Beranda / Pernikahan / Bukan Jodoh Pilihan / 24. Jodoh Pilihan Allah

Share

24. Jodoh Pilihan Allah

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dengan telaten aku mengurut punggung Tiara. Bahkan sesekali harus ikut meringis ketika Tiara sedang merasakan sakit. Mau bagaimana lagi, setiap kontraksi datang, Tiara akan meremas lenganku. Sakit? Tentu saja sakit lah. Tapi aku harus sabar karena sepertinya sakit yang dirasakan Tiara jauh lebih hebat. Satu hal yang harus kuacungi jempol, Tiara sama sekali tak menangis atau berteriak-teriak seperti tetangga di sebelah kami.

Di bangsal sebelah, ada ibu muda lain. Posisi kami terhalang tirai. Sejak tadi si ibu muda menangis, meraung-raung bahkan menjerit-jerit. Untungnya sang suami sabar dan terus memberikan semangat pada sang istri. Aku bisa mendengar bagaimana sang suami menenangkan sang istri degan kata-katanya.

Tiara meringis lagi, tapi kali ini lenganku malah digigit. Meski kaget dan sakit, aku membiarkan ulah Tiara.

“Dek ...?” panggilku lembut.

“Ya.” Tiara menjawab sambil merintih kesakitan kemudian tersenyum.

“Sab

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Jodoh Pilihan   25. Harta yang Paling Berharga

    🍁 Tiara 🍁Aku sedang menyiapkan sarapan pagi dibantu Mbak Iyem. Papah sendiri sedang meminum kopinya sambil membaca koran. Kalau kalian bingung dengan Papah yang setiap hari menganggur, jawabannya sangat gampang. Papah adalah pensiunan. Beliau dulu bekerja di pemerintahan Kabupaten. Papah pensiun ketika usia 55 tahun, satu tahun sebelum aku menikah dengan Gilang.Tapi Papah punya usaha pertanian yang beliau geluti dari dulu hingga sekarang. Paham kan, kenapa papahku sesantai ini. Sebagai pemilik sawah, ya jelas Papah punya pegawailah. Para pegawailah yang mengerjakan semuanya. Papah sesekali menengok usahanya dan ikut terjun untuk urusan yang memang membutuhkan dirinya.“Mau langsung makan, Pah?” tanyaku pada Papah.“Nunggu Gilang aja.” Papah lalu kembali fokus pada korannya.Kulirik jam di dnding dapur. Hem ... Kebiasaan suamiku. Kalau hari minggu pasti dia berubah menjadi pemalas. Aku segera menuju kamar dan membuka pint

  • Bukan Jodoh Pilihan   26. Epilog (Sesion 1 Tamat)

    🍁 Gilang 🍁Aku menatap Tiara yang sedang mengomel dengan tatapan geli. Seperti biasa pagiku akan diwarnai dengan teriakan, omelan, gerutuan namun berakhir damai jika semuanya sudah duduk anteng di meja makan. Papah Bara yang sudah terbiasa dengan kegaduhan yang ditimbulkan anak dan cucu-cucunya hanya sesekali terkekeh kemudian fokus kembali pada bacaan korannya.“Lika, kamu masih sekolah. Gak usah sok-sokan pake liptink ah. Pake aja pelembab bibir yang warnanya natural.”“Ya ampun Mamah, 'kan ini lagi ngehits?”“Ngehits apa yang ada kamu dikira tante-tante. Esa juga, ini ngapain rambut kamu cukurnya kayak gitu, yang rapi dong. Masa numpuk di atas kayak gini.”“Mah, ini keren tahu.”“Keren apa, yang ada norak! Hira, Indra. Cepetan pake bajunya. Terus makan.”Kedua anak kembarku langsung berhenti bermain setelah mendengarkan omelan mamahnya yang gal

  • Bukan Jodoh Pilihan   Sesion 2 : Muara Cinta Safana

    Seorang gadis yang tengah memakai kebaya putih tengah menangis sesenggukan. Dia tengah meratapi nasibnya. Harusnya hari ini adalah hari bahagianya. Dia akan menikah dengan lelaki pujaannya. Sayang seribu sayang, sang lelaki baru saja mengucap janji suci dengan sahabat baiknya Mariana. Flashback "Kamu harus menikahi Mariana, Dimas. Dia hamil anak kamu." ucap Rudi, ayah angkat Safana. "Bagaimana bisa om, saya tidak mencintainya. Saya mencintai Safa." "Tapi kamu menghamilinya." "Demi Tuhan, om. Saya tidak tahu kenapa waktu itu saya bisa tidur sama dia. Pasti ulah Ana. Benar kan ini ulah kamu?" "E-enggak mas. Ana juga gak tahu." sahut Ana dengan wajah ketakutan. "Halah pasti ulah kamu, Dimas anak saya, anak baik-baik. Gak mungkin berbuat aneh-aneh sama kamu." sahut mamah Dimas dengan wajah marah. "Demi Tuhan,

  • Bukan Jodoh Pilihan   2. Menjauh

    Safana tengah melakukan perjalanan ke daerah Purwokerto. Dia berencana untuk tinggal di sana. Aslinya Revan dan Andini memintanya ikut ke Surabaya tapi Safa menolak.Revan dan Andini langsung pindah ke Surabaya setelah proses perceraian antara Andini dan Rudi telah selesai sebulan yang lalu. Sementara Safa memilih masih di Jakarta sampai kontrak kerjanya habis. Safa bekerja sebagai guru TK di salah satu sekolah TK Swasta cukup ternama di Jakarta.Safa mendesah, dia sedikit memijit keningnya. Sungguh dia tak mengerti kenapa takdir hidupnya serumit ini. Tiga bulan yang lalu, dia sudah mengikhaskan hubungannya dengan Dimas. Bahkan dia sampai memblokir semua hal yang berhubungan dengan Dimas. Tetapi entah kesialan atau apa, Dimas masih mengganggunya.Safa berpikir dengan menerima cinta Fandi yang sejak dulu memang mencintai Safa dalam diam, akan menghentikan tingkah Dimas. Namun ternyata tidak. Dimas masih terus mengejarnya tanpa lelah. Bahkan bebe

  • Bukan Jodoh Pilihan   3. Pria Dengan Luka

    Seorang lelaki berpenampilan rapi sedang berjalan melewati lobby hotel. Dia memakai kemeja putih yang dipadukan dengan jas dan celana kain warna hitam. Dasi berwarna biru tua menambah kesan tampan. Alis tebal, bibir tebal, bentuk rahang tegas serta sedikit jambang menambah kesan angkuh dan dingin.Arshaka Kusuma Wijaya, lelaki berusia tiga puluh satu tahun. Lulusan S2 Magister Ekonomi. Putra tiri Bapak Ari Widodo, salah satu pebisnis terkenal yang bergerak di bidang perhotelan dan pariwisata. Meski bukan putra kandung, tetapi Ari sangat menyayangi Shaka. Kasih sayangnya sama besarnya seperti pada kedua anak kandungnya Tania Kusumawardhani dan Tristan Adi Widodo yang kini berusia dua puluh empat dan dua puluh dua tahun.Tania sudah menikah dan sudah dikarunia putri berusia setahun. Sedangkan Tristan sedang menempuh S2 di Inggris dengan mengambil jurusan hubungan internasional. Tristan memang bercita-cita bekerja di kedutaan, makanya dia memilih jurusan itu.

  • Bukan Jodoh Pilihan   4. Masa Lalu dan Penyesalan

    Shaka masih bergelung nyaman di pangkuan sang ibu. Tingkahnya memang terkadang menggemaskan sekali. Mana ada, pria matang masih suka sekali bermanja-manja pada ibunya. Tolong salahkan saja Shaka. Salahkan kenapa di saat umur tiga puluhan, dia tidak mengikuti jejak para sahabatnya yaitu menikah dan mempunyai anak. Kalau saja Shaka mau mengikuti jejak Gilang dan Erik pasti kini pangkuan istri menjadi tempatnya berbagi dan perutnya akan menjadi dudukan bagi anaknya. Seperti yang dilakukan oleh Marchel pada Tania dan Michele pada perut Marchel."Makanya nikah sono, Bang! Ish, gak kasihan apa sama Ayah. Lihat tuh ekspresinya Ayah. Ayah cemburu tahu?" Tania menoleh ke arah Ari yang hanya dibalas Ari dengan kekehan."Biarain! Habis kalau Tristan pulang. pasti dia monopoli Bunda juga. Kalau sudah dikamar Bunda dimonopoli sama Ayah, jadi biarin abang monopoli Bunda sebentar. Iya kan, Bun?"Ajeng hanya tertawa renyah mendengar ucapan putra sulungnya."Ck. Das

  • Bukan Jodoh Pilihan   5. Hamil

    Hampir satu bulan Safa tinggal di Purwokerto. Dia kini bekerja di salah satu sekolah taman kanak-kanak yang cukup terkenal. Safa pun memilih ngekost. Aslinya Tiara meminta Safa tinggal di rumahnya. Tetapi atas saran Gilang dan didukung oleh Safa, akhirnya Tiara membiarkan Safa ngekost."Aku tuh aslinya pengen kamu tinggal di rumahku. Tapi ....""Tapi akan banyak fitnah kalau aku tinggal di sana, Tiar. Ada Mas Gilang. Meski aku yakin Mas Gilang itu tipe suami setia dan aku pun gak berniat jadi pelakor tetapi namanya mulut orang kan kita gak tahu."Tiara mendesah. Memang benar apa yang diucapkan Safa. Terlalu beresiko jika Safa tinggal di rumahnya. Meski Tiara yakin kalau Gilang dan Safa tak mungkin berbuat macam-macam, tetapi namanya setan pasti selalu menggoda. Dan memang lebih baik seperti ini, Safa ngekost tetapi Tiara dan Safa masih bisa bertemu dan seringnya tanpa Gilang."Gak usah dipikir, aku baik-baik saja kok."Safa dan Tiara masih be

  • Bukan Jodoh Pilihan   6. Kisah Kelam

    Tiara menggenggam tangan Safa penuh sayang. Safa berusaha tersenyum meski senyumnya terlihat terpaksa."Mau cerita gak? Siapa tahu aku bisa bantu kamu."Safa mengangguk."Dia datang bukan karena aku diperkosa atau karena aku mau. Aku sendiri bingung bagaimana bisa ngelakuin itu. Yang aku ingat, Fandi mengajakku ke acara temannya di puncak. Kami ketemu Dimas. Fandi sama Dimas hampir terlibat adu jotos. Aku memaksa Fandi pulang, tapi Fandi beralasan sudah malam. Akhirnya kami menginap tapi aku memaksa tidur di vila terpisah, Fandi awalnya menolak tapi akhirnya menerima usulku karena aku mengancam akan pulang sendiri. Dimas tiba-tiba datang, mengetuk pintu vila yang aku tempati. Bodohnya aku malah membukakan pintu. Dia minta waktu untuk bicara. Dia terus memaksaku agar kembali padanya. Aku gak mau. Dimas hampir cium aku tapi gak kejadian karena Fandi datang. Dimas mengamuk dan mengataiku wanita murahan. Dan mengejek Fandi dapat bekasnya dia. Mereka berkelahi, Fandi

Bab terbaru

  • Bukan Jodoh Pilihan   35. Muara Cinta

    Menjalani kehidupan berumah tangga itu bagaikan naik roller coaster. Kadang naik, kadang turun, kadang landai lintasannya. Namun, semua itu selalu disyukuri oleh pasangan Shaka dan Safa. Meski terkadang keributan selalu ada tetapi mereka bersyukur, rasa cinta yang awalnya tak ada kini begitu tersemai membuat masing-masing tak pernah menyalahkan masa lalu mereka.Ya, meski pertemuan keduanya tidak baik hingga melakukan kesalahan fatal. Tetapi keduanya bertekad untuk menjalani rumah tangga dengan lebih baik. Safa yang selama ini selalu menganggap jika kisah percintaannya selalu berakhir tragis, akhirnya menemukan muara cintanya. Dia adalah Shaka. Lelaki baik yang mampu menjadikannya ratu di rumah. Meski kadang suaminya sedikit menyebalkan tetapi Safa tetap cinta. Orang kan gak ada yang sempurna termasuk dirinya. Asal dia jangan diduakan, itu sudah jadi harga mati.Dan Shaka yang selalu dibayangi kesalahan sang ayah, kini menemukan cintanya. Dia adalah Safa. Safa yang telah membuatnya ja

  • Bukan Jodoh Pilihan   34. Balas Dendam Shaka

    Hampir dua minggu Shaka dirawat setelah sadar dari komanya. Kini Shaka mulai berlatih berjalan dengan bantuan tongkat kruk. Selama seminggu sekali dia harus kontrol hingga pada bulan ketiga setelah dia sadar, Shaka sudah bisa berjalan dengan lancar meski kadang-kadang masih merasakan nyeri pada kaki yang pernah terluka.Hari ini, adalah hari persidangan akhir dari Firman untuk kasus pembunuhan berencana terhadap Amanda dan calon suaminya. Shaka datang bersama Safa, Ajeng, Ari, Revan, Gilang, Erik dan Radit.Sidang berjalan lancar karena Firman sepertinya sudah pasrah. Setelah pembacaan putusan sidang, hakim kepala mengetuk palu sebagai tanda berakhirnya sidang. Shaka menemui Firman. Firman menatap Shaka dengan penuh amarah."Puas kamu. Puas kalian?!" teriaknya dari balik kursi roda. Cedera kaki Firman lebih parah dari Shaka sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penyembuhan.Firman terus mengumpati Shaka namun balasan Shaka adalah sebuah pelukan. Membuat Firman terdiam. Bahk

  • Bukan Jodoh Pilihan   33. Shaka Sadar

    Shaka membuka matanya. Ternyata dia berada di sebuah taman yang indah. Shaka mengelilingi taman guna mencari seseorang yang bisa dia tanyai. Shaka merasa heran. Dia merasa asing dengan tempat yang dia datangi saat ini."Aku dimana? Bukannya aku kecelakaan. Safa mana?"Shaka terus saja berkeliling hingga tatapannya tertuju pada sosok lelaki yang sedang duduk di bawah pohon rindang dengan memangku seorang gadis kecil. Shaka berjalan ke arahnya. "Pak maaf. Apa Ba—"Lelaki yang dipanggil oleh Shaka mendongakkan wajah lalu tersenyum. Shaka sendiri hanya bisa mengatupkan bibirnya. Cukup lama Shaka berada dalam keterdiaman pun lelaki tua di depannya dan sosok gadis cilik yang dengan santai bergelayut manja pada pangkuan sang kakek."Kakek, aku rindu Mamah.""Iya sayang, ayok kita temui ibumu."Lelaki itu berdiri, dia menggenggam tangan si gadis cilik, bersama-sama keduanya berbalik. Baru tiga langkah kedua pasangan itu melangkah namun dicegah oleh Shaka."Tunggu. Kalian mau kemana?"Lelaki

  • Bukan Jodoh Pilihan   32. Farhan Pamit

    Revan menatap sinis pada Bayu dan Farhan. Mereka semua dipanggil ke kantor polisi terkait peristiwa tabrak lari yang dialami Shaka dan Safana. Polisi sudah menindaklanjuti laporan Revan, bahkan bukti-bukti sudah sampai di hadapan penyidik. Revan tentu saja tersenyum puas. Sudah bisa dipastikan dua orang itu akan di penjara setelah keluar dari rumah sakit. Revan sudah mendapatkan kabar jika Firman sudah sadar. Dan itu bagus. Polisi jadi bisa langsung menindak si biang onar."Jadi begitulah, Pak Farhan dan Pak Bayu. Semua bukti mengarah pada Saudara Firman terkait kecelakaan yang dialami Saudara Shaka dan istrinya. Dan satu hal lagi. Pihak kepolisian Surabaya sudah berhasil menangkap Saudara Hari. Saudara Hari sudah memberikan keterangan sejelas-jelasnya perihal kematian Saudari Amanda dan calon suaminya. Dan tentu saja, Pak Farhan pasti paham maksud saya."Sang penyelidik berhenti bicara. Dia sengaja menjeda kalimatnya. Farhan hanya bisa menunduk pasrah."Iya Pak.""Kami akan terus me

  • Bukan Jodoh Pilihan   31. Penyesalan

    Ajeng sedang menangis di bahu sang suami. Pun dengan Andini. Dia bahkan sempat pingsan saat mendengar anak dan menantunya mengalami musibah.Revan yang baru datang bersama Alif langsung menuju TKP. Kini, keduanya sedang mendengarkan kronologi kejadian yang menimpa adiknya dari salah satu petugas."Tabrak lari?" tanya Revan."Iya, Pak. Berdasarkan rekaman CCTV, di sekitar jalan yang dilewati Ibu Safa dan Pak Shaka, terekam jelas jika mobil sempat berhenti lalu tiba-tiba melaju kencang saat kedua korban hendak menyeberang.""Kurang ajar. Plat nomernya bisa dilacak?""Sedang dilacak, Pak. Kebetulan plat nomernya terbaca di CCTV. Beberapa korban yang lain juga sempat memotretnya."Revan manggut-manggut. Sang polisi pamit untuk kembali bertugas. Sementara Revan dan Alif segera masuk ke rumah sakit dan segera menuju ruang IGD rumah sakit Bunda Kasih."Pah, Mah. Om, Tante. Gimana Safa sama Shaka?"Andini langsung memeluk putranya. Dia menceritakan kondisi Safa dan Shaka."Keponakanku gimana?

  • Bukan Jodoh Pilihan   30. Firman Gelap Mata

    Firman melempar ponselnya dengan keras. Beruntung ponselnya adalah ponsel mahal sehingga tahan banting. Dia marah karena lagi-lagi akan masuk ke dalam penjara. Pasal yang ditujukan padanya saat ini adalah pencemaran nama baik, pelaku video mesum dan penyebarnya. Sementara Diana yang duduk di sofa apartemennya hanya bisa menunduk. Dia pun akan dijebloskan ke penjara dengan tuduhan pencemaran nama baik dan pelaku video mesum."Argh. Pengacara yang disewa kamu itu kenapa bisa kalah? Kamu bilang dia salah satu pengacara terbaik. Kenapa bisa kalah?""A-aku gak tahu.""Arghhhh!"Firman membanting apa saja yang ada di apartemennya. Diana sendiri lebih memilih diam. Sesekali mengelus perutnya. Ponsel Firman kembali berdering. Dengan malas-malasan dia berjalan menuju dimana ponselnya tergeletak. Nama yang tertera di layar membuat Firman mengernyit, dia segera mengangkat ponselnya."Hai, Bro. Ada a—""Polisi sudah menemukan bukti keterlibatan kamu dalam kematian Amanda dan calon suaminya. Oran

  • Bukan Jodoh Pilihan   29. Radit Menenangkan Diri

    Safa kaget ketika membuka pintu. Tampaklah Diana yang tersenyum sendu ke arah Safa."Diana.""Hai, Fa. Boleh aku masuk?"Sebelum Safa berkata terdengar suara sang ibu mertua yang menanyakan siapa yang datang."Siapa Fa?"Ajeng mendekat ke arah pintu. Saat tahu siapa tamu yang datang, wajah Ajeng yang awalnya terlihat ceria menjadi berubah. Ada rasa tak suka yang tak bisa dia sembunyikan."Hai, Tante Ajeng. Apa kabar?" Diana berusaha berbasa-basa."Baik. Ada keperluan apa kamu ke sini, Diana?" Ajeng langsung bertanya to the point."Diana cuma mau minta maaf, Tante.""Kami sudah melupakan semuanya, jadi kamu tak perlu minta maaf lagi.""Tapi Diana sungguh menyesal, Tante. Diana merasa belum lega kalau belum meminta maaf.""Tidak perlu. Cukup kamu jangan lagi muncul dalam kehidupan kami, terutama kehidupan Shaka dan Safa. Itu sudah lebih dari cukup. Kami tak meminta lebih."Diana hanya bisa tersenyum sendu. Tatapannya mengarah pada Safa yang berdiri tak jauh dari dia."Maafkan aku, Fa.

  • Bukan Jodoh Pilihan   28. Bertemu Mariana

    Safa berhenti, dia membungkuk untuk mengambil botol susu milik seorang anak yang terjatuh."Ini, Mbak botol susunya.""Iya, makasih Mbak. Maaf tadi saya— Safa."Mariana menatap kaget ke arah Safa, pun dengan Safa. Keduanya tak sengaja bertemu di sebuah mall. Semenjak hamil besar, Safa memang sering bolak balik ke toilet. Pun kali ini. Namun, dalam perjalanan kembali dari toilet, dia melihat seorang ibu yang sedang kesusahan membawa barang belanjaan sambil menggendong anaknya. Sang bayi menangis meminta susu. Sang ibu pun memberinya dengan sedikit kesusahan karena bayinya bergerak terlalu kencang hingga botol susu yang hendak Mariana serahkan malah terjatuh.Kedua mantan sahabat hanya saling terdiam. Safa yang pertama sadar, karena mendengar suara tangisan bayi."Lapar ya? Ini."Safa membantu sang bayi dengan mengarahkan ujung dot pada mulutnya. Sebelumnya Safa sudah membersihkan ujung dot dengan tissue yang ada dalam tasnya. Sang bayi yang sudah menemukan sumber makanannya berhenti m

  • Bukan Jodoh Pilihan   27. Ayah VS Anak

    Plak! Sebuah tamparan keras Farhan layangkan untuk Firman. Dia menatap putranya penuh amarah. Marisa yang melihat sang anak ditampar hanya bisa menjerit sementara Firman mengelus pipinya dengan amarah pula."Mau sampai kapan kamu kayak gini hah? Belum puas kamu dulu menghamili Desty dan Amanda. Lalu ini apa? Kamu menghamili dua wanita sekaligus."Farhan membanting foto-foto Firman sedang beradegan mesra dengan dua wanita. Yang satu bernama Laila, sekretaris Firman saat ini. Sementara satunya lagi adalah Diana."Orang tua Laila, minta kamu nikahin dia. Ayah Diana juga minta kamu bertanggung jawab. Pokoknya papah gak mau tahu. Kamu harus nikahin keduanya." Farhan masih menatap putranya dengan raut murka."Kenapa marah? Firman kan ngikutin jejak Papah. Bukannya Papah juga gitu, selingkuh sama Mamah."Plak. Tamparan lagi-lagi mampir di pipi Firman."Tapi papah hanya khilaf sekali. Setelah itu, papah menyesal dan papah bertaubat. Tapi kamu! Kamu malah menjadikan Diana alat untuk memfitna

DMCA.com Protection Status