Home / Thriller / Rumah Atmaja / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Rumah Atmaja: Chapter 31 - Chapter 40

86 Chapters

31. Ujian Cinta

Bagas masih menatap ponselnya. Berita yang baru saja dia terima membuatnya termenung lama. Meski dia tak menyukai Nana, namun mendengar dia meninggal dengan tragis tetap membuat sudut hatinya sedih.Bagas merasa bersalah karena tak bisa memberi hatinya untuk Nana. Mau bagaimana lagi, hati lebih tahu dimana dia ingin dilabuhkan dan bertahan.Ting.Sebuah notifikasi berhasil mengalihkan lamunan Bagas. Dahi Bagas mengerut, rahangnya mengeras. Kini tugasnya semakin banyak, selain mengungkap misteri di keluarganya kini dia harus ekstra menjaga Nawang karena Kevin sudah berkeliaran di Banjarnegara."Mas."Bagas berusaha tersenyum ketika melihat kedatangan Nawang."Iya.""Belum berangkat?""Belum. Nantilah.""Jangan gitu Mas, mentang-mentang jadi bos malah jadi pemalas.""Hehehe. Enggak gitu Sayang. Aku cuma bera
Read more

32. Darah Lebih Kental

Bagas menatap potretnya dengan Nawang. Bahkan dia tak bisa membendung lagi air matanya. Binawan sendiri hanya bisa diam pun dengan Bisma dan Binna. Kejadian hari ini menambah daftar guncangan pada keluarga Atmaja. Dari mulai kematian Bowo, Betty yang berada di RSJ, Bestari yang kini dipenjara dan kini Budi yang sedang diperiksa terkait dugaan percobaan penculikan.Genta masih sibuk mengurusi kasus ini. Dia sudah mengerahkan beberapa polisi hutan untuk mencari keberadaan Nawang.Bagas segera mengambil kunci mobilnya, dia harus bertemu dengan Budi."Gas, kamu mau kemana?" tanya Binawan."Bagas harus dengar sendiri dari mulut Budi, kenapa dia sampai mengumpankan istri Bagas, Eyang. Bagas gak percaya hanya karena masalah dia ditipu oleh rekan kerjanya sampai dia harus mengorbankan Nawang. Kalau dia memang butuh uang, ada Bagas. Bagas siap membantunya. Harusnya dia minta tolong. Toh, Bagas bisa menggunakan warisan Eyang. Apa susahnya menganggap Ba
Read more

33. Rindu

Bagas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sampai di parkiran rumah sakit, Bagas segera bergegas mencari ruangan dimana eyangnya dirawat. Tubuh Bagas melemas melihat kondisi eyangnya yang nampak rapuh."Den.""Den Bagas."Wanto dan Maman dengan setia menunggui juragan mereka."Mbah Maman, Eyang gimana?" tanya Bagas khawatir."Den Bagas masuk aja, biar langsung bicara sama dokternya," saran Mbah Maman.Bagas menuruti saran Mbah Maman. Sampai di dalam ruangan eyangnya Bagas bertemu dengan dokter yang menangani sang kakek."Dokter, bagaimana keadaan Eyang saya?""Kami sudah berusaha, semua tergantung Allah."Jantung Bahas berdetak lebih kencang, ia segera melangkah mendekati Binawan."Eyang," sapa Bagas lembut.Binawan mencoba membuka matanya, tubuhnya terlihat tak bertenaga. Berbagai peralatan penunjang kehidupan melekat pada tubuhnya."G-gas ....""Iya Eyang.""Ber-janjilah, ka-mu
Read more

34. Sang Mantan

Tepat satu bulan, Nawang belum juga ditemukan. Pihak kepolisian sudah menghentikan pencarian setelah lima belas hari mencari tanpa hasil. Tapi tidak dengan Bagas, hampir setiap hari dia menyusuri anak sungai, berharap bertemu dengan Nawang, berharap ada suatu keajaiban yang datang.Bagas masih menatap aliran sungai ketika semak-semak di sekitarnya bergerak. Bagas waspada, ternyata seorang kakek tua sedang membawa tumpukan ranting kayu.Bagas dan kakek itu sedikit terkejut, terutama Bagas, karena wajah kakek itu sedikit mirip dengan eyangnya. Bima tersenyum ke arah Bagas yang ditanggapi Bagas dengan masih diam."Kamu sedang apa? Kok bengong? Saya bukan hantu."Bagas mengejapkan matanya, " Oh, maaf Kakek. Saya cuma sedikit terkejut."Bima tersenyum, dalam hati dia sudah menduga kalau lelaki muda yang ada di depannya salah satu anggota Atmaja. Dia mirip sekali dengan Binawan ketika masih muda."Kamu cari apa?"Bagas menatap Bima, "Istri
Read more

35. Bekerja Sama

Tok. Tok.Tok.Pintu kamar Bagas diketuk dengan keras, membuat Bagas akhirnya terbangun. Bagas mengernyit mencoba menyadarkan diri dimana dia sekarang? Ah, kamarnya yang terletak di rumah utama. Bagas pun akhirnya mengingat mengapa dia sampai tidur di sini bukan di paviliun."Den, Den Bagas bangun! Den, Den, bangun! Ada Berita lelayu, Den." Wanto, masih menggedor-gedor pintu kamar Bagas.Bagas menggeliat kemudian bangun untuk membuka kunci kamarnya. Tampaklah Wanto dengan mimik muka yang terlihat takut dan cemas menjadi satu."Kenapa? Siapa yang meninggal?""Den Seruni.""Apa?! Maksudnya?" tanya Bagas bermaksud mempertegas pendengarannya."Den Seruni ditemukan meninggal Den. Lokasinya dekat kebun Atmaja," terang Wanto.Bagas tak bisa menyembunyikan raut terkejutnya. Kok bisa?"Kamu yakin itu Seruni?""Yakin Den, soalnya saya yang mengantar Den Seruni sampai mobilnya. Tapi, semalam Den Seruni tidak mau saya antar ke
Read more

36. Mencari Bukti

Bestari sedang duduk sambil menyandar di tembok. Suara riuh tiga teman satu sel-nya tidak terlalu ia tangapi. Pikirannya menerawang jauh entah kemana. Dan yang jelas hatinya rindu. Rindu pada suaminya. Belahan jiwa yang tak pernah bisa ia miliki hatinya. Bestari semakin sedih, di masa tuanya. Ia malah menghabiskan waktu di penjara tanpa suami, anak ataupun cucunya. Hampir setengah tahun Bestari di penjara tetapi tak ada satu pun yang mau menjenguknya. Bahkan Binna yang selama ini ia lindungi, ia beri limpahan materi pun kini tak mau menjenguknya sama sekali."Kamu sama sekali melupakan ibu, Binna. Padahal dulu aku selalu menjaga kamu dan Betty. Dengan tanganku aku merawat kalian berdua, Bagus juga. Tapi ... apa yang kudapat dari kalian semua. Bagus membangkang, dia malah memilih Cempaka. Sedangkan kamu dan Betty ... ah, aku lupa Betty pun sekarang gila hahaha."Bestari menangis, dia sungguh merindukan anak-anaknya, keluarganya. Tiba-tiba saja ada salah satu sipir wanit
Read more

37. Tidak Terduga

Juminten meladeni tiga anggota Atmaja dengan berdebar-debar. Dia sedikit takut tapi memilih pura-pura tidak tahu."Bagas gak ikut, Bu?" Bisma memulai percakapan."Sepertinya tidak, buktinya hanya ada kita bertiga.""Oh."Hening. Ketiganya makan dalam diam. Juminten sendiri sudah kembali ke dapur. Dari sela-sela pintu, Juminten mengamati interaksi ketiga Atmaja."Kenapa, Ju?" bisik Narti."Gak papa Budhe. Cuma Juminten bingung, Den Bagas kok gak mau ikut?" Juminten sengaja berbohong, padahal sejak tadi dia mengamati tiga Atmaja dengan keingintahuan yang besar."Den Bagas sepertinya masih marah sama Den Budi, sudahlah bukan urusan kita. Tugas kita hanya melayani mereka sebagai Majikan bukan mengurusi urusan mereka." Narti kembali ke aktivitas mencuci piringnya sedangkan Juminten masih menatap ketiga anggota Atmaja dengan penuh keingintahuan hingga dia berpikir untuk apa ikut campur. Lagian Juminten hanya pembantu bukan calon anggota kel
Read more

38. Duel Langsung

Bagas masih duduk memandang sekelilingnya. Lagi, usaha pencariannya tidak berhasil. Bahkan orang yang ia suruh pun belum menemukan hasil.Bagas menatap hamparan lautan hijau kebun milik eyangnya. Mata tajamnya menatap awas setiap aktivitas di sekelilingnya. "Pagi Den Bagas.""Pagi.""Pagi, Den.""Pagi."Sesekali Bagas menjawab sapaan dari para pemetik teh atau lalu lalang orang yang lewat. Tanpa Bagas sadari dari kejauhan ada sepasang mata dengan bulu mata lentik sedang menatapnya dengan penuh kerinduan. Selintas saja semua orang yang menatapnya dengan cermat akan mengatakan jika dia cantik. Sayang, saat ini dia memakai caping dengan wajah ditutupi kain seperti kebanyakan pemetik teh yang lain. Sehingga tak ada yang menyadari kalau orang itu adalah Nawang.Nawang menatap suaminya dari kejauhan. Ingin sekali dia berlari dan menghampiri suaminya. Tapi Bima melarang Nawang untuk menampakkan diri. Nawang, Erlangga dan Kinanti kini t
Read more

39. Sedikit Terurai

Wanto sedang ke mushola untuk melaksanakan sholat subuh sementara Bagas masih tertidur. Semalaman Bagas tak bisa tidur akibat rasa sakit pada seluruh tubuhnya. Wanto dengan sabar dan setia menemani Bagas.Pintu ruangan Bagas terbuka, ada seseorang memakai seragam petugas kebersihan dan masker mendatangi ranjang Bagas.Dia membersihkan ruangan sambil sesekali menatap sang suami. Ketika ruangan telah selesai dibersihkan, Nawang mendekati Bagas."Kamu harus kuat, aku dan putramu membutuhkanmu, Mas. Tetaplah hidup," bisik Nawang lalu mengecup pipi sang suami. Dia segera pergi karena takut ketahuan.Samar-samar Bagas melihat seseorang yang membuka pintu. Namun, karena rasa lelahnya Bagas memutuskan untuk tidur lagi.Nawang keluar kamar Bagas dan cukup terkejut mendapati Budi dan Wanto yang sedang berjalan menuju ke kamar Bagas. Nawang pura-pura biasa saja dan memilih segera berlalu. Budi sedikit tertegun. Entah kenapa perawakan tukang bersih-bersih itu
Read more

40. Permintaan Maaf Budi

Wanto membantu Bagas turun dari mobil. Setelah lima hari dirawat akhirnya Bagas diperbolehkan pulang."Den, mau ke kamar Den Bagas atau paviliun?""Paviliun aja, To.""Baiklah."Wanto akhirnya membantu Bagas memutar ke samping melewati jalan setapak menuju ke paviliun."Makasih, To," ucap Bagas ketika sudah membaringkan diri di ranjang."Sama-sama, Den. Den Bagas mau Wanto ambilkan apa? Atau mau makan apa?"Bagas menggeleng dan memilih untuk memejamkan mata. Wanto yang paham, Bagas butuh waktu untuk istirahat, memilih keluar dari kamar Bagas.Sampai di depan pintu kamar Bagas, rupanya Maman sudah menunggunya. Kedua bapak dan anak itu berjalan menuju ruang depan."Den Bagas tidur?""Iya, Pak.""Syukurlah. Kamu sana istirahat juga biar Bapak yang nungguin Den Bagas. Kebetulan semua tugas bapak sudah selesai bapak kerjakan.""Iya, Pak."Wanto akhirnya memilih pulang dulu ke rumahnya sementara Maman menuju ke kamar Bagas.
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status