik dari seekor rub

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 445

    "Bro, target memasuki perangkap. Kau ingin melihat langsung?""Aku sudah berada di lokasi. Di mana kau?"Gallen berdiri di belakang sebuah tiang besar, mengawasi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil.Wanita itu memakai setelan tunik dan celana panjang yang terlihat modis. Sehelai masker dan kacamata hitam berbingkai lebar menutupi wajahnya yang lonjong.Sebuah topi bulat dengan hiasan sekuntum bunga teratai mekar meneduhi wajahnya yang tersembunyi dari terik matahari."Arah jam sembilan."Gallen mengerling ke titik yang disebutkan. Tampak bayangan Regan duduk di belakang roda kemudi, berlagak sedang membersihkan dashboard. Namun, matanya sering kali mengerling ke pintu gerbang."Aku pada titik jam satu."Pandangan keduanya segera bertemu begitu Gallen menutup panggilan telepon.Regan tersenyum seraya mengangguk ringan.Wanita itu telah memasuki lobi hotel. Regan mengikuti dari belakang layaknya juga seorang pengunjung.Gallen berjalan memutar. Memasuki hotel lewat pintu khusu

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 444

    "Laura, memaafkan dan kembali bersama adalah dua hal yang berbeda! Jangan mengharapkan lebih dari apa yang dapat kuberikan dan pantas untuk kau dapatkan!"Binar di mata Laura sirna seketika. Tatapannya luruh ke tanah."Tapi aku masih sangat mencintaimu, Gallen! Tak bisakah kamu menceraikan istrimu dan kembali padaku?""Laura, rumah tangga bukan hanya tentang rasa cinta, tapi tentang komitmen dan saling percaya."Cinta adalah ungkapan rasa hati. Dan asal kau tahu, hati itu sangat rapuh. Mudah sekali terbolak-balik, seperti musim yang terus berganti."Sementara komitmen adalah keteguhan hati dalam memegang janji suci. Tak peduli sekuat apa semesta mengguncangnya, ia tak akan berubah. Tetap setia melewati berbagai cobaan dan rintangan."Namun, sekali komitmen itu hancur, maka yang tersisa hanyalah serpihan tak berwujud, dan tak akan pernah bisa kembali utuh seperti semula."Kau bukan hanya telah menghancurkan komitmen cintamu denganku, Laura, tapi juga telah membuangnya. Apa lagi yang bi

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 443

    Hening!Orang itu tak menyahuti perkataan Gallen. Ia sama sekali tak membantah tuduhan Gallen."Siapa kau?"Gallen menekan beberapa titik di punggung orang itu dengan gerakan cepat. Mengunci tubuhnya agar tak bisa melarikan diri."Kamu apakan badanku, hah?! Lepaskan aku!"Gallen terkesiap. Ternyata sosok yang bersembunyi di balik coat panjang dengan kepala tertutup hoodie lebar itu adalah seorang perempuan."Kau tidak akan ke mana-mana sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan darimu," bisik Gallen, dengan nada penuh penekanan.Beberapa pasang mata, dari orang-orang yang melintas hendak keluar masuk Rumah Sakit, mengerling curiga pada Gallen.Gallen pindah ke hadapan wanita itu. Tegak dengan sebelah tangan bersembunyi dalam saku celana.Posisi mereka seperti dua orang kenalan yang saling bercengkerama.Keinginan wanita itu untuk kabur dari Gallen melebihi kuatnya terjangan ombak yang mengempas batu karang. Sayang, sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan."Tolong, lepaskan aku! Aku janj

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 442

    "Ada apa ini? Kenapa semua terlihat canggung?" tanya Grizelle, merasa tak enak hati karena masuk tanpa mengetuk pintu."Ah, itu hanya perasaanmu saja!"Gallen menyongsong Grizelle, mengambil alih tas berukuran kecil, yang berisi pakaian Kimi."Instingku tak pernah salah," bisik Grizelle. "Aura ruangan ini agak aneh."Gallen tersenyum simpul. Ia akui Grizelle memiliki kepekaan yang luar biasa. Pantas saja ia tak pernah gagal dalam menyelidiki kasus kliennya."God! Ayah juga di sini?" seru Grizelle, bergegas menyalami Grath. "Huh! Sekarang aku tahu kenapa ruangan ini terasa aneh. Ternyata Adam dan Hawa bertemu kembali setelah terlempar dari surga ke belahan dunia yang berbeda.""Greeze, apa yang kamu katakan?" Pipi Kimi merona merah.Perumpamaan yang disematkan Grizelle pada dirinya dan Grath menurutnya terlalu berlebihan."Wah, Ayah juga sudah sembuh? Luar biasa! Memang ya ... lelaki akan melupakan segala rasa sakit dan kesedihannya begitu melihat senyum menawan sang istri," imbuh Griz

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 441

    "Penjahat seperti David Kyler tidak akan mampu menyentuhku, Bu. Ibu tidak perlu mencemaskan aku. Pikirkan saja kesehatan Ibu! Ibu harus segera sembuh.""Kamu juga tidak perlu mengkhawatirkan aku secara berlebihan."Gallen meraih jemari Kimi. "Bu, aku takut. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Ibu, aku akan merasa bersalah seumur hidup. Aku akan dihantui perasaan menyesal.""Gallen, tidak ada yang perlu disesali dari sebuah takdir. Cepat atau lambat, kita semua akan meninggalkan dunia ini.""Aku tahu, Bu. Tapi aku akan menyesal karena aku belum sempat mempertemukan Ibu dengan ayah.""Kamu tidak perlu melakukan itu, Gallen." Kimi melengos. Matanya terasa panas."Kenapa? Apa Ibu tak lagi mencintai ayah?""Bukan. Bukan karena itu. Seumur hidupku, aku hanya mencintai satu orang pria. Dan Pria itu adalah ayahmu."Aku tidak pernah mencintai lelaki lain, dan tidak akan pernah bisa.""Tapi, kenapa Ibu tidak mau bertemu dengan ayah? Selama ini ayah juga menderita, Bu."Kimi berusaha untuk dudu

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 440

    Bugh!Tendangan Gallen melempar David hingga menghantam dinding dan menyebabkan dinding itu jebol."Bawa dia!" titah Gallen pada dua orang anak buah Kenzie yang menonton aksinya."S–siap, Komandan!"Mereka gugup melihat kehebatan Gallen. Tak terbayang jika mereka yang berada di posisi David. Mengerikan.Cepat-cepat mereka mengangkat sosok David yang tergeletak di tanah.Suara dering ponsel memecah kesunyian di kamar isolasi Grath.Thomas meninggalkan komputer yang memuat laporan perkembangan kesehatan Grath. Berjalan sedikit menjauh setelah membaca nama Gallen pada layar monitor."Firasatku tidak enak menerima panggilan telepon darimu pagi-pagi begini," ujar Thomas dengan suara lirih."Apa istriku bersama Kakek? Aku tidak bisa menghubunginya.""Tidak. Ada apa?""Kek, kalau Grizelle datang menemui Kakek, tolong minta dia untuk ke rumah ibuku, mengambil baju. Ibuku dirawat di Rumah Sakit.""Ibumu dirawat?! Apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?""Ceritanya panjang, Kek. Aku masih ada

DMCA.com Protection Status