Home / Pernikahan / Cold And Sweet Marriage / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Cold And Sweet Marriage: Chapter 1 - Chapter 10

43 Chapters

Meninggalkan Rumah

"Aku gak mau pergi! Hiks. Huaa!" suara teriakan yang di susul dengan isak tangis itu jelas memenuhi ruang sempit mobil yang tengah melaju dengan kecepatan sedang itu."Aaa, kenapa kalian tega membuangku dengan cara seperti ini?" gadis itu-Aera tengah meratap melihat perkomplekan rumahnya yang mulai tertinggal jauh di belakang. Tak butuh waktu lama akhirnya mereka sampai dijalan raya yang ramai dengan kendaraan yang tengah lalu-lalang.Kedua tangannya masih gencar memukul-mukul kaca mobil di sampingnya. Tidak perduli jika si pemilik mobil akan marah padanya.Bangunan serta gedung-gedung bertingkat mulai menghilang dan berganti pepohonan yang rimbun di sepanjang pinggir jalan.Sudah lewat hampir dua puluh menit, tapi Aera tetap tidak mau menghentikan tangisnya dan masih setia menahan isakan yang sengaja ia buat-buat."Berisik!" lirih pria yang mengambil alih kemudi di sampingnya, meski berkata begitu dia sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari
Read more

Tinggal di Apartemen

“Sudah bangun ternyata!"  Aera memutar tubuhnya dan melihat siapakah gerangan orang yang baru saja memanggilnya, ya dia merasa dirinya lah yang di ajak bicara barusan. Dan kini ia mendapati seseorang yang sedari tadi menghilang, kini tengah berdiri tak jauh darinya tanpa menatapnya sama sekali. Reagan-sepertinya tengah sibuk dengan ponselnya. Aera segera mendekatinya, namun ia tetap menjaga jarak, mencari aman saja pikirnya. "Kenapa kau tidak membangunkanku?"  protesnya pada Reagan. Reagan melirik singkat padanya, tanpa mengeluarkan suara sama sekali ia mengedikkan bahunya. Aera berdecak pelan. Sungguh orang yang ada di hadapannya ini sepertinya sangat tidak menyukainya-pikirnya. Tak berapa lama setelah itu Reagan beranjak pergi meninggalkannya. Aera yang tidak tahu apa-apa akhirnya memutuskan untuk mengikutinya. Aera mengekor pada Reagan, tak mengindahkan tatapan para resepsionis yang terbengong begitu mendapatinya m
Read more

Tidak Buruk

“Pagi yang buruk, I’m coming!” teriak Aera seraya meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sakit karena dia salah tidur tadi malam. Jelas saja bagaimana dia bisa tidur dengan nyaman dengan suasana hatinya yang begitu buruk. “Huft, apa  yang akan aku lakukan hari ini? Hemm?” Aera bergumam sendiri.  Tangannya bergerak pelan meraih ponselnya yang tergeletak di samping bantal tidurnya. Di lihatnya dengan seksama ja yang ada di layar ponselnya. Sudah menunjukkan pukul enam pagi.  Nafas gusar terlepas dari mulutnya.  “Ini masih terlalu pagi untuk hari liburku.” “Tapi gak apa Ra. Ayo kita buat hari ini semakin buruk dan tidak berwarna dengan berbaring seharian di tempat tidur tanpa melihat siapapun, terlebih laki-laki kurang belai dan membosankan itu. Ayolah kau pasti bisa!” Aera menarik kembali selimut dan menyembunyikan seluruh tubuhnya di bawah sana. Baru saja ia hendak memejakan matanya, gemuruh kuat yang sangat ia k
Read more

Anak Kecil yang Aneh

Seperti niat awalnya tadi. Setelah berhasil mengisi perutnya, Aera kembali ke kamarnya. Berdiam diri di sana dalam sana entah sampai kapan. Mungkin sampai perutnya kembali meminta jatah. Tapi sepertinya itu akan butuh waktu yang lebih lama lagi, kini di sisinya sudah tersedia beberapa bungkus keripik kentang, dua toples kue kering serta minuman soda yang ia ambil tanpa permisi di lemari makanan dekat dapur tadi. Tidak ada yang bisa ia lakukan di sini, Ralat! Yang lebih tepatnya dia memang tidak ingin melakukan apapun di luar sana. Dia tidak kenal siapapun di sini, lagipula dia tidak suka lingkungan baru yang mengharuskan ia kembali menyesuaikan diri. "Apa yang akan ku lakukan hari ini?" lirihnya singkat. Di cek kembali ponselnya, melihat apakah ada pesan yang masuk, tapi tidak satupun dari teman-temannya yang mau mengiriminya pesan.  Rasanya kalau sudah seperti ini dia tidak akan mau cepat-cepat tamat sekolah. Lihatlah, bagaimana teman-te
Read more

Bersikap Baik

Aera terdiam sejenak untuk kembali mengumpulkan niatnya berbicara pada orang yang kini sudah ikut kumpul dengannya dan Yayas.  "Eh tuan!" Yayas menunduk hormat sejenak. Aera menghela nafas pelan, dia lupa menanyakan status pekerjaan Yayas di sini. Apakah dia menjadi satpam khusus di lantai ini saja atau tidak. Tapi, kalau dia bertugas di seluruh Apartemen juga kayaknya enggak. Soalnya dari tadi malam Aera hanya melihat Yayas berkeliaran di depan sini saja. Mungkin nanti lain waktu, dia bisa menanyakan hal itu pada Yayas. "Pagi!" sapa Reagan dengan nada santai. Berbeda sekali saat berbicara dengan Aera. Aera memicingkan matanya, melihat dengan teliti orang yang berdiri di sampingnya ini secara diam-diam. Meskipun hak itu jelas di ketahui oleh Reagan sendiri. "Kalau begitu saya permisi keliling dulu ya tuan, nona!" setelah mengatakan hal itu Yayas langsung pergi dari hadapan Aera dan Reagan.Ujung mata Aera terus mengikuti ke ara
Read more

Keributan Hari Ini

"Apa ini?" bentakan yang begitu keras memekakkan telinga itu membuat seorang anak kecil itu semakin terpojok. Tangan kecilnya bergetar pelan di balik punggungnya, kepalanya ikut tertunduk rendah. "Kalau di tanya itu jawab!" suara itu kembali menggelegar di rumah yang cukup besar ini. Tidak ada orang lain selain mereka di sana. Lebih tepatnya dua pembantu di rumah itu hanya bisa ikut diam di dalam dapur, tidak ingin ikut campur ataupun membela anak dari majikan mereka. "Maaf ma!" lirihnya pelan, hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya. "Mama udah bilang berulang kali, kamu gak usah sok kerajinan kalau akhirnya malah buat rusuh aja!" jeweran keras wanita itu daratkan di telinga anaknya. Tak menangis, anak kecil itu cukup kuat untuk menahan rasa sakit yang mamanya berikan padanya. Mungkin karena rasa sakit itu sudah terlalu sering di berikan, jadinya ia kebal? Langkah kaki yang menjauh dan suara pintu yang di buka dengan kasar
Read more

Shy

Atensi Reagan teralihkan saat menangkap pergerakan dari Aera yang masih terbaring di tempat tidur. Tidak memakan waktu yang lama, akhirnya Aera benar-benar terbangun dari acara pingsannya. "Akhh!" Aera meringis pelan, merasakan sakit-sakit yang masih tersisa di perutnya. Tapi di detik berikutnya ia terkejut saat merasakan sesuatu yang hangat di perutnya.  Aera bangkit dari tidurnya, membawa tubuhnya untuk duduk dengan benar. Betapa terkejutnya ia saat mendapati Reagan yang tengah terduduk santai sambil membaca buku di sofa kamarnya. Pandangannya kini teralihkan saat menyadari ada sesuatu yang aneh pada sekitar perutnya, matanya membulat dengan sempurna saat melihat handuk kecil yang terbalut di perutnya.  "Perutku!" lirihnya dalam hati. "Perutku!" ulanganya lagi. Mulutnya terbuka sesaat, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Aera memicingkan matanya, menatap tajam pada Reagan. Dia tahu, siapa lagi yang akan melakuka
Read more

Sapaan Tetangga yang Manis

Lirikan acuh menyambut kedatangan wanita itu begitu ia baru saja masuk. "Dari mana sih bu? Dari tadi juga aku panggillin gak nimbul-nimbul," tanyanya pelan, di sela-sela kesibukannya memainkan gawai miliknya. Wanita itu yang tak lain adalah Nella, berjalan cepat menghampiri putrinya itu. "Berhentilah bermain ponselmu! Dan pergilah mencari pasangan hidupmu! Di umurmu yang hampir menginjak kepala tiga, kau masih sibuk bermain game-game itu. Ayolah Clara, adikmu saja sudah mau menikah akhir tahun ini!" ocehnya cepat, merampas ponsel milik anaknya yang ia panggil Clara.Clara melemparkan tatapan malas sekaligus kesal pada ibunya. Setiap harinya, tanpa perasaan bosan, ibunya selalu mengungkit tentang masalah statusnya yang masih single. Tentu saja dia sangat tersinggung, selain masih ingin menikmati kehidupan mudanya, dia juga diam-diam sudah menyukai seorang pria. Dan kini ia ada di tahap mengejar pria itu. "Semoga saja cintaku tidak bertepu
Read more

Jalan Sore

Tawa dari Clara tak berhenti-henti sejak tadi, setelah mendengar Aera berceloteh mengenai kehidupan sekolahnya. Bahkan sesekali ia terbatuk-batuk di sela-sela ice cream yang ia makan. Disinilah mereka sekarang, berada di taman yang di himpit bangunan-bangunan tinggi, salah satunya Apartemen itu. Setelah melihat-melihat sejenak beberapa lantai Apartemen. Tadinya, Clara hendak mengajak Aera bercerita di pusat pembelanjaan di lantai delapan, nyatanya Aera sepertinya tidak begitu tertarik. Jelas, saat ini ia ingin melihat duni luar, setelah hampir satu harian mengurung diri di kamarnya."Kalau kau mau, kau bisa mengajakku lain kali untuk berkeliling lagi. Ya, saat hari liburku tiba!" "Baiklah kak! Kau sangat baik padaku!" Aera tersenyum di akhir kalimatnya. Mendapatkan teman yang bisa di ajak bicara seperti ini, adalah suatu kenikmatan yang di berikan Tuhan padanya.  Aera kembali menjilat ice cream rasa vanila yang ada di ujung se
Read more

Penolakan Tanpa Suara

Dentingan pelan yang timbul kala sendok itu beradu denga piring kaca, menambah sedikit suasana hening yang sedari tadi sudah tercipta. Tak ada yang berniat untuk berbicara sama sekali, menyibukkan diri dengan pemikiran masing-masing. Nyatanya semua keheningan itu berubah begitu seorang anak laki-laki berumur 14 tahunan datang bergabung di meja makan.Alih-alih mengambil duduk agar bisa bergabung di sana, ia malah pergi begitu berhasil mendapatkan makan malam miliknya. Raut wajahnya jelas sangat terlihat tidak bersahabat. Atensi wanita paruh baya dan pria yang umurnya tak jauh dari wanita itu teralihkan dari makan malam mereka, kini memilih menatap santai ke arah anak laki-laki mereka yang masih setia berdiri dengan memegang piring berisi nasi itu."Kok kamu gak duduk nak?" sang ibu-Dhina mengintrupsi agar anak laki-lakinya itu segera mengambil duduk di tempat biasanya.Masih mempertahankan mimik wajahnya, Attha-sang anak malah melenggang pergi setel
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status