Semua Bab Bimantara Pendekar Kaki Satu: Bab 441 - Bab 450

582 Bab

441. Lima Pendekar

“Yang kedua?” tanya Bimantara lagi.“Yang kedua Pendekar Pasir Putih,” jawab Pelayan itu.“Pendekar Pasir Putih?”“Benar, Tuan. Dia penjaga di sepanjang pantai negeri ini. Dia mengendalikan para prajurit yang menjaga garis pantai negeri ini,” jawab Pelayan itu.“Apa kehebatannya?” tanya Bimantara.“Tubuhnya bisa berubah menjadi pasir lalu pasir-pasir itu bisa menggerogoti kulit dan daging manusia hingga bolong-bolong penuh darah,” jawab Pelayan itu tampak ngeri menceritakannya.Bimantara semakin ngeri mendengarnya.“Yang Ketiga?” tanya Bimantara.“Yang Ketiga Pendekar Bunga Teratai,” jawab Pelayan itu.“Apa kehebatannya?” tanya Bimantara.“Dia memiliki senjata tusuk rambut yang sangat beracun. Bila terkena kulit manusia, maka kulit manusia seperti terbakar lalu racun-racun itu akan cepat mematikannya. Dia menguasai area hutan dan mengendalikan para prajurit yang menjaga hutan,” jawab Pelayan.Bimantara semakin bergidik ngeri mendengarnya.“Apa dia pendekar perempuan?” tanya Bimantara
Baca selengkapnya

442. Siasat Panglima Indra

“Bimantara! Bangun Bimantara!” ucap Putri Kidung Putih di ruangan Tabib Istana itu. “Tunggu saja, Yang Mulia,” pinta Tabib Istana. “Sebentar lagi dia akan sadar. Sepertinya ada gangguan di syarafnya. Mungkin dia tengah banyak pikiran hingga sakit kepalanya menyerang lalu pingsan.” Putri Kidung Putih terdiam mendengar itu. Dia memandangi Bimantara yang terbaring lemah dengan sedih. “Apa karena itulah ingatannya hilang?” tanya Putri dalam hatinya. Dia menoleh pada Tabib Istana dengan perasaan sangat khawatirnya. “Aku mohon sembuhkan segera Bimantara. Dia akan menghadapi pertarungan. Jika dia tidak sadar juga, bagaimana dia akan membuktikan pada ayah?” pinta Putri pada Tabib. “Tuan Putri tenang saja. Aku sudah memeriksa denyut nadinya. Dia hanya pingsan biasa,” jawab Tabib itu menenangkannya. Tak lama kemudian tangan Bimantara tampak bergerak-gerak. Melihatnya Tuan Putri tampak lega. “Bimantara?” Bimantara membuka matanya. “Di mana aku dan kenapa aku?” tanya Bimantara lemah. “K
Baca selengkapnya

443. Kakek Gentar

“Yang Mulia Pangeran Padama!”Pangeran Padama yang sedang duduk bersila sambil memejamkan matanya tampak terkejut mendengar panggilan itu. Dia tahu suara siapa itu. Pangeran yang terbuang itu pun membuka matanya. Gua itu tampak sunyi. Para Tetua sedang tidak ada di sana. Dia hanya sendirian untuk mendalami ilmunya. Suara tetes-tetes air tampak terdengar jelas dari langit-langit gua mengenai bebatuan gua di bawahnya.“Pendekar Tersembunyi? Tunjukkan wajahmu!”Tak lama kemudian wujud asli Pendekar itu tampak jelas di mata Pangeran itu. Padama tersenyum melihatnya.“Sudah lama kau tidak mengunjungiku di sini,” ucap Pangeran Padama.“Aku datang karena tahu kau sedang mengincar sebuah tongkat yang dimiliki pemuda pincang itu,” ucap Pendekar Tersembunyi.Mendengar itu Pangeran Padama tampak semangat. Dia lalu berdiri dan berjalan mendekat ke arahnya.“Dari mana kau tahu, mata-mata setiaku?” tanya Pangeran Padama heran.Pendekar Tersembunyi tertawa.“Kau pikir aku tidak pernah mengintaimu di
Baca selengkapnya

444. Pintu Rahasia Istana

“Jadi ini lelaki pincang itu yang Tuan Putri maksud?” tanya Kakek Gentar lalu terkekeh.“Benar, Kek,” jawab Tuan Putri.Kakek Gentar berjalan mendekati Bimantara yang sedang bertumpu pada tongkat hitamnya. Dia memandanginya dari ujung rambut ke ujung kakinya. Bimantara terdiam bingung. Dia masih mengingat siapa kakek itu sebenarnya. Dia yakin kakek itu pernah ada dalam hidupnya sebelum ingatannya menghilang.Kakek itu hendak meninju perut Bimantara, namun dengan sigap naluri ilmu bela diri Bimantara datang hingga dengan cepat dia mampu menangkap lengan kakek itu. Kakek Gentar tertawa.“Gerak refleksmu bagus juga,” puji kakek itu.Tak lama kemudian kakek itu mengarahkan tendangannya ke tongkat hitam yang menjadi tumpuan Bimantara berdiri. Lagi, dengan sigap Bimantara melompati kaki kakek itu lalu mendarat dengan selamat di lantai. Kakek Gentar kembali tertawa.“Sepertinya ilmu bela dirimu sudah mumpuni,” puji Kakek itu.Bimantara terdiam awas. Dia khawatir Kakek itu menguji ilmunya kem
Baca selengkapnya

445. Pertarungan di Dalam Gua Rahasia

“Sepertinya aku tahu apa saja ilmu yang kau kuasai,” ucap Kakek itu sambil memandangi kedua bola mata Bimantara dengan lekat.Bimantara mengernyit heran. Dia semakin curiga kalau Kakek itu memang pernah ada dalam kehidupannya sebelum ingatannya menghilang.“Dari mana Kakek tahu?” tanya Bimantara heran.Kakek Gentar berdiri.“Dari matamu,” jawab Kakek itu.“Memangnya aku memiliki ilmu apa saja?” tanya Bimantara penasaran. Dia ingin tahu apakah jawaban Kakek itu akan sama dengan penglihatannya saat meminta bantuan pada tongkat hitamnya dulu.“Kau memiliki jurus tendangan seribu, ilmu bela diri tingkat ketujuh, ilmu meringankan tubuh, dan kau memiliki dinding pembatas tak terlihat dari Pedang Perak Cahaya Merahmu,” jawab Kakek itu dengan santainya.Bimantara terbelalak mendengarnya. Ucapakan Kakek itu benar-benar sama dengan apa yang dilihatnya dari sekelebat bayangan yang didapatnya setelah tongkat hitamnya menunjukkannya.“Sayangnya, kau tidak dapat menggunakannya dengan kesadaran. Kau
Baca selengkapnya

446. Kekhawatiran Sang Ratu

Pangeran Kedua datang ke kediaman Sang Ratu. Wajahnya tampak masam, banyak menyimpan kekecewaan. Sang Ratu tahu, jika anak keduanya itu datang dengan wajah begitu, pasti dia ingin mengadu sesuatu.“Ada apa anakku?” tanya Sang Ratu heran.“Kenapa ayah melakukan ini semua?” tanya Pangeran Kedua terheran-heran.Sang Ratu menghela napas mendengarnya.“Setiap Lelaki sejati pasti tak akan keras kepala,” jawab Sang Ratu.“Aku bukannya keras kepala, Bu. Aku hanya tidak mau adikku jatuh ke tangan orang yang salah,” protes Pangeran Kedua.“Ayahmu sedang mencoba menjadi lelaki yang tidak keras kepala. Dia tidak mau memaksakan anak-anaknya seperti keinginannya. Ayahmu berusaha untuk tidak egois. Ayahmu ingin bersikpa adil terhadap anak-anaknya. Makanya dia melakukan tantangan arena pertarungan itu kepada Lelaki yang dicintai adikmu. Dengan begitu, Putri pasti akan menerima jika Bimantara kalah melawan kelima pendekar terbaik penjaga ayahmu. Lagi pula, memangnya kau percaya jika lelaki itu bisa me
Baca selengkapnya

447. Pertemuan Rahasia

Bimantara datang menghadap Sang Ratu yang sedari tadi menungguinya di ruang tengah kediaman itu. Dia langsung bersimpuh di hadapan Sang Ratu.“Ampun, Yang Mulia. Maaf telah membuat Yang Mulia menunggu,” ucap Bimantara.Sang Ratu memandangi tubuh Bimantara dari ujung rambut hingga ujung kaki.“Sejak kapan kau menjadi pincang begini?” tanya Sang Ratu tiba-tiba.Bimantara tidak tahu bagaimana kakinya bisa pincang begitu. Dia tidak ingat apapun lagi.“Aku pincang sedari kecil, Yang Mulia. Aku tidak tahu kenapa karena ketika aku masih kecil, kedua orang tuaku telah meninggal,” jawab Bimantara.Sang Ratu tampak tersentuh mendengarnya.“Malang sekali,” ucap Sang Ratu dalam hatinya. Dia pun menatap Bimantara yang masih bersimpuh di hadapannya. “Bagaimana kau bisa mencintai anak perempuanku?”Bimantara pun bingung untuk menjawabnya. Dia teringat akan perkataan Tuan Putri tentang bagaimana mereka bisa saling jatuh cinta dulu. Tuan Putri menceritakannya saat mereka melakukan perjalanan menuju is
Baca selengkapnya

448. Hari Pembalasan Pasti Tiba

Keesokan harinya, Bimantara kembali berlatih dengan Kakek Gentar di dalam gua. Setelah lama berlatih, akhirnya Bimantara berhasil mengalahkan Kakek Gentar yang menggunakan kelima jurus pendekar terbaik di kerajaan itu.“Kau telah berhasil melawan kelima jurus yang digunakan kelima pendekar terbaik itu,” ucap Kakek Gentar. “Sekarang tugasku sudah selesai.”“Terima kasih Tuan Guru,” ucap Bimantara.“Aku harap kau bisa mengalahkan mereka, karena sebenarnya ilmu yang kau kuasai lebih mumpuni dari mereka.”“Siap, Tuan Guru,” ucap Bimantara dengan semangatnya.Tak lama kemudian, Putri Kidung Putih datang bersama para pengawalnya melalui jalan rahasia.“Bagaimana Bimantara?” tanya Putri Kidung Putih pada Kakek Gentar.“Dia sudah berhasil mengalahkanku,” jawab Kakek Gentar.Putri Kidung Putih tampak senang mendengarnya. Dia pun menatap Bimantara dengan wajah senangnya.“Semoga kau berhasil mengalahkan mereka,” ucap Tuan Putri.“Aku harap begitu,” jawab Bimantara.Setelah itu, Kakek Gentar pam
Baca selengkapnya

449. Hari Pertarungan Telah Tiba

Panglima Indra kembali berkumpul dengan Pendekar Gunung Nun, Pendekar Pasir Putih, Pendekar Bunga Teratai, Pendekar Burung Merpati dan Pendekar Tersembunyi di ruangan rahasia mereka.“Yang Mulia Raja telah mengumumkan hari pertarungan itu untuk kita,” ucap Panglima Indra sambil menatap wajah mereka satu persatu. “Pertarungan itu akan dihadairi oleh para penduduk di negeri ini. Mereka akan menyaksikan langsung. Jangan sampai status kita yang selama ini diagung-agungkan penduduk, menjadi berbalik mencemooh kita hanya gara-gara kita kalah dengan Pemuda Pincang itu.”“Kau tenang saja,” sahut Pendekar Tersembunyi yang menampakkan wajah aslinya. “Kau jangan takut. Jika aku yang terpilih pertama kali untuk bertarung dengannya, sudah pasti dia akan kalah di tanganku.”“Tapi katanya diam-diam Tuan Putri telah mendatangkan seorang guru pada Pemuda Pincing itu,” ujar Pendekar Burung Merpati.Panglima Indra terkejut mendengarnya.“Siapa guru yang didatangkan Tuan Putri untuk pemuda pincang itu?”
Baca selengkapnya

450. Bimantara VS Pendekar Pasir Putih 1

“Sekarang, kita sambut para pendekar terbaik kita untuk naik ke atas panggung!” teriak Pejabat Istana itu.Riuh kembali terdengar dari para penonton. Pejabat Istana pun memanggil satu persatu para pendekar terbaik miliki istana itu dan Panglima Indra untuk naik ke atas panggung. Saat kelima pendekar dan Panglima Indra sudah berdiri di atas panggung, tepuk tangan terdengar bergema. Tanpa disadari para penonton, Pendekar Tersembunyi menatap sebentar Pangeran Padama yang duduk di tempat penonton. Pangeran Padama tampak mengangguk sedikit pada Pendekar Tersembunyi. Pendekar Tersembunyi pun tersenyum sedikit padanya.Rupanya Gavin dan Gala yang menyadari itu. Gavin dan Gala saling menatap dengan terkejut.“Apakah yang menjadi mata-mata Pangeran Padama itu Pendekar Tersembunyi?” bisik Gavin pada Gala.“Sepertinya begitu,” jawab Gala.Sementara itu, Bimantara duduk di belakang singgasana Raja dan Ratu. Dia menunggu dipanggil Pejabat Istana untuk maju ke atas panggung. Tuan Putri duduk di seb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4344454647
...
59
DMCA.com Protection Status