Semua Bab Bukan Jodoh Pilihan: Bab 21 - Bab 30

61 Bab

21. Dua Hati

“Kenapa Tiara? Kenapa bukan aku? Bukankah harusnya Tuhan tahu kalau aku membutuhkan Mas Gilang. Bukan kamu!”“Aku gak tahu! Tuhan selalu punya rencana untuk setiap hamba-Nya.”Kami terdiam lagi. Cukup lama keheningan menyelimuti kami berdua.“Apa kalian melakukan itu dengan perasaan cinta? Atau hanya sebatas kebutuhan biologis?”“Apa ...?” Aku terbelalak mendengar pertanyaan Amanda. Namun mau tak mau pipiku menghangat. Oh tentu saja percintaan kami selalu panas. Gilang selalu bisa membangkitkan bara api dalam tubuhku.“Apa Mas Gilang sangat bergairah saat mencumbumu. Apa dia selalu menyebut namamu saat gairahnya tersalurkan? Apakah kalian selalu melakukannya setiap malam? Hahaha ....” Amanda tertawa sambil menangis.“Aku mencoba Tiara. Sejak kami pacaran aku mencoba menjadi gadis manis. Meski aku berkencan dengan banyak orang tapi aku selalu menjaga satu-satunya hartaku hanya
Baca selengkapnya

22. Arti Kerinduan

 “Kalau Pak Gilang sampai menangis itu artinya dia bisa mendengar Anda, Bu Tiara. Alam bawah sadarnya sudah bisa merasakan keadaan di sekitarnya. Hanya saja kondisi tubuhnya yang memang sangat lemah menyebabkan dia belum sadar. Bersabarlah dan berdoalah terus. Jangan lupa ajak komunikasi terus. Dan Bu Tiara yang harus melakukannya karena Pak Gilang selalu merespon kalau Bu Tiara yang mengajak berkomunikasi.”“Baik Dok, terima kasih.”“Sama-sama.”Sebuah elusan di perutku menyadarkanku dari lamunan.“Melamun?”“Iya, Mah.”“Kamu yang kuat ya?”“Insya Allah, Mah.”“Terima kasih sudah mau menjadi menantu mamah, menjadi istri anak mamah yang keras kepala.”“Mamah tahu, pasti sulit bagi kalian untuk saling menerima. Tapi ... mamah tidak pernah menyesal menjodohkan kamu sama Gilang.”Aku menatap Mamah
Baca selengkapnya

23. Kita Gak Jodoh

๐Ÿ Gilang ๐Ÿ“Aku cinta kamu, Mas Gilang.”“Aku cinta kamu, Mas Gilang.”“Mas Gilang, bangunlah.”Aku mencoba membuka mataku, rasanya seluruh tubuhku sakit semua. Ya Allah, aku dimana? Aku mencoba mengedarkan pandang mataku lalu tersenyum. Hem ... rumah sakit rupanya.Aku berusaha mengingat-ingat bagaimana aku bisa berada di sini. Meeting, ketemu Amanda, teriakan Amanda, Firman si tukang kompor. Ya, aku ingat semuanya. Tapi ... siapa yang setiap hari mengungkapkan cintanya padaku? Tiarakah? Senyumku tiba-tiba merekah.Suara pintu terbuka membuatku langsung memejamkan mata. Dalam hati bertanya-tanya siapa yang datang? Pelukan hangat mampir di tubuhku. Hem ... bau ini? Ah, Tiara rupanya.“Mas ... Tiara kangen. Ayo bangun dong?” Tiara berkali-kali mencium pipiku. Ingin rasanya aku loncat-loncat tapi aku masih pura-pura diam. Ingin mendengar kalimat yang s
Baca selengkapnya

24. Jodoh Pilihan Allah

Dengan telaten aku mengurut punggung Tiara. Bahkan sesekali harus ikut meringis ketika Tiara sedang merasakan sakit. Mau bagaimana lagi, setiap kontraksi datang, Tiara akan meremas lenganku. Sakit? Tentu saja sakit lah. Tapi aku harus sabar karena sepertinya sakit yang dirasakan Tiara jauh lebih hebat. Satu hal yang harus kuacungi jempol, Tiara sama sekali tak menangis atau berteriak-teriak seperti tetangga di sebelah kami.Di bangsal sebelah, ada ibu muda lain. Posisi kami terhalang tirai. Sejak tadi si ibu muda menangis, meraung-raung bahkan menjerit-jerit. Untungnya sang suami sabar dan terus memberikan semangat pada sang istri. Aku bisa mendengar bagaimana sang suami menenangkan sang istri degan kata-katanya.Tiara meringis lagi, tapi kali ini lenganku malah digigit. Meski kaget dan sakit, aku membiarkan ulah Tiara.“Dek ...?” panggilku lembut.“Ya.” Tiara menjawab sambil merintih kesakitan kemudian tersenyum.“Sab
Baca selengkapnya

25. Harta yang Paling Berharga

๐Ÿ Tiara ๐ŸAku sedang menyiapkan sarapan pagi dibantu Mbak Iyem. Papah sendiri sedang meminum kopinya sambil membaca koran. Kalau kalian bingung dengan Papah yang setiap hari menganggur, jawabannya sangat gampang. Papah adalah pensiunan. Beliau dulu bekerja di pemerintahan Kabupaten. Papah pensiun ketika usia 55 tahun, satu tahun sebelum aku menikah dengan Gilang.Tapi Papah punya usaha pertanian yang beliau geluti dari dulu hingga sekarang. Paham kan, kenapa papahku sesantai ini. Sebagai pemilik sawah, ya jelas Papah punya pegawailah. Para pegawailah yang mengerjakan semuanya. Papah sesekali menengok usahanya dan ikut terjun untuk urusan yang memang membutuhkan dirinya.“Mau langsung makan, Pah?” tanyaku pada Papah.“Nunggu Gilang aja.” Papah lalu kembali fokus pada korannya.Kulirik jam di dnding dapur. Hem ... Kebiasaan suamiku. Kalau hari minggu pasti dia berubah menjadi pemalas. Aku segera menuju kamar dan membuka pint
Baca selengkapnya

26. Epilog (Sesion 1 Tamat)

๐Ÿ Gilang ๐ŸAku menatap Tiara yang sedang mengomel dengan tatapan geli. Seperti biasa pagiku akan diwarnai dengan teriakan, omelan, gerutuan namun berakhir damai jika semuanya sudah duduk anteng di meja makan. Papah Bara yang sudah terbiasa dengan kegaduhan yang ditimbulkan anak dan cucu-cucunya hanya sesekali terkekeh kemudian fokus kembali pada bacaan korannya.“Lika, kamu masih sekolah. Gak usah sok-sokan pake liptink ah. Pake aja pelembab bibir yang warnanya natural.”“Ya ampun Mamah, 'kan ini lagi ngehits?”“Ngehits apa yang ada kamu dikira tante-tante. Esa juga, ini ngapain rambut kamu cukurnya kayak gitu, yang rapi dong. Masa numpuk di atas kayak gini.”“Mah, ini keren tahu.”“Keren apa, yang ada norak! Hira, Indra. Cepetan pake bajunya. Terus makan.”Kedua anak kembarku langsung berhenti bermain setelah mendengarkan omelan mamahnya yang gal
Baca selengkapnya

Sesion 2 : Muara Cinta Safana

Seorang gadis yang tengah memakai kebaya putih tengah menangis sesenggukan. Dia tengah meratapi nasibnya. Harusnya hari ini adalah hari bahagianya. Dia akan menikah dengan lelaki pujaannya. Sayang seribu sayang, sang lelaki baru saja mengucap janji suci dengan sahabat baiknya Mariana. Flashback "Kamu harus menikahi Mariana, Dimas. Dia hamil anak kamu." ucap Rudi, ayah angkat Safana. "Bagaimana bisa om, saya tidak mencintainya. Saya mencintai Safa." "Tapi kamu menghamilinya." "Demi Tuhan, om. Saya tidak tahu kenapa waktu itu saya bisa tidur sama dia. Pasti ulah Ana. Benar kan ini ulah kamu?" "E-enggak mas. Ana juga gak tahu." sahut Ana dengan wajah ketakutan. "Halah pasti ulah kamu, Dimas anak saya, anak baik-baik. Gak mungkin berbuat aneh-aneh sama kamu." sahut mamah Dimas dengan wajah marah. "Demi Tuhan,
Baca selengkapnya

2. Menjauh

Safana tengah melakukan perjalanan ke daerah Purwokerto. Dia berencana untuk tinggal di sana. Aslinya Revan dan Andini memintanya ikut ke Surabaya tapi Safa menolak. Revan dan Andini langsung pindah ke Surabaya setelah proses perceraian antara Andini dan Rudi telah selesai sebulan yang lalu. Sementara Safa memilih masih di Jakarta sampai kontrak kerjanya habis. Safa bekerja sebagai guru TK di salah satu sekolah TK Swasta cukup ternama di Jakarta.Safa mendesah, dia sedikit memijit keningnya. Sungguh dia tak mengerti kenapa takdir hidupnya serumit ini. Tiga bulan yang lalu, dia sudah mengikhaskan hubungannya dengan Dimas. Bahkan dia sampai memblokir semua hal yang berhubungan dengan Dimas. Tetapi entah kesialan atau apa, Dimas masih mengganggunya. Safa berpikir dengan menerima cinta Fandi yang sejak dulu memang mencintai Safa dalam diam, akan menghentikan tingkah Dimas. Namun  ternyata tidak. Dimas masih terus mengejarnya tanpa lelah. Bahkan bebe
Baca selengkapnya

3. Pria Dengan Luka

Seorang lelaki berpenampilan rapi sedang berjalan melewati lobby hotel. Dia memakai kemeja putih yang dipadukan dengan jas dan celana kain warna hitam. Dasi berwarna biru tua menambah kesan tampan. Alis tebal, bibir tebal, bentuk rahang tegas serta sedikit jambang menambah kesan angkuh dan dingin. Arshaka Kusuma Wijaya, lelaki berusia tiga puluh satu tahun. Lulusan S2 Magister Ekonomi. Putra tiri Bapak Ari Widodo, salah satu pebisnis terkenal yang bergerak di bidang perhotelan dan pariwisata. Meski bukan putra kandung, tetapi Ari sangat menyayangi Shaka. Kasih sayangnya sama besarnya seperti pada kedua anak kandungnya Tania Kusumawardhani dan Tristan Adi Widodo yang kini berusia dua puluh empat dan dua puluh dua tahun. Tania sudah menikah dan sudah dikarunia putri berusia setahun. Sedangkan Tristan sedang menempuh S2 di Inggris dengan mengambil jurusan hubungan internasional. Tristan memang bercita-cita bekerja di kedutaan, makanya dia memilih jurusan itu.
Baca selengkapnya

4. Masa Lalu dan Penyesalan

Shaka masih bergelung nyaman di pangkuan sang ibu. Tingkahnya memang terkadang menggemaskan sekali. Mana ada, pria matang masih suka sekali bermanja-manja pada ibunya. Tolong salahkan saja Shaka. Salahkan kenapa di saat umur tiga puluhan, dia tidak mengikuti jejak para sahabatnya yaitu menikah dan mempunyai anak. Kalau saja Shaka mau mengikuti jejak Gilang dan Erik pasti kini pangkuan istri menjadi tempatnya berbagi dan perutnya akan menjadi dudukan bagi anaknya. Seperti yang dilakukan oleh Marchel pada Tania dan Michele pada perut Marchel. "Makanya nikah sono, Bang! Ish, gak kasihan apa sama Ayah. Lihat tuh ekspresinya Ayah. Ayah cemburu tahu?" Tania menoleh ke arah Ari yang hanya dibalas Ari dengan kekehan."Biarain! Habis kalau Tristan pulang. pasti dia monopoli Bunda juga. Kalau sudah dikamar Bunda dimonopoli sama Ayah, jadi biarin abang monopoli Bunda sebentar. Iya kan, Bun?"Ajeng hanya tertawa renyah mendengar ucapan putra sulungnya."Ck. Das
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status