Home / Pernikahan / Cold And Sweet Marriage / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Cold And Sweet Marriage: Chapter 31 - Chapter 40

43 Chapters

Mentraktir Alan yang Menggemaskan

Ini sudah malam, dan bahkan Reagan belum kunjung jua melihat batang hidung Aera di apartemen mereka.  Apa tindakannya tadi sangat menyakiti perasaannya? Sungguh Reagan merasa sangat bersalah. Tapi, ketakutan itu masih sangat menghantuinya.  Siapa yang tidak akan trauma jika hampir saja diperkosa dan mati menggenaskan di masa remaja? Reagan berulang kali menetralkan pikirannya, berulang kali berkata bahwa tidak semua perempuan seperti gadis iblis itu.  Dan dia sudah melihatnya sendiri hampir dua minggu ini, Aera tak pernah sedikitpun berusaha akan menyakitinya, bahkan gadis itu benar-benar memposisikan dirinya sebagai seorang istri. Meski dia tahu, Aera sangat terpaksa melakukannya.  Sedikit menyayat hatinya sih, mengetahui Aera masih sangat mencintai adiknya, bahkan beberapa kali ia menangkap Aera diam-diam menatap foto Dalva dengannya, mungkin mengenang masa-masa indahnya dulu dengan Dalva.  Ini sudah hampir s
Read more

Istri dan Pacar

Pada dasarnya keduanya susah saling tertarik, hanya saja butuh waktu untuk memahami dan menyadarinya. Kelopak mata indah itu terbuka dengan sempurna tatkala seseorang menepuk pelan pundaknya, beberapa menit yang lalu.Dan kini ketiganya, ya ditambah satu sosok lagi yang sedari tadi hanya sibuk memainkan ponselnya, tak terlalu mendengarkan percakapan dua orang lainnya. "Jangan berlebihan! Bahkan aku sudah terlihat sekarang," seru pria berbahaya lebar itu, Reagan pada sang lawan bicara. "Ck, tapi tetap saja aku tidak bisa tenang," balas Jarrel tak mau kalah. Sedari tadi dia sudah sibuk memberikan beberapa buah-buahan yang ia beli sebelum ke sini pada Reagan, namun sepertinya Reagan tidak perduli sama sekali. "Yang benar saja. Kau anggap aku ini orang yang sangat lemah? Pergi saja kau dari sini!" teriak Reagan tidak terima saat Jarrel memaksa menyuapi mangga yang sudah ia kupas dengan sempurna. "Aku tidak butuh perhatiaamu, itu
Read more

Cemburu?

Dengan langkah sedikit pelan, tangan mungil itu mendorong pintu apartemen yang sudah menjadi tempat tinggalnya hampir dua minggu ini. Tersenyum kecil pada Alan, mempersilahkan anak laki-laki itu berjalan di sampingnya. Sayup-sayup canda terdengar dari arah ruang tamu. Tidak ada banyak suara, yang Aera tahu, salah satunya adalah suara milik Reagan sedangkan yang satunya dia jelas tidak tahu. Yang pasti itu adalah suara milik laki-laki dewasa.  "Sebaiknya kita lebih teliti lagi dalam memperhatikan grup itu, kurasa jika memberi mereka sedikit tekanan akan bagus, mereka sangat kurang stabil saat perfom secara langsung dan- -wah!" kedua netranya membola dengan sempurna tatkala mendapati sosok gadis mungil berdiri tak jauh dari jarak mereka berdua.  Merasa penasaran, sang pemilik rumah langsung menolehkan kepalanya dan sedikit terkejut melihat kehadiran Aera yang sangat tiba-tiba dengan- Pandangan Reagan turun, melihat sosok anak kecil yan
Read more

Pecundang

"Sayang sekali Aiden baru saja pulang, niatnya dia juga ingin berjumpa denganmu, kakak ipar!" tutur Jarrel saat Aera hendak mengantarnya keluar dari apartemennya.  Sama sibuknya dengan Aiden, Jarrel pun kini harus ikut pergi dari sana karena jadwalnya yang sangat padat, membuatnya tak bisa berlama-lama bertamu. "Aiden?" ulang Aera lagi, kalau dia tak salah ingat, nama pria yang tadi berkenalan dengannya juga bernama Aiden. "Apakah mereka Aiden yang sama yang seperti kak Jarrel maksud?" tanyanya dalam hati. "Kau tidak mengenalnya kakak ipar? Wah!" Jarrel menutup mulutnya bergaya sok histeris. Lalu berteriak tertahan tatkala mendapatkan gelengan dari Aera.  "Bagaimana bisa kau tidak mengenal solois yang sedang naik daunnya di negara kita? Ya Tuhan, kau ini polos atau memang tak pernah membaca berita sih?" kesal dengan tampang cengengesan Aera, pria itu memilih mengepalkan tangan kanannya ke atas udara.  "Maaf-maaf, aku tidak begit
Read more

Terbuai Hasrat

"Tunggu!" "Kya!" pekik Aera kuat, tak bisa menahan rasa keterkejutannya tatkala mendapati kehadiran Reagan yang tiba-tiba di depan pintu kamarnya.  "Apa yang mau kau lakukan?" tanyanya lagi, berusaha menutup pintu kamarnya yang sedikit lagi akan menutup dengan sempurna, tapi sayang tinggal sayang, Reagan menahan agar pintu itu tidak tertutup  dengan kedua tangannya.  Dirinya harus benar-benar menyelesaikan masalah ini dengan Aera.  "Ada yang ingin aku bicarakan padamu!" tuturnya masih menahan pintu.  "Apapun itu, aku tidak peduli! Sana pergi! Aku mau tidur!" usir Aera, namun selanjutnya Aera melotot lebar sesaat mendapati tubuh sempurna Reagan kini sudah berhasil masuk ke dalam kamarnya.  Tubuhnya reflkes menjauh untuk berjaga-jaga Reagan akan berbuat yang tidak-tidak padanya. Ujung matanya kini sibuk mencari benda untuk ia layangkan kehadapan Reagan. Aera berjalan cepat mendekati tempat tidurnya, sebelum
Read more

Karma Untuk Dalva?

Pagi menjelang begitu cepat meninggalkan mereka yang masih tertidur nyenyak dan bermain lebih lama dengan dunia mimpinya. Namun beberapa diantaranya lebih memilih untuk bangun lebuh awal sebelum snah surya menyonsong, entah itu dikarenakan pekerjaan yang mereka miliki, ataupun permasalahan pribadi lainnya. Kedua tangan itu dengan cekatan menyusun beberapa menu sarapan yang sudah ia masak beberapa waktu yang lalu. Memiliki untuk sarapan lebih dulu, padahal ini belum masuk jadwalnya untuk sarapan. Masih terlalu dini, tapi ia mencoba tidak perduli. Pikirannya sedang berkutat keras. Siap denga sarapannya, gadis itu-Aera membawa dirinya masuk kedalam kamarnya lagi, sesudah sebelumnya meninggalkan notes kecil di atas meja. Untuk orang lain yang tinggal bersamanya.  Sejak kejadian dua hari lalu itu, Aera selalu menghindari Reagan bagaimanapun caranya. Dan salah satunya begini, bangun pagi-pagi dan sarapan dengan diam secara sendiri. Setelahnya ia akan m
Read more

Jujur Pada Aile

Ketiganya terdiam, duduk berhadapan dengan pandangan saling mengarah ke arah lain, tak banyak yang mereka bicarakan sedari tadi. Salah satu diantaranya mulai menggerakkan matanya, menilik sang sahabat yang hidungnya memerah, serta matanya yang masih sembab karena menangis tadi. Rasa simpati terus mendatanginya, memikirkan bagaimana kehidupan Aera semenjak pernikahannya. Dan semenjak itu pula mereka lost contact. Aile jelas sangat merindukan Aera lebih dari apapun, dia sudah menganggap gadis itu sebagai saudara kandungnya sendiri. Aile tak bisa membayangkan jika hal ini terjadi padanya, dirinya menikah dengan kakak dari pacarnya sendiri.Sudut matanya menangkap beberapa tanda kemerahan pada leher Aera yang hampir memudar, sungguh ia sangat terkejut. Tapi bukankah hal itu wajar bagi pasangan yang sudah menikah. Apakah Aera benar-benar sudah melakukannya dengan Reagan? Pertanyaan itu kini terngiang-ngiang di otaknya. Hembusan nafas lembut l
Read more

Berjumpa Lagi Dengan Aiden

"Mau kemana kalian pagi-pagi begini?" Aera tahu, pertemuan dirinya dengan kedua orang itu bukanlah kebetulan, pasti mereka sudah membuat janji untuk temuan.  "Kami akan pergi untuk mendaftar ulang di kampu," jawab Aile.  Aera mendengus kasar, jika mengingat pembicaraan mereka bertiga tadi. Sungguh merasa sangat iri bisa kembali belajar dan bertemu banyak orang, sedangkan dirinya hanya seperti orang bodoh yang tidak tahu harus bagaimana menghabiskan hari yang membosankan ini. Aera memilih satu tempat, si sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari taman kota, aneh memang pagi-pagi sudah ke cafe saja. Tapi mau bagaimana, dia juga tidak suka jika harus terkena paparan sinar matahari.  Saat pikirannya masih teralihkan pada beberapa orang yang masuk ek dalam cafe, ponsel miliknya bergetar serta mengeluarkan nyanyian yang ia kenali sebagai nada dering ponselnya.  Segera ia meraih ponselnya di dalam tas, kedua netranya membelalak tak
Read more

Usaha Aiden Mendekati Aera

"Bisakah kita berteman?" pertanyaan itu terlontar cepat dari bibir Aiden. Senyuman tipis turut terpatri di wajah mereka.  Kini keduanya sudah keluar dari cafe dan berada memilih tempat yang lebih privacy lagi untuk berbincang, seperti di dalam mobil Aiden ini contohnya.  Detik itu juga Aera menyesali untuk di antar oleh Aiden kembali ke apartemen. Mengharuskan dirinya kini berakhir menuju hubungan yag semakin dekat dengan Aiden.  Susah cukup saja pikirannya menjadi sakit beberapa dan batinnya tertekan semenjak menikah dengan Reagan, tentu ia tak ingin menambah kesialan lagi bukan.  "Teman?" gadis berparas cantik itu menoleh pada Aiden yang kini tengah mengemudikan mobilnya. Tersirat jelas bahwa ia tak ingin berlarut-larut terlibat dengan pria di sampingnya ini. "Ya, kenapa tidak? Kau seharusnya merasa bangga karena aku sang "solois terkenal -Aiden" mau menawarkanmu pertemanan. Jarang-jarang aku bersikap baik seperti ini," j
Read more

Perjanjian Aera dan Reagan

Sepasang tungkai itu sampai lada depan pintu apartemen Aera, sedikit memberikan senyuman perpisahan dan juga lambaian tangan yang terpaksa, Aera akhirnya memijakan kakinya masuk ke dalam. Masih sama, terasa sepi, Reagan beluk juga pulang. Jika boleh jujur, Aera sedikit merindukan pria pemilik bahu lebar itu. "Kenapa pikiranmu terus terdoktrin padanya sih Ra? Dasar menyebalkan sekali," rutuknya tak terima memukul kepalanya sendiri."Dia itu pria yang menyebalkan kau tahu? Egois dan hanya mementingkan diri sendiri, tidak tahu malu dan sangat kurang ajar!" umpatannya tak berhenti sampai di situ saja. Perhatiannya teralihkan sesaat ketika ponselnya bergetar, ada pesan masuk ke dalam sana. Meski malas melihatnya tapi pada akhirnya ia memeriksa pesan itu, dan benar saja meski itu tanpa keterangan nama di sana dia sudah bisa menebak itu dari siapa. Siapa lagi kalau bukan orang yang mengantarnya barusan. Aera dengan sangat terpaksa
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status