Share

Tidak Buruk

Penulis: Kim YuMi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Pagi yang buruk, I’m coming!” teriak Aera seraya meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sakit karena dia salah tidur tadi malam. Jelas saja bagaimana dia bisa tidur dengan nyaman dengan suasana hatinya yang begitu buruk.

“Huft, apa  yang akan aku lakukan hari ini? Hemm?” Aera bergumam sendiri. 

Tangannya bergerak pelan meraih ponselnya yang tergeletak di samping bantal tidurnya. Di lihatnya dengan seksama ja yang ada di layar ponselnya. Sudah menunjukkan pukul enam pagi. 

Nafas gusar terlepas dari mulutnya. 

“Ini masih terlalu pagi untuk hari liburku.”

“Tapi gak apa Ra. Ayo kita buat hari ini semakin buruk dan tidak berwarna dengan berbaring seharian di tempat tidur tanpa melihat siapapun, terlebih laki-laki kurang belai dan membosankan itu. Ayolah kau pasti bisa!” Aera menarik kembali selimut dan menyembunyikan seluruh tubuhnya di bawah sana.

Baru saja ia hendak memejakan matanya, gemuruh kuat yang sangat ia kenal beriring dengan getaran hebat di perutnya membua Aera kembali mendengus sebal.

“Akh, aku lupa. Aku belum mengisi perut sejak tadi malam.”

“Pantas saja kau memberontak seperti itu cacing manis.” Aera mengusap pelan perutnya dan mendekatkan mulutnya ke arah perutnya.

Anggap saja dia gila. Dia juga tidak akan keberatan sama sekali.

“Kalau sudah begini bagaimana aku bisa diam, benar bukan?” 

Setelah siap berbasa-basi dengan dirinya sendiri Aera langsung beranjak dari tempat tidurnya. Berjalan cepat menuju kamar mandi yang berada di samping ruang ganti kecil di sudut ruangan. 

“Mmmm, setelah mandi aku akan segera turun mencari makanan yang bisa ku makan.”

“Tapi kenapa rasanya rumah ini sangat sepi? Apa dia tidak memiliki pembantu satu orangpun? Atau-“ Aera dengan syok menutup mulutnya.

“Kenapa aku baru sadar? Pasti dia membawaku ke sini karena ingin menjadikanku pembantu,” pikiran yang aneh-aneh mengenai Reagan mulai berkumpul di otaknya.

“Tidak! Jika itu benar terjadi, aku akan segera kabur dari rumah ini. Lihat saja!”

Tak mau berlama-lama lagi Aera masuk ke dalam kamar mandi dan menyelesaikan kehendaknya. 

Sepuluh menit beralu. Aera keluar hanya dengan memakai handuk yang melilit menutupi bagian dadanya sampai batas atas lututnya.

“Baju apa yang harus aku pakai saat ini?” tanyanya gelisah sambil mengeluarkan seluruh bajunya yang masih ada di dalam kopernya. Tadi malam dia tidak sempat, lebih tepatnya memang tidak berniat sama sekali menyusun baju-bajunya.

Aera mengambil asal baju kaos berlengan pendek berwarna putih dan celana berbahan yang sama. Memakainya secepat yang ia bisa. Setelah itu beralih menyisir rambutnya lalu menguncirnya tinggi.

Aera mengedarkan pandangannya saat tiba di ruang tamu, ia perhatikan lagi seksama ruangan yang masih dalam ke adaan remang-remang karena pencahayaannya yang minim. 

Tungkainya bergerak pelan mengarah pada ruangan yang berada di sebelah kirinya. Setelah berjalan singkat melewati lorong pendek ia di hadapkan oleh dua ruangan lainnya, di sebelah kanannya ada dapur sedangkan di sebelah kirinya. Aera tidak tahu itu ruangan apa. Tidak butuh waktu yang lama tentu saja Aera berbelok ke sebelah kanan, dia sudah sangat lapar.

“Apa ada sesuatu yang bisa aku makan di sini?” Aera membuka lemari pendingin di depannya dan mendapati banyak sekali sayur mayur dan beberapa daging segar tersusun rapih di sana. 

“Aku bisa saja memasak daging itu atau sayur itu atau, tapi perutku sudah sangat lapar,” akhirnya setelah menimbang-nimbang lagi, Aera memutuskan untuk merebus sayur dan menggoreng ikan serta beberapa sosis untuk tambahan. 

Niat awal sih dia ingin memasak nasi goreng atau mie instant saja, tapi dia ingat kalau tidak bisa makan nasi goreng pagi-pagi seperti ini, itu akan membuat perutnya sakit. Dan lagi dia tidak menemukan satu bungkuspun mie instant di sana. 

“Untung saja ibu sering menyuruhku memasak di rumah, jadi ada gunanya juga aku melakukan itu dulu. Ya meski saja ibu merepetiku karena sayurnya yang terasa hambar, di bilang tidak enak. Hey, kalau mau enak kenapa tidak dia saja yang memasaknya, kalau sudah ku tanya begitu pasti dia akan semakin marah dan semua tetangga bisa mendengar suara teriakannya,” oceh Aera tidak henti-hentinya, tentu saja dia melaukan hal itu karena suasana rumah yang sunyi membuatnya sedikit bosan dan takut.

Aera menoleh ke belakang sejenak. “Kayaknya tadi aku denger suara langkah kaki orang deh?” tapi dia tida melihat siapa-siapa di sana kecuali dirinya.

"Sepertinya aku berhalusinasi,” lirihnya sabil memotong-motong sosis menjadi beberapa bagian kecil. 

Akhirnya Aera bisa bernafas lega saat mengangkat ikan yang ia goreng tadi dengan penuh perjuangan. 

Di tatapnya tangannya yang sedikit memerah karena terkena percikan minyak panas. "Oh, ini tidak sakit. Bahkan sebenarnya aku tidak merasa sakit sama sekali!" 

Suasana hati Aera berangsur lebih membaik saat melihat sarapan paginya sudah siap. 

"Setelah makan aku akan mengurung diri di kamar seharian. Lagipula tidak ada gunanya aku berkeliaran di sini. Nanti dia pasti akan mengomeliku dengan tatapan menjengkelkannya itu." Aera terus bersunggut-sunggut.

"Makanan sudah siap!" Aera memutar tubuhnya dan segera meletakkannya di atas meja makan yang ada di sana.

Syok. 

Hampir saja pegangannya pada mangkuk berisi sayur bayam dan piring berisi nasi itu jatuh ke lantai.

Matanya mengerjap cepat, di sebrang meja sana, sosok orang yang ia bicarakan barusan sudah duduk dengan sangat rapih sambil bersedekap dada.

"Apa yang kamu lihat?" tegur Reagan tiba-tiba menyadarkan keterkejutan Aera.

Aera menggeleng cepat. "Tidak! Bukan apa-apa. Aku hanya sedikit merasa terkejut karena kedatanganmu yang tiba-tiba ini. Lagi pula kenapa tidak bilang coba?"

"Untung saja makananku tidak tumpah tadi." Aera terus berceloteh dan berhenti berbicara saat ia sudah duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Jelas dia mengambil jarak yang sangat jauh dengan Reagan.

"Cih!" Reagan berdecih pelan. 

"Ini rumahku! Kenapa aku harus mengatakan hal seperti itu padamu?" lirihnya sambil mengalihkan pandangan dari Reagan.

Aera mengangguk pelan sebagai tanggapannya atas perkataan Reagan. "Tanpa kamu jelaskan aku juga sudah tau. Aku hanya menumpang di rumah ini. Ssss, sungguh aku juga akan mengatakan hal seperti itu bila seandainya ke adaan kita berbalik."

Tanpa menunggu lama lagi, Aera segera malahap sarapan pagi miliknya tanpa menghiraukan Reagan yang masih ada di sana. Entah apa yang di lakukan Reagan, Aera tidak ingin ambil perduli. Yang penting perutnya kenyang. Itu saja hal terpenting baginya saat ini.

"Kamu bahkan memakan milikku tanpa meminta izin terlebih dahulu!" 

Aera terperangah mendengar hal tersebut. "Jadi, maksudmu. Aku harus selalu meminta izin atas apa yang aku lakukan di rumahmu ini. Begitu?"

"Menurutmu?" Reagan malah bertanya balik.

Aera beralih melihat mangkuk, ikan goreng dan sosis goreng di depannya. Otaknya berputar cepat.

"Anda lapar? Mau makan?" tanya Aera kemudian dengan sok akrabnya.

"Mau kubuatkan nasi untukmu juga?" kini senyuman manis terukir di bibirnya. 

"Aku tidak akan tau masakanmu enak atau tidak. Jadi ya-"

"Bilang saja kalau kamu mau! Kenapa berbicara sangat rumit seperti itu sih?" Aera memotong ucapan Reagan. 

Tanpa berbasa-basi lagi Aera langsung bangkit dari kursinya dan mengambil piring yang lain untuk Reagan.

"Aku hanya sempat memasak ini. Aku sudah sangat lapar. Jadi kalau rasanya tidak sesuai dengan lidahmu, kau boleh membuangnya saja!" Aera menyodorkan sepiring nasi dengan isi yang sama dengan miliknya pada Reagan.

"Sepertinya aku menaruh banyak sekali garam pada ikan ini. Rasanya jadi sedikit lebih asin. Maaf jika kau tidak suka!" suara Aera mulai melambat. Dia tidak pernah merasa segugup ini saat orang lain mencoba masakan yang ia buat. 

Aera mencuri-curi pandang melihat reaksi Reagan saat mulai melahap suapan pertamanya.

"Tidak ada masalah dengan ikan milikku!" setelah penantian beberapa saat akhirnya Reagan buka suara juga.

"Bagus lah kalau begitu. Setidaknya dia tidak akan rewel lagi hanya karena hal itu," ucap Aera dengan di penuhi perasaan lega di dalam hati.

Bab terkait

  • Cold And Sweet Marriage   Anak Kecil yang Aneh

    Seperti niat awalnya tadi. Setelah berhasil mengisi perutnya, Aera kembali ke kamarnya. Berdiam diri di sana dalam sana entah sampai kapan. Mungkin sampai perutnya kembali meminta jatah. Tapi sepertinya itu akan butuh waktu yang lebih lama lagi, kini di sisinya sudah tersedia beberapa bungkus keripik kentang, dua toples kue kering serta minuman soda yang ia ambil tanpa permisi di lemari makanan dekat dapur tadi. Tidak ada yang bisa ia lakukan di sini, Ralat! Yang lebih tepatnya dia memang tidak ingin melakukan apapun di luar sana. Dia tidak kenal siapapun di sini, lagipula dia tidak suka lingkungan baru yang mengharuskan ia kembali menyesuaikan diri. "Apa yang akan ku lakukan hari ini?" lirihnya singkat. Di cek kembali ponselnya, melihat apakah ada pesan yang masuk, tapi tidak satupun dari teman-temannya yang mau mengiriminya pesan. Rasanya kalau sudah seperti ini dia tidak akan mau cepat-cepat tamat sekolah. Lihatlah, bagaimana teman-te

  • Cold And Sweet Marriage   Bersikap Baik

    Aera terdiam sejenak untuk kembali mengumpulkan niatnya berbicara pada orang yang kini sudah ikut kumpul dengannya dan Yayas. "Eh tuan!" Yayas menunduk hormat sejenak. Aera menghela nafas pelan, dia lupa menanyakan status pekerjaan Yayas di sini. Apakah dia menjadi satpam khusus di lantai ini saja atau tidak. Tapi, kalau dia bertugas di seluruh Apartemen juga kayaknya enggak. Soalnya dari tadi malam Aera hanya melihat Yayas berkeliaran di depan sini saja. Mungkin nanti lain waktu, dia bisa menanyakan hal itu pada Yayas. "Pagi!" sapa Reagan dengan nada santai. Berbeda sekali saat berbicara dengan Aera. Aera memicingkan matanya, melihat dengan teliti orang yang berdiri di sampingnya ini secara diam-diam. Meskipun hak itu jelas di ketahui oleh Reagan sendiri. "Kalau begitu saya permisi keliling dulu ya tuan, nona!" setelah mengatakan hal itu Yayas langsung pergi dari hadapan Aera dan Reagan.Ujung mata Aera terus mengikuti ke ara

  • Cold And Sweet Marriage   Keributan Hari Ini

    "Apa ini?" bentakan yang begitu keras memekakkan telinga itu membuat seorang anak kecil itu semakin terpojok. Tangan kecilnya bergetar pelan di balik punggungnya, kepalanya ikut tertunduk rendah. "Kalau di tanya itu jawab!" suara itu kembali menggelegar di rumah yang cukup besar ini. Tidak ada orang lain selain mereka di sana. Lebih tepatnya dua pembantu di rumah itu hanya bisa ikut diam di dalam dapur, tidak ingin ikut campur ataupun membela anak dari majikan mereka. "Maaf ma!" lirihnya pelan, hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya. "Mama udah bilang berulang kali, kamu gak usah sok kerajinan kalau akhirnya malah buat rusuh aja!" jeweran keras wanita itu daratkan di telinga anaknya. Tak menangis, anak kecil itu cukup kuat untuk menahan rasa sakit yang mamanya berikan padanya. Mungkin karena rasa sakit itu sudah terlalu sering di berikan, jadinya ia kebal? Langkah kaki yang menjauh dan suara pintu yang di buka dengan kasar

  • Cold And Sweet Marriage   Shy

    Atensi Reagan teralihkan saat menangkap pergerakan dari Aera yang masih terbaring di tempat tidur. Tidak memakan waktu yang lama, akhirnya Aera benar-benar terbangun dari acara pingsannya. "Akhh!" Aera meringis pelan, merasakan sakit-sakit yang masih tersisa di perutnya. Tapi di detik berikutnya ia terkejut saat merasakan sesuatu yang hangat di perutnya. Aera bangkit dari tidurnya, membawa tubuhnya untuk duduk dengan benar. Betapa terkejutnya ia saat mendapati Reagan yang tengah terduduk santai sambil membaca buku di sofa kamarnya. Pandangannya kini teralihkan saat menyadari ada sesuatu yang aneh pada sekitar perutnya, matanya membulat dengan sempurna saat melihat handuk kecil yang terbalut di perutnya. "Perutku!" lirihnya dalam hati. "Perutku!" ulanganya lagi. Mulutnya terbuka sesaat, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi padanya.Aera memicingkan matanya, menatap tajam pada Reagan. Dia tahu, siapa lagi yang akan melakuka

  • Cold And Sweet Marriage   Sapaan Tetangga yang Manis

    Lirikan acuh menyambut kedatangan wanita itu begitu ia baru saja masuk. "Dari mana sih bu? Dari tadi juga aku panggillin gak nimbul-nimbul," tanyanya pelan, di sela-sela kesibukannya memainkan gawai miliknya.Wanita itu yang tak lain adalah Nella, berjalan cepat menghampiri putrinya itu."Berhentilah bermain ponselmu! Dan pergilah mencari pasangan hidupmu! Di umurmu yang hampir menginjak kepala tiga, kau masih sibuk bermain game-game itu. Ayolah Clara, adikmu saja sudah mau menikah akhir tahun ini!" ocehnya cepat, merampas ponsel milik anaknya yang ia panggil Clara.Clara melemparkan tatapan malas sekaligus kesal pada ibunya. Setiap harinya, tanpa perasaan bosan, ibunya selalu mengungkit tentang masalah statusnya yang masih single. Tentu saja dia sangat tersinggung, selain masih ingin menikmati kehidupan mudanya, dia juga diam-diam sudah menyukai seorang pria. Dan kini ia ada di tahap mengejar pria itu."Semoga saja cintaku tidak bertepu

  • Cold And Sweet Marriage   Jalan Sore

    Tawa dari Clara tak berhenti-henti sejak tadi, setelah mendengar Aera berceloteh mengenai kehidupan sekolahnya. Bahkan sesekali ia terbatuk-batuk di sela-sela ice cream yang ia makan.Disinilah mereka sekarang, berada di taman yang di himpit bangunan-bangunan tinggi, salah satunya Apartemen itu. Setelah melihat-melihat sejenak beberapa lantai Apartemen. Tadinya, Clara hendak mengajak Aera bercerita di pusat pembelanjaan di lantai delapan, nyatanya Aera sepertinya tidak begitu tertarik. Jelas, saat ini ia ingin melihat duni luar, setelah hampir satu harian mengurung diri di kamarnya."Kalau kau mau, kau bisa mengajakku lain kali untuk berkeliling lagi. Ya, saat hari liburku tiba!""Baiklah kak! Kau sangat baik padaku!" Aera tersenyum di akhir kalimatnya.Mendapatkan teman yang bisa di ajak bicara seperti ini, adalah suatu kenikmatan yang di berikan Tuhan padanya. Aera kembali menjilat ice cream rasa vanila yang ada di ujung se

  • Cold And Sweet Marriage   Penolakan Tanpa Suara

    Dentingan pelan yang timbul kala sendok itu beradu denga piring kaca, menambah sedikit suasana hening yang sedari tadi sudah tercipta. Tak ada yang berniat untuk berbicara sama sekali, menyibukkan diri dengan pemikiran masing-masing. Nyatanya semua keheningan itu berubah begitu seorang anak laki-laki berumur 14 tahunan datang bergabung di meja makan.Alih-alih mengambil duduk agar bisa bergabung di sana, ia malah pergi begitu berhasil mendapatkan makan malam miliknya. Raut wajahnya jelas sangat terlihat tidak bersahabat.Atensi wanita paruh baya dan pria yang umurnya tak jauh dari wanita itu teralihkan dari makan malam mereka, kini memilih menatap santai ke arah anak laki-laki mereka yang masih setia berdiri dengan memegang piring berisi nasi itu."Kok kamu gak duduk nak?" sang ibu-Dhina mengintrupsi agar anak laki-lakinya itu segera mengambil duduk di tempat biasanya.Masih mempertahankan mimik wajahnya, Attha-sang anak malah melenggang pergi setel

  • Cold And Sweet Marriage   Hujan dan Pelukan Hangat

    Desisan pelan berhasil lolos saat tubuhnya ia baringkan ke atas tempat tidurnya. Kembali mengubah posisi tidurnya, tetap saja. Matanya tak kunjung mau menutup. Padahal dia sudah merasa sangat mengantuk saat ini. Aera mebawa tubuhnya bangkit kembali dan terduduk bersila di ranjangnya. Mengunci lurus tatapannya pada pintu kaca balkonnya yang terlihat mengintip dari balik tirai yang berayun pelan. Entah angin dari mana yang masuk, kini kedua tungkainya membawa tubuh rampingnya mendekat pada pintu itu. Menyibak perlahan tirai putih bersih tanpa corak itu. Tepat setelah itu, kerlap-kerlip lampu menjadi pandangan utamanya. Decakan kagum muncul begitu kedua manik jernihnya menangkap puncak tower tertinggi yang menjadi ikon dari kota mereka, sekaligus penarik minat turis datang ke sini. Cahaya warna-warni itu semakin membuatnya terkesan. Menghipnotisnya hingga masuk ke dalam buaiannya. Rasa girang kembali membuncah dalam dirinya, segera ia buka pi

Bab terbaru

  • Cold And Sweet Marriage   Ajakan Nonton Dari Aiden

    "Kau sudah pulang?" tanya Aera basa-basi saat mendati Reagan masuk tanpa mengucapkan sepatah katapun, melewatinya yang kini tengah duduk santai di depan TV.Tak mendapat jawaban dari Reagan, Aera inisiatif untuk mengikutinya. Belakangan ini tugasnya sudah bertambah, yaitu menyiapkan air hangat untuk Reagan setiap pria itu pulang dari kerjanya."Kau mau kubuatkan sesuatu untuk makan malam?" tanya Aera lagi saat sudah berhadapan langsung dengan Reagan.Reagan menghela nafas kasar, sepertinya dia punya banyak masalah hari ini, lihatlah wajahnya yang tertekuk masam dan juga tampak sangat letih.Dan ya Aera! Sebaiknya kau jangan banyak bicara dan bertanya padanya. Atau kalau tidak pasti kau akan berakhir oleh repetannya yang sangat memekakkan telinga."Kau ingin menonton?"Aera sontak memutar tubuhnya yang hampir mencapai pintu kamar mandi. Matanya membola dengan sempurna, apakah ini ajakan kencan?Wah, Reagan

  • Cold And Sweet Marriage   Kemarahan Aile

    "Sepertinya konsentrasimu sedang terganggu ya?" tanya Aile, karena sedari tadi ia memanggil pria di sampingnya ini namun tak kunjung mendapatkan sahutan darinya. "Ya?" seperti tersadar, Dalva mmebawa buku miliknya lagi ke dala ruang matanya, berpura-pura membacanya tanpa suara. "Aku sedang bicara padamu, kenapa kau malah melihat ke situ, dasar tidak sopan sekali!" rutuk Aile seraya menarik buku bacaan milik Dalva. Karena mereka punya banyak waktu libur, jadi keduanya memutuskan untuk menghabiskan masa libur mereka dengan membaca buku. Ya hitung-hitung untuk menambah ilmu sebelum mereka masuk kuliah bulan depan. "Ck, menganggu saja!" keluh Dalva, tampaknya tak suka dengan perlakuan Aile. Gadis itu mendengus pelan, dia tentunya tahu pria di sampingnya inu jelas-jelas tengah memikirkan sesuatu yang berat. Setidaknya jika Dalva mau, dirinya bersedia mendengar ceritanya. Dari dulu juga begitu bukan? Jika ada masalah antara Aera dan juga Dalva,

  • Cold And Sweet Marriage   Mamanya Alan

    -Sepertinya moodmu sedang baik hari ini?-"Tau dari mana dia moodku sedang baik hari ini, dasar sok tau. Aera bercelutuk pelan, mendapati pesan dari Aiden. Sesaat setelahnya senyum kecil muncul dibibirnya.-Sok tau banget-Balasnya kemudian. Ia tunggu beberapa menitpun tak kunjung mendapat balasan dari Aiden, akhirnya Aera memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Reagan sudah pergi beberapa jam yang lalu, hubungan merekapun jadi membaik belakangan ini.Ia ayunkan kakinya, upaya menuju balkon kamarnya, angin sejuk langsung menerpa tubuh mungilnya. Aera membawa kedua tangannya ke atas pagar balkon yang menjadi pembatas kamarnya dan juga ruang kosong di depan sana.Tatapannya kini turun kebawah, lagi-lagi Aera tak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika jatuh je bawah sana. Pasti sangat sakit, oh atau lebih tepatnya dia akan meregang nyawa saat itu juga."Mmmm tak ada hal bagus yang bisa aku lakukan saat ini," perlaha

  • Cold And Sweet Marriage   Perjanjian Aera dan Reagan

    Sepasang tungkai itu sampai lada depan pintu apartemen Aera, sedikit memberikan senyuman perpisahan dan juga lambaian tangan yang terpaksa, Aera akhirnya memijakan kakinya masuk ke dalam.Masih sama, terasa sepi, Reagan beluk juga pulang. Jika boleh jujur, Aera sedikit merindukan pria pemilik bahu lebar itu."Kenapa pikiranmu terus terdoktrin padanya sih Ra? Dasar menyebalkan sekali," rutuknya tak terima memukul kepalanya sendiri."Dia itu pria yang menyebalkan kau tahu? Egois dan hanya mementingkan diri sendiri, tidak tahu malu dan sangat kurang ajar!" umpatannya tak berhenti sampai di situ saja.Perhatiannya teralihkan sesaat ketika ponselnya bergetar, ada pesan masuk ke dalam sana. Meski malas melihatnya tapi pada akhirnya ia memeriksa pesan itu, dan benar saja meski itu tanpa keterangan nama di sana dia sudah bisa menebak itu dari siapa. Siapa lagi kalau bukan orang yang mengantarnya barusan.Aera dengan sangat terpaksa

  • Cold And Sweet Marriage   Usaha Aiden Mendekati Aera

    "Bisakah kita berteman?" pertanyaan itu terlontar cepat dari bibir Aiden. Senyuman tipis turut terpatri di wajah mereka. Kini keduanya sudah keluar dari cafe dan berada memilih tempat yang lebih privacy lagi untuk berbincang, seperti di dalam mobil Aiden ini contohnya. Detik itu juga Aera menyesali untuk di antar oleh Aiden kembali ke apartemen. Mengharuskan dirinya kini berakhir menuju hubungan yag semakin dekat dengan Aiden. Susah cukup saja pikirannya menjadi sakit beberapa dan batinnya tertekan semenjak menikah dengan Reagan, tentu ia tak ingin menambah kesialan lagi bukan. "Teman?" gadis berparas cantik itu menoleh pada Aiden yang kini tengah mengemudikan mobilnya. Tersirat jelas bahwa ia tak ingin berlarut-larut terlibat dengan pria di sampingnya ini. "Ya, kenapa tidak? Kau seharusnya merasa bangga karena aku sang "solois terkenal -Aiden" mau menawarkanmu pertemanan. Jarang-jarang aku bersikap baik seperti ini," j

  • Cold And Sweet Marriage   Berjumpa Lagi Dengan Aiden

    "Mau kemana kalian pagi-pagi begini?" Aera tahu, pertemuan dirinya dengan kedua orang itu bukanlah kebetulan, pasti mereka sudah membuat janji untuk temuan. "Kami akan pergi untuk mendaftar ulang di kampu," jawab Aile. Aera mendengus kasar, jika mengingat pembicaraan mereka bertiga tadi. Sungguh merasa sangat iri bisa kembali belajar dan bertemu banyak orang, sedangkan dirinya hanya seperti orang bodoh yang tidak tahu harus bagaimana menghabiskan hari yang membosankan ini. Aera memilih satu tempat, si sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari taman kota, aneh memang pagi-pagi sudah ke cafe saja. Tapi mau bagaimana, dia juga tidak suka jika harus terkena paparan sinar matahari. Saat pikirannya masih teralihkan pada beberapa orang yang masuk ek dalam cafe, ponsel miliknya bergetar serta mengeluarkan nyanyian yang ia kenali sebagai nada dering ponselnya. Segera ia meraih ponselnya di dalam tas, kedua netranya membelalak tak

  • Cold And Sweet Marriage   Jujur Pada Aile

    Ketiganya terdiam, duduk berhadapan dengan pandangan saling mengarah ke arah lain, tak banyak yang mereka bicarakan sedari tadi.Salah satu diantaranya mulai menggerakkan matanya, menilik sang sahabat yang hidungnya memerah, serta matanya yang masih sembab karena menangis tadi. Rasa simpati terus mendatanginya, memikirkan bagaimana kehidupan Aera semenjak pernikahannya. Dan semenjak itu pula mereka lost contact.Aile jelas sangat merindukan Aera lebih dari apapun, dia sudah menganggap gadis itu sebagai saudara kandungnya sendiri. Aile tak bisa membayangkan jika hal ini terjadi padanya, dirinya menikah dengan kakak dari pacarnya sendiri.Sudut matanya menangkap beberapa tanda kemerahan pada leher Aera yang hampir memudar, sungguh ia sangat terkejut. Tapi bukankah hal itu wajar bagi pasangan yang sudah menikah. Apakah Aera benar-benar sudah melakukannya dengan Reagan? Pertanyaan itu kini terngiang-ngiang di otaknya.Hembusan nafas lembut l

  • Cold And Sweet Marriage   Karma Untuk Dalva?

    Pagi menjelang begitu cepat meninggalkan mereka yang masih tertidur nyenyak dan bermain lebih lama dengan dunia mimpinya. Namun beberapa diantaranya lebih memilih untuk bangun lebuh awal sebelum snah surya menyonsong, entah itu dikarenakan pekerjaan yang mereka miliki, ataupun permasalahan pribadi lainnya. Kedua tangan itu dengan cekatan menyusun beberapa menu sarapan yang sudah ia masak beberapa waktu yang lalu. Memiliki untuk sarapan lebih dulu, padahal ini belum masuk jadwalnya untuk sarapan. Masih terlalu dini, tapi ia mencoba tidak perduli. Pikirannya sedang berkutat keras. Siap denga sarapannya, gadis itu-Aera membawa dirinya masuk kedalam kamarnya lagi, sesudah sebelumnya meninggalkan notes kecil di atas meja. Untuk orang lain yang tinggal bersamanya. Sejak kejadian dua hari lalu itu, Aera selalu menghindari Reagan bagaimanapun caranya. Dan salah satunya begini, bangun pagi-pagi dan sarapan dengan diam secara sendiri. Setelahnya ia akan m

  • Cold And Sweet Marriage   Terbuai Hasrat

    "Tunggu!" "Kya!" pekik Aera kuat, tak bisa menahan rasa keterkejutannya tatkala mendapati kehadiran Reagan yang tiba-tiba di depan pintu kamarnya. "Apa yang mau kau lakukan?" tanyanya lagi, berusaha menutup pintu kamarnya yang sedikit lagi akan menutup dengan sempurna, tapi sayang tinggal sayang, Reagan menahan agar pintu itu tidak tertutup dengan kedua tangannya. Dirinya harus benar-benar menyelesaikan masalah ini dengan Aera. "Ada yang ingin aku bicarakan padamu!" tuturnya masih menahan pintu. "Apapun itu, aku tidak peduli! Sana pergi! Aku mau tidur!" usir Aera, namun selanjutnya Aera melotot lebar sesaat mendapati tubuh sempurna Reagan kini sudah berhasil masuk ke dalam kamarnya. Tubuhnya reflkes menjauh untuk berjaga-jaga Reagan akan berbuat yang tidak-tidak padanya. Ujung matanya kini sibuk mencari benda untuk ia layangkan kehadapan Reagan. Aera berjalan cepat mendekati tempat tidurnya, sebelum

DMCA.com Protection Status