Semua Bab Bukan Jodoh Pilihan: Bab 31 - Bab 40

61 Bab

5. Hamil

Hampir satu bulan Safa tinggal di Purwokerto. Dia kini bekerja di salah satu sekolah taman kanak-kanak yang cukup terkenal. Safa pun memilih ngekost. Aslinya Tiara meminta Safa tinggal di rumahnya. Tetapi atas saran Gilang dan didukung oleh Safa, akhirnya Tiara membiarkan Safa ngekost."Aku tuh aslinya pengen kamu tinggal di rumahku. Tapi ....""Tapi akan banyak fitnah kalau aku tinggal di sana, Tiar. Ada Mas Gilang. Meski aku yakin Mas Gilang itu tipe suami setia dan aku pun gak berniat jadi pelakor tetapi namanya mulut orang kan kita gak tahu."Tiara mendesah. Memang benar apa yang diucapkan Safa. Terlalu beresiko jika Safa tinggal di rumahnya. Meski Tiara yakin kalau Gilang dan Safa tak mungkin berbuat macam-macam, tetapi namanya setan pasti selalu menggoda. Dan memang lebih baik seperti ini, Safa ngekost tetapi Tiara dan Safa masih bisa bertemu dan seringnya tanpa Gilang."Gak usah dipikir, aku baik-baik saja kok." Safa dan Tiara masih be
Baca selengkapnya

6. Kisah Kelam

Tiara menggenggam tangan Safa penuh sayang. Safa berusaha tersenyum meski senyumnya terlihat terpaksa."Mau cerita gak? Siapa tahu aku bisa bantu kamu."Safa mengangguk."Dia datang bukan karena aku diperkosa atau karena aku mau. Aku sendiri bingung bagaimana bisa ngelakuin itu. Yang aku ingat, Fandi mengajakku ke acara temannya di puncak. Kami ketemu Dimas. Fandi sama Dimas hampir terlibat adu jotos. Aku memaksa Fandi pulang, tapi Fandi beralasan sudah malam. Akhirnya kami menginap tapi aku memaksa tidur di vila terpisah, Fandi awalnya menolak tapi akhirnya menerima usulku karena aku mengancam akan pulang sendiri. Dimas tiba-tiba datang, mengetuk pintu vila yang aku tempati. Bodohnya aku malah membukakan pintu. Dia minta waktu untuk bicara. Dia terus memaksaku agar kembali padanya. Aku gak mau. Dimas hampir cium aku tapi gak kejadian karena Fandi datang. Dimas mengamuk dan mengataiku wanita murahan. Dan mengejek Fandi dapat bekasnya dia. Mereka berkelahi, Fandi
Baca selengkapnya

7. Curhatan Shaka

"Iya, nanti Shaka jemput Bunda.""Kamu dimana?" Suara di seberang sana terdengar."Shaka baru selesai meeting sama klien, Bun.""Hati-hati, ya.""Iya. Assalamu'alaikum, Bunda.""Wa'alaikumsalam."Shaka segera menutup ponselnya. Dia berjalan menuju parkiran. Setelah menemukan mobilnya, Shaka masuk dan segera menutup pintu. Saat memakai sabuk pengamannya, Shaka menoleh ke sebelah kiri. Shaka tertegun, bayangan kejadian sebulan yang lalu kembali terlintas dalam benaknya. Shaka mendesah, ia sudah berusaha mencari siapa wanita yang menghabiskan satu malam penuh gelora bersamanya. Dia ingin bertanggung jawab karena sudah mengambil mahkotanya. Tetapi sampai hari ini hasilnya nihil. Detektif yang dia sewa belum menemukan titik terang siapa wanita itu. Wanita yang menjungkirbalikkan dunia Shaka. Wanita yang setiap malam membuat Shaka harus merelakan tubuhnya tersiram air dingin demi menetralkan panas tubuh akibat hasrat biologisnya.
Baca selengkapnya

8. Ngidam

Ajeng menatap sang putra dengan wajah khawatir begitu pun dengan Mbok Jum, sang asisten rumah tangga. "Udah sele—""Hoek ... hoek."Ucapan Ajeng terhenti karena Shaka lagi-lagi muntah. Ajeng semakin khawatir dengan putranya."Kha ... kamu gak papa?"Shaka menggeleng dan masih memuntahkan isi perutnya."Mbok Jum, tolong bilangin Pak Yatno buat nyiapin mobil. Pokoknya aku mau bawa Shaka ke dokter.""Iya, Bu."Mbok Jum tergopoh-gopoh ke depan mencari Pak Yatno.Lima menit kemudian, Yatno datang dan langsung memapah Shaka menuju ke mobil. Shaka langsung dilarikan ke klinik langganan keluarga.Sampai di klinik, Shaka langsung diperiksa oleh Dr. Ismoyo. "Gimana, Mas Is? Shaka kenapa?"Ismoyo adalah rekan sekaligus dokter langganan keluarga Ari. Dia menatap Ajeng dengan mimik bingung serta dahi mengerut."Gimana, Mas?""Anakmu gak papa. Gak ada masalah yang terjadi. Aku udah
Baca selengkapnya

9. Pertemuan

Bruk!Shaka langsung merebahkan diri di sofa dalam ruang kerja Gilang. Gilang sendiri hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah sang sahabat yang baru saja sampai."Naik apa?""Biasa, kereta.""Kenapa gak mobil aja? Ajak sopirmu, jadi gak kecapean di jalan.""Malas, grab sama gojeg banyak kok. Eh, nanti aku pinjem mobilmu ya? Kamu pakai punya Tiara aja.""Ckckck. Kebiasaan."Shaka memilih rebahan dengan memiringkan tubuhnya ke arah punggung sofa sementara Gilang kembali bekerja. Hampir lima belas menit Gilang bekerja tanpa suara sementara Shaka sudah tertidur pulas di sofa.Ketukan di pintu ruangannya mengalihkan fokus Gilang."Masuk."Nita masuk bersama dengan lelaki paruh baya. Gilang tersenyum. Dia berdiri dan menyambut Farhan."Om.""Om gak ganggu, kan Lang?""Enggak, Om. Ayo duduk."Farhan menuju ke arah sofa. Dia tertegun. Bahkan kini Farhan terlihat mematung. Gilang ya
Baca selengkapnya

10. Ayo Kita Kenalan

"Aaaaa."Brak!Suara motor yang menabrak pembatas jalan menggema membuat beberapa orang yang berada di sekitar berlari menghampiri."Woi! Kalau mau mati, jangan di depanku!" bentak si pengendara motor.Dia mencak-mencak akibat terjatuh karena berusaha menghindari tabrakan. Tetapi nahas, motornya malah menghantam pembatas jalan mana rusak lagi di bagian depan.Safa sendiri tampak ketakutan di dalam dekapan seseorang. Beruntung Shaka bisa berlari cepat dan menyambar Safa tepat waktu."Hei, udah belum pelukannya! Ini gimana sama motorku?!" bentak si pengendara.Shaka yang sudah bisa mengendalikan diri menatap Safa dan mengecek keadaan Safa."Kamu gak papa?"Safa hanya diam, tubuhnya masih menggigil. Refleks Shaka berdiri menyamping dan memeluk bahu Safa. Shaka lalu menatap pengendara motor."Maaf ya Mas. Nanti semua kerusakan saya ganti.""Tanggung jawab! Aku minta duitnya sekarang?""Oke, kita selesaik
Baca selengkapnya

11. Pelukan Apa Tidur?

Gilang menatap geli sahabat jomblo karatan di depannya. Shaka sedang menikmati makanan dengan sangat lahap. Meski ada beberapa luka lebam di sekitar wajah, sepertinya Shaka tak peduli. Dia terlalu sibuk menikmati makanannya."Laper, Bos.""Banget, udah lama rasanya aku gak makan seenak ini.""Ckckck. Tadi aku baru jotos kamu lima kali, masih kurang lima. Sekarang ya?"Shaka menghentikan makannya dia menatap Gilang dengan mimik memelas."Plis, biarin aku makan dulu. Laper tahu. Tiga bulan ini aku gak bisa makan enak. Apa-apa dikeluarkan. Gak lihat apa kamu? Aku sekarang kurus banget."Gilang tertawa melihat muka memelas Shaka, iya sih memang Shaka kini kurusan, mana jambang sama model rambutnya panjang bener."Habis ini potong rambut sama rapiin jambang sana!""Pasti."Shaka kembali memakan makanannya. "Habis itu, aku pukul kamu lagi. Kan kamu masih utang lima bogeman dari aku."Shaka mendengkus keras.
Baca selengkapnya

12. Ayo Kita Perbaiki Semuanya

Safa sedang duduk di ruang tengah sambil sesekali memijit pundak kirinya. Tiba-tiba ada tangan lain melakukan hal yang sama membuat Safa berjingkat karena kaget.Safa tiba-tiba menjadi kikuk."G-gak u-sah, a-aku bisa sendiri.""Udah diem aja, kan kamu capek juga gara-gara aku.""Tapi ....""Udah. Diem! Nurut aja."Shaka memijat pundak sampai bahu kiri Safa kemudian dilanjutkan ke bahu sebelah kanan. Safa hanya diam menikmati pijatan Shaka yang rasanya nyaman. Cukup lama Shaka memijat pundak Safa, membuat Safa merasa nyaman bahkan sedikit mengantuk."Udah enakan?""Eh. U-udah.""Beneran?""Iya."Shaka duduk di samping Safa. Keduanya duduk di sofa panjang. Safa otomatis menggeser duduknya membuat Shaka melirik tajam kemudian terkekeh."Gak usah takut. Maaf, kemarin aku spontan cium kamu. Aku khilaf. Maaf ya untuk semuanya. Dan untuk kejadian di puncak. Aku beneran gak bermaksud jahat sama kamu. Tapi te
Baca selengkapnya

13. Bertemu Calon Mertua

Safa membuka pintu dan kaget mendapati Shaka yang berada di depannya. Matanya yang bulat melotot mengamati Shaka yang kali ini terlihat sangat tampan. Rambutnya sudah dicukur rapi, jambangnya sudah dicukur juga sehingga menampilkan bentuk rahangnya yang tegas. "Hai, assalamu'alaikum calon istriku." Shaka mengulas sebuah senyum.Safa terpesona dengan senyuman Shaka. Tanpa dia sadari bibirnya sedikit terbuka menampilkan sosok wanita polos yang baru pertama kalinya melihat lelaki tampan.  Shaka mendesah, dia mencoba mengalihkan pandangan. Kalau menuruti kata hati, ingin sekali Shaka mendaratkan bibirnya di atas bibir Safa seperti kejadian dua hari yang lalu. Tetapi Shaka sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk bisa lebih mengontrol diri dan tak ingin melakukan kekhilafan sebelum mereka berdua menjadi halal."Ekhem, aku seneng kamu natap aku kayak gitu. Itu artinya kamu terpesona sama ketampananku, tapi please jangan kamu pasang mimik kayak gitu, Fa. Ma
Baca selengkapnya

14. Shaka VS Revan

Ketukan di pintu membuat Atun dan Safa yang sedang beristirahat selepas sholat ashar saling melirik."Siapa Mbok?""Mas Shaka?""Kan baru sejam yang lalu dari sini, Mbok. Masa ke sini lagi?""Siapa tahu, Mbak. Kan mungkin kangen," goda Atun membuat Safa tersipu malu."Ish, Mbok Atun ini. Seneng banget godain Safa.""Hehehe. Mbok buka dulu ya, Mbak.""Iya."Atun segera membuka pintu, dia sedikit terkejut melihat Revan yang datang bersama Alif. Dan tanpa salam atau pun senyum, Revan langsung menerobos masuk."Eh eh eh, kalian siapa? Kok main nyelonong sih?!" Atun berusaha menghalangi langkah Revan dan Alif namun gagal. Safa sendiri segera menghampiri Atun karena mendengar teriakannya.Safa tertegun, dia menghentikan langkahnya sementara Revan melangkah angkuh menuju ke arah Safa."Sepertinya ada yang bilang lagi kuliah. Kenapa kamu ada di sini ya?" Revan berkata dengan nada sinis."Mas Revan?" Safa ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status