Home / Pernikahan / Cold And Sweet Marriage / Anak Kecil yang Aneh

Share

Anak Kecil yang Aneh

Author: Kim YuMi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Seperti niat awalnya tadi. Setelah berhasil mengisi perutnya, Aera kembali ke kamarnya. Berdiam diri di sana dalam sana entah sampai kapan. Mungkin sampai perutnya kembali meminta jatah.

Tapi sepertinya itu akan butuh waktu yang lebih lama lagi, kini di sisinya sudah tersedia beberapa bungkus keripik kentang, dua toples kue kering serta minuman soda yang ia ambil tanpa permisi di lemari makanan dekat dapur tadi.

Tidak ada yang bisa ia lakukan di sini, Ralat! Yang lebih tepatnya dia memang tidak ingin melakukan apapun di luar sana. Dia tidak kenal siapapun di sini, lagipula dia tidak suka lingkungan baru yang mengharuskan ia kembali menyesuaikan diri.

"Apa yang akan ku lakukan hari ini?" lirihnya singkat.

Di cek kembali ponselnya, melihat apakah ada pesan yang masuk, tapi tidak satupun dari teman-temannya yang mau mengiriminya pesan. 

Rasanya kalau sudah seperti ini dia tidak akan mau cepat-cepat tamat sekolah. Lihatlah, bagaimana teman-temannya yang dulu dekat seolah-olah tidak perduli dan menganggap dirinya ada. 

"Mungkin mereka sedang sibuk!" Aera mencoba berfikir positif. 

Di antara teman-temannya hanya ada dua orang saja yang tahu bahwa dirinya sudah menikah. Jelas pernikahan ini di lakukan secara rahasia, dia yang memintanya. 

Tentu dia tidak ingin teman-temannya tau jika dirinya kini sudah menjadi istri orang.

Hanya Dalva-teman sekaligus merangkap jadi pacarnya yang kini sudah menjadi mantannya dan berakhir menjadi adik iparnya. Dan satu lagi, teman perempuannya yang paling dekat dengannya-Aile.

"Huft! Menyusahkan saja!" keluhnya saat lemparan sampah plastiknya tidak masuk tepat pada tong sampah yang ada di sudut ruangan. Dengan malasnya Aera turun dari tempat tidurnya dan dengan langkah gontai ia mengutip kembali plastik tersebut dan memasukkannya dengan benar di dalam tong sampah.

Langkahnya terhenti sejenak saat melewati jendela di samping kanannya. Perlahan ia kembali mundur dan melihat dengan seksama ke adaan di luar dari jendela. Dan dari jendela ini dia bisa melihat jendela lainnya milik apartemen di sampingnya. Wah dia baru sadar bahwa kamarnya di hadapkan langsung dengan apartemen lainnya. 

Setidaknya dia bisa melihat suasana lain diluar bukan?

Dan lagi, kedua matanya membuat dengan sempurna saat melihat pintu yang terbuka dari kaca tembus pandang itu berada tak jauh dari lemarinya. Dengan cepat ia membuka pintu itu dan dirinya segera di sambut dengan tiupan angin kencang di sana. 

Kakinya bergerak pelan, menyusuri balkon berukuran sedang itu. Sedikit merasa terkejut saat mendapati lantai dasar yang terletak jauh di bawah sana. 

Senyum lebar terukir di bibirnya saat manik mata terangnya menangkap sosok anak kecil laki-laki tengah melihat juga ke arahnya dari arah balkon yang ada di sampingnya. 

Tangannya terangkat cepat dan mulai memberikan lambaian pada adik kecil itu yang ia perkirakan umurnya masih menginjak enam atau tujuh tahunan.

Mendadak senyum di wajah Aera menjadi pudar. Melihat reaksi anak kecil itu yang tidak bersikap baik padanya dan malah berlari masuk dan menutup pintu dengan kerasnya sampai-sampai ia bisa mendengarnya.

"Mungkin dia tidak suka orang baru sepertiku!" seru Aera ikut melakukan hal yang sama dengan anak kecil tadi. Menutup kembali pintu balkon itu dengan tak lalah kuatnya. 

Hampir saja dia memecahkan kaca pintu itu, untungnya ia yakin pintu itu terbuat dari kaca yang tebal dan kuat.

Aera hendak kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya tapi setelah berpikir dua kali, dia bisa mati menahan rasa bosan yang menyerangnya.

***

"Pak!" 

Satpam yang kerap kali di panggil Yayas itu menoleh dan mendapati pendatang baru di Apartemen itu sudah berdiri di sampingnya. 

Sepertinya dia di tugasnya menjaga lantai 31 ini. 

"Nona manggil saya?" tanya Yayas sambil menatap lawan bicaranya yang tengah sibuk melihat ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu.

"Jangan panggil saya nona pak! Saya gak sekeren itu sampai harus di panggil-panggil seperti itu. Nama saya Aera, panggil aja Aera!" Aera tersenyum lebar menampakkan gigi-gigi putihnya pada Yayas.

Yayas terdiam sejenak, tidak tau harus mengatakan apa pada Aera. Sebelumnya dia tidak pernah mendapati orang-orang di Apartemen ini berperilaku seperti Aera. Apalagi pagi-pagi seperti ini Aera sudah menyapanya sambil tersenyum lebar. 

"Jangan begitu nona! Saya tidak bisa memanggil hanya dengan menggunakan nama saja. Tidak sopan!" Yayas menunduk singkat.

"Gimana sih!" Aera menggerutu sambil merengut sebal.

"Mmmm, maaf nona!"

"Nama bapak ini siapa? Dari tadi kita ngomong tapi saya gak tau namanya!" tanya Aera yang sudah melupakan masalah tadi.

"Orang-orang di sini sih manggil saya Yayas non!" jawab Yayas cepat.

"Mmmmm, jadi saya panggilnya pak Yayas aja gitu?" tanya Aera lagi ingin memastikan.

"Iya non!"

Beberapa detik tidak ada pembicaraan di antara mereka. Sampai akhirnya Aera kembali buka mulut.

"Ini, orangnya pada ke mana semua ya pak? Ada yang nempatin gak sih apartemen di samping saya? Kok saya lihat dari tadi gak ada orang yang keluar apa masuk gitu?" Aera jelas penasaran. Meskipun ini masih terbilang pagi, tapi langit sudah mulai tampak terang di luar sana meski matahari belum menampakkan wujudnya.

Dan ya, meskipun ini hari minggu tidak mungkin semua orang yang ada di sana tidak beraktifitas di luar sama sekali.

"Aaa, kalau hari libur akhir pekan seperti ini memang para penghuni Apartemen yang lainnya masih pada sibuk tidur non. Apalagi penghuni lantai ini. Tapi non gak perlu khawatir, sebentar lagi pasti udah bangun. Biasalah, orang-orang kaya tidak punya waktu untuk istirahat di hari lain karena sibuk bekerja. Jadi menggunakan hari-hari libur seperti ini dengan berbaring di tempat tidur sampai matahari memang udah betul-betul nampak gitu, non," jelas Yayas panjang lebar.

Aera hanya mengangguk-angguk paham, meski sebenarnya dia masih ingin bertanya lebih banyak lagi.

"Non kok sendirian aja? Tuan Reagannya mana?" Yayas balik bertanya.

"Reagan?" gumam Aera kembali mengingat-ingat siapa itu Reagan.

Dan ya.

"Bisa-bisanya kamu melupakan nama pria itu!" teriak Aera dalam hati.

"Aaa, itu!" Aera terlihat gugup.

"Dia sepertinya masih tidur. Karena aku merasa bosan dan tidak bisa tidur lagi di pagi-pagi seperti ini, jadi aku keluar untuk mencari udara segar. Lagipula pak, aku ingin melihat suasana sekitar sini. Aku kan orang baru!" jelas Aera.

Sebenarnya dia tidak tahu apakah Reagan kembali tidur lagi atau sedang apa. Yang pasti dia memang tidak sedang berbohong mengatakan hal itu pada Yayas.

Yayas manggut-manggut mendengarnya.

"Non ini beruntung banget dapet suami seperti tuan. Dia orangnya baik dan sangat perhatian pada orang. Semua orang di Apartemen ini juga mengenal dia."

"Baik!" ulang Aera dalam hati. Seperti tidak percaya pada perkataan Yayas barusan. "Perhatian? dia saja bahkan hendak membunuhku secara tidak langsung tadi malam!" lanjutnya lagi.

Melihat air wajah Aera yang jelas-jelas memberi tahu bahwa dia tidak percaya dengan semua perkataannya, Yayas mulai angkat suara lagi. 

"Mungkin saat-saat pertama kenal dengan tuan, orang akan beranggapan bahwa dia orang yang dingin dan kaku dan juga punya pribadi yang buruk. Tapi sebenarnya tidak." 

"Bapak tau dari mana kalau dia kaya gitu? Dan tau darimana juga kalau saya baru kenal sama dia?"

Senyum tipis terukir di wajah pria berkepala empat itu. "Saya sudah lumayan lama kenal dengan tuan, nona. Awalnya juga waktu tuan pertama kali pindah ke sini saya kira tuan orang yang ya, nona taulah. Tapi setelah lama kenal pasti akan tahu sifat aslinya yang baik. Ya kalau masalah non baru kenal sama tuan, saya cuman nebak aja, hehehe."

Aera melirik singkat wajah Yayas, mencoba mencari tahu apakah yang di katakannya itu benar atau karangan saja. "Kenapa dia sangat ingin meyakinkanku tentang pria itu?" batinnya.

"Mmmm, begitu. Makasih banget lo pak atas informasinya." 

"Iya, sama-sama nona. Kalau ada yang ingin di tanyakan lagi, nona bisa bertanya apa saja pada saya." 

"Ok sip!"

Perhatian Aera teralihkan saat seorang anak kecil yang tadi ia lihat dari kamarnya berjalan melewatinya dan Yayas.

Tatapan penuh ketidak sukaan jelas di berikan anak itu pada Aera.

Kening Aera mengerut pelan. Anak sekecil itu kenapa seperti memiliki dendam kesumat padanya? Padahal dia baru di sini? 

"Apa dia gak suka sama orang baru kali ya?" gumamnya pelan.

"Jangan di hiraukan nona, anak itu memang seperti itu. Saya juga tidak tahu kenapa dia seperti itu!" bisik Yayas pelan pada Aera.

"Ekhm!"

Dehaman pelan di belakang mereka sontak membuat Aera dan Yayas menoleh ke belakang dan mendapati Reagan sudah berdiri sambil bersedekap dada di sana.

Related chapters

  • Cold And Sweet Marriage   Bersikap Baik

    Aera terdiam sejenak untuk kembali mengumpulkan niatnya berbicara pada orang yang kini sudah ikut kumpul dengannya dan Yayas. "Eh tuan!" Yayas menunduk hormat sejenak. Aera menghela nafas pelan, dia lupa menanyakan status pekerjaan Yayas di sini. Apakah dia menjadi satpam khusus di lantai ini saja atau tidak. Tapi, kalau dia bertugas di seluruh Apartemen juga kayaknya enggak. Soalnya dari tadi malam Aera hanya melihat Yayas berkeliaran di depan sini saja. Mungkin nanti lain waktu, dia bisa menanyakan hal itu pada Yayas. "Pagi!" sapa Reagan dengan nada santai. Berbeda sekali saat berbicara dengan Aera. Aera memicingkan matanya, melihat dengan teliti orang yang berdiri di sampingnya ini secara diam-diam. Meskipun hak itu jelas di ketahui oleh Reagan sendiri. "Kalau begitu saya permisi keliling dulu ya tuan, nona!" setelah mengatakan hal itu Yayas langsung pergi dari hadapan Aera dan Reagan.Ujung mata Aera terus mengikuti ke ara

  • Cold And Sweet Marriage   Keributan Hari Ini

    "Apa ini?" bentakan yang begitu keras memekakkan telinga itu membuat seorang anak kecil itu semakin terpojok. Tangan kecilnya bergetar pelan di balik punggungnya, kepalanya ikut tertunduk rendah. "Kalau di tanya itu jawab!" suara itu kembali menggelegar di rumah yang cukup besar ini. Tidak ada orang lain selain mereka di sana. Lebih tepatnya dua pembantu di rumah itu hanya bisa ikut diam di dalam dapur, tidak ingin ikut campur ataupun membela anak dari majikan mereka. "Maaf ma!" lirihnya pelan, hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya. "Mama udah bilang berulang kali, kamu gak usah sok kerajinan kalau akhirnya malah buat rusuh aja!" jeweran keras wanita itu daratkan di telinga anaknya. Tak menangis, anak kecil itu cukup kuat untuk menahan rasa sakit yang mamanya berikan padanya. Mungkin karena rasa sakit itu sudah terlalu sering di berikan, jadinya ia kebal? Langkah kaki yang menjauh dan suara pintu yang di buka dengan kasar

  • Cold And Sweet Marriage   Shy

    Atensi Reagan teralihkan saat menangkap pergerakan dari Aera yang masih terbaring di tempat tidur. Tidak memakan waktu yang lama, akhirnya Aera benar-benar terbangun dari acara pingsannya. "Akhh!" Aera meringis pelan, merasakan sakit-sakit yang masih tersisa di perutnya. Tapi di detik berikutnya ia terkejut saat merasakan sesuatu yang hangat di perutnya. Aera bangkit dari tidurnya, membawa tubuhnya untuk duduk dengan benar. Betapa terkejutnya ia saat mendapati Reagan yang tengah terduduk santai sambil membaca buku di sofa kamarnya. Pandangannya kini teralihkan saat menyadari ada sesuatu yang aneh pada sekitar perutnya, matanya membulat dengan sempurna saat melihat handuk kecil yang terbalut di perutnya. "Perutku!" lirihnya dalam hati. "Perutku!" ulanganya lagi. Mulutnya terbuka sesaat, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi padanya.Aera memicingkan matanya, menatap tajam pada Reagan. Dia tahu, siapa lagi yang akan melakuka

  • Cold And Sweet Marriage   Sapaan Tetangga yang Manis

    Lirikan acuh menyambut kedatangan wanita itu begitu ia baru saja masuk. "Dari mana sih bu? Dari tadi juga aku panggillin gak nimbul-nimbul," tanyanya pelan, di sela-sela kesibukannya memainkan gawai miliknya.Wanita itu yang tak lain adalah Nella, berjalan cepat menghampiri putrinya itu."Berhentilah bermain ponselmu! Dan pergilah mencari pasangan hidupmu! Di umurmu yang hampir menginjak kepala tiga, kau masih sibuk bermain game-game itu. Ayolah Clara, adikmu saja sudah mau menikah akhir tahun ini!" ocehnya cepat, merampas ponsel milik anaknya yang ia panggil Clara.Clara melemparkan tatapan malas sekaligus kesal pada ibunya. Setiap harinya, tanpa perasaan bosan, ibunya selalu mengungkit tentang masalah statusnya yang masih single. Tentu saja dia sangat tersinggung, selain masih ingin menikmati kehidupan mudanya, dia juga diam-diam sudah menyukai seorang pria. Dan kini ia ada di tahap mengejar pria itu."Semoga saja cintaku tidak bertepu

  • Cold And Sweet Marriage   Jalan Sore

    Tawa dari Clara tak berhenti-henti sejak tadi, setelah mendengar Aera berceloteh mengenai kehidupan sekolahnya. Bahkan sesekali ia terbatuk-batuk di sela-sela ice cream yang ia makan.Disinilah mereka sekarang, berada di taman yang di himpit bangunan-bangunan tinggi, salah satunya Apartemen itu. Setelah melihat-melihat sejenak beberapa lantai Apartemen. Tadinya, Clara hendak mengajak Aera bercerita di pusat pembelanjaan di lantai delapan, nyatanya Aera sepertinya tidak begitu tertarik. Jelas, saat ini ia ingin melihat duni luar, setelah hampir satu harian mengurung diri di kamarnya."Kalau kau mau, kau bisa mengajakku lain kali untuk berkeliling lagi. Ya, saat hari liburku tiba!""Baiklah kak! Kau sangat baik padaku!" Aera tersenyum di akhir kalimatnya.Mendapatkan teman yang bisa di ajak bicara seperti ini, adalah suatu kenikmatan yang di berikan Tuhan padanya. Aera kembali menjilat ice cream rasa vanila yang ada di ujung se

  • Cold And Sweet Marriage   Penolakan Tanpa Suara

    Dentingan pelan yang timbul kala sendok itu beradu denga piring kaca, menambah sedikit suasana hening yang sedari tadi sudah tercipta. Tak ada yang berniat untuk berbicara sama sekali, menyibukkan diri dengan pemikiran masing-masing. Nyatanya semua keheningan itu berubah begitu seorang anak laki-laki berumur 14 tahunan datang bergabung di meja makan.Alih-alih mengambil duduk agar bisa bergabung di sana, ia malah pergi begitu berhasil mendapatkan makan malam miliknya. Raut wajahnya jelas sangat terlihat tidak bersahabat.Atensi wanita paruh baya dan pria yang umurnya tak jauh dari wanita itu teralihkan dari makan malam mereka, kini memilih menatap santai ke arah anak laki-laki mereka yang masih setia berdiri dengan memegang piring berisi nasi itu."Kok kamu gak duduk nak?" sang ibu-Dhina mengintrupsi agar anak laki-lakinya itu segera mengambil duduk di tempat biasanya.Masih mempertahankan mimik wajahnya, Attha-sang anak malah melenggang pergi setel

  • Cold And Sweet Marriage   Hujan dan Pelukan Hangat

    Desisan pelan berhasil lolos saat tubuhnya ia baringkan ke atas tempat tidurnya. Kembali mengubah posisi tidurnya, tetap saja. Matanya tak kunjung mau menutup. Padahal dia sudah merasa sangat mengantuk saat ini. Aera mebawa tubuhnya bangkit kembali dan terduduk bersila di ranjangnya. Mengunci lurus tatapannya pada pintu kaca balkonnya yang terlihat mengintip dari balik tirai yang berayun pelan. Entah angin dari mana yang masuk, kini kedua tungkainya membawa tubuh rampingnya mendekat pada pintu itu. Menyibak perlahan tirai putih bersih tanpa corak itu. Tepat setelah itu, kerlap-kerlip lampu menjadi pandangan utamanya. Decakan kagum muncul begitu kedua manik jernihnya menangkap puncak tower tertinggi yang menjadi ikon dari kota mereka, sekaligus penarik minat turis datang ke sini. Cahaya warna-warni itu semakin membuatnya terkesan. Menghipnotisnya hingga masuk ke dalam buaiannya. Rasa girang kembali membuncah dalam dirinya, segera ia buka pi

  • Cold And Sweet Marriage   Sangat Menawan

    Aera. Tubuhnya menggeliat pelan, meregangkan otot-ototnya yang lelah. Anehnya, kali ini merasa tidurnya begitu nyenyak dan juga, nyaman. Kelopak matanya terbuka pelan, masih sama seperti ia tidur. Keadaan di dalam kamarnya masih gelap, hanya ada lampu tidur sebagai penerang di sana. Aera sangat yakin dia sudah tidur sangat lama, tapi kenapa masih gelap di luar sana. Menghalau pikirannya, ia mulai merubah arah tidurnya. Dan betapa terkejutnya ia, kedua matanya kini di suguhkan dengan pemandangan yang tidak biasa. Tepat di depannya, sangat dekat, bahkan jarak di antara mereka hanya sekitar satu ruas jari telunjuknya saja. Reagan masih tertidur dengan lelapnya. Glek. Apa dia malaikat yang menjelma menjadi manusia? Dia sangat- Tampan. Aera berteriak dalam hati. Jauh dari dugaannya, wajah Reagan yang tengah tertidur begitu menjadi objek yang tidak bisa membuatnya mengalihkan pandangannya begitu saja.

Latest chapter

  • Cold And Sweet Marriage   Ajakan Nonton Dari Aiden

    "Kau sudah pulang?" tanya Aera basa-basi saat mendati Reagan masuk tanpa mengucapkan sepatah katapun, melewatinya yang kini tengah duduk santai di depan TV.Tak mendapat jawaban dari Reagan, Aera inisiatif untuk mengikutinya. Belakangan ini tugasnya sudah bertambah, yaitu menyiapkan air hangat untuk Reagan setiap pria itu pulang dari kerjanya."Kau mau kubuatkan sesuatu untuk makan malam?" tanya Aera lagi saat sudah berhadapan langsung dengan Reagan.Reagan menghela nafas kasar, sepertinya dia punya banyak masalah hari ini, lihatlah wajahnya yang tertekuk masam dan juga tampak sangat letih.Dan ya Aera! Sebaiknya kau jangan banyak bicara dan bertanya padanya. Atau kalau tidak pasti kau akan berakhir oleh repetannya yang sangat memekakkan telinga."Kau ingin menonton?"Aera sontak memutar tubuhnya yang hampir mencapai pintu kamar mandi. Matanya membola dengan sempurna, apakah ini ajakan kencan?Wah, Reagan

  • Cold And Sweet Marriage   Kemarahan Aile

    "Sepertinya konsentrasimu sedang terganggu ya?" tanya Aile, karena sedari tadi ia memanggil pria di sampingnya ini namun tak kunjung mendapatkan sahutan darinya. "Ya?" seperti tersadar, Dalva mmebawa buku miliknya lagi ke dala ruang matanya, berpura-pura membacanya tanpa suara. "Aku sedang bicara padamu, kenapa kau malah melihat ke situ, dasar tidak sopan sekali!" rutuk Aile seraya menarik buku bacaan milik Dalva. Karena mereka punya banyak waktu libur, jadi keduanya memutuskan untuk menghabiskan masa libur mereka dengan membaca buku. Ya hitung-hitung untuk menambah ilmu sebelum mereka masuk kuliah bulan depan. "Ck, menganggu saja!" keluh Dalva, tampaknya tak suka dengan perlakuan Aile. Gadis itu mendengus pelan, dia tentunya tahu pria di sampingnya inu jelas-jelas tengah memikirkan sesuatu yang berat. Setidaknya jika Dalva mau, dirinya bersedia mendengar ceritanya. Dari dulu juga begitu bukan? Jika ada masalah antara Aera dan juga Dalva,

  • Cold And Sweet Marriage   Mamanya Alan

    -Sepertinya moodmu sedang baik hari ini?-"Tau dari mana dia moodku sedang baik hari ini, dasar sok tau. Aera bercelutuk pelan, mendapati pesan dari Aiden. Sesaat setelahnya senyum kecil muncul dibibirnya.-Sok tau banget-Balasnya kemudian. Ia tunggu beberapa menitpun tak kunjung mendapat balasan dari Aiden, akhirnya Aera memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Reagan sudah pergi beberapa jam yang lalu, hubungan merekapun jadi membaik belakangan ini.Ia ayunkan kakinya, upaya menuju balkon kamarnya, angin sejuk langsung menerpa tubuh mungilnya. Aera membawa kedua tangannya ke atas pagar balkon yang menjadi pembatas kamarnya dan juga ruang kosong di depan sana.Tatapannya kini turun kebawah, lagi-lagi Aera tak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika jatuh je bawah sana. Pasti sangat sakit, oh atau lebih tepatnya dia akan meregang nyawa saat itu juga."Mmmm tak ada hal bagus yang bisa aku lakukan saat ini," perlaha

  • Cold And Sweet Marriage   Perjanjian Aera dan Reagan

    Sepasang tungkai itu sampai lada depan pintu apartemen Aera, sedikit memberikan senyuman perpisahan dan juga lambaian tangan yang terpaksa, Aera akhirnya memijakan kakinya masuk ke dalam.Masih sama, terasa sepi, Reagan beluk juga pulang. Jika boleh jujur, Aera sedikit merindukan pria pemilik bahu lebar itu."Kenapa pikiranmu terus terdoktrin padanya sih Ra? Dasar menyebalkan sekali," rutuknya tak terima memukul kepalanya sendiri."Dia itu pria yang menyebalkan kau tahu? Egois dan hanya mementingkan diri sendiri, tidak tahu malu dan sangat kurang ajar!" umpatannya tak berhenti sampai di situ saja.Perhatiannya teralihkan sesaat ketika ponselnya bergetar, ada pesan masuk ke dalam sana. Meski malas melihatnya tapi pada akhirnya ia memeriksa pesan itu, dan benar saja meski itu tanpa keterangan nama di sana dia sudah bisa menebak itu dari siapa. Siapa lagi kalau bukan orang yang mengantarnya barusan.Aera dengan sangat terpaksa

  • Cold And Sweet Marriage   Usaha Aiden Mendekati Aera

    "Bisakah kita berteman?" pertanyaan itu terlontar cepat dari bibir Aiden. Senyuman tipis turut terpatri di wajah mereka. Kini keduanya sudah keluar dari cafe dan berada memilih tempat yang lebih privacy lagi untuk berbincang, seperti di dalam mobil Aiden ini contohnya. Detik itu juga Aera menyesali untuk di antar oleh Aiden kembali ke apartemen. Mengharuskan dirinya kini berakhir menuju hubungan yag semakin dekat dengan Aiden. Susah cukup saja pikirannya menjadi sakit beberapa dan batinnya tertekan semenjak menikah dengan Reagan, tentu ia tak ingin menambah kesialan lagi bukan. "Teman?" gadis berparas cantik itu menoleh pada Aiden yang kini tengah mengemudikan mobilnya. Tersirat jelas bahwa ia tak ingin berlarut-larut terlibat dengan pria di sampingnya ini. "Ya, kenapa tidak? Kau seharusnya merasa bangga karena aku sang "solois terkenal -Aiden" mau menawarkanmu pertemanan. Jarang-jarang aku bersikap baik seperti ini," j

  • Cold And Sweet Marriage   Berjumpa Lagi Dengan Aiden

    "Mau kemana kalian pagi-pagi begini?" Aera tahu, pertemuan dirinya dengan kedua orang itu bukanlah kebetulan, pasti mereka sudah membuat janji untuk temuan. "Kami akan pergi untuk mendaftar ulang di kampu," jawab Aile. Aera mendengus kasar, jika mengingat pembicaraan mereka bertiga tadi. Sungguh merasa sangat iri bisa kembali belajar dan bertemu banyak orang, sedangkan dirinya hanya seperti orang bodoh yang tidak tahu harus bagaimana menghabiskan hari yang membosankan ini. Aera memilih satu tempat, si sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari taman kota, aneh memang pagi-pagi sudah ke cafe saja. Tapi mau bagaimana, dia juga tidak suka jika harus terkena paparan sinar matahari. Saat pikirannya masih teralihkan pada beberapa orang yang masuk ek dalam cafe, ponsel miliknya bergetar serta mengeluarkan nyanyian yang ia kenali sebagai nada dering ponselnya. Segera ia meraih ponselnya di dalam tas, kedua netranya membelalak tak

  • Cold And Sweet Marriage   Jujur Pada Aile

    Ketiganya terdiam, duduk berhadapan dengan pandangan saling mengarah ke arah lain, tak banyak yang mereka bicarakan sedari tadi.Salah satu diantaranya mulai menggerakkan matanya, menilik sang sahabat yang hidungnya memerah, serta matanya yang masih sembab karena menangis tadi. Rasa simpati terus mendatanginya, memikirkan bagaimana kehidupan Aera semenjak pernikahannya. Dan semenjak itu pula mereka lost contact.Aile jelas sangat merindukan Aera lebih dari apapun, dia sudah menganggap gadis itu sebagai saudara kandungnya sendiri. Aile tak bisa membayangkan jika hal ini terjadi padanya, dirinya menikah dengan kakak dari pacarnya sendiri.Sudut matanya menangkap beberapa tanda kemerahan pada leher Aera yang hampir memudar, sungguh ia sangat terkejut. Tapi bukankah hal itu wajar bagi pasangan yang sudah menikah. Apakah Aera benar-benar sudah melakukannya dengan Reagan? Pertanyaan itu kini terngiang-ngiang di otaknya.Hembusan nafas lembut l

  • Cold And Sweet Marriage   Karma Untuk Dalva?

    Pagi menjelang begitu cepat meninggalkan mereka yang masih tertidur nyenyak dan bermain lebih lama dengan dunia mimpinya. Namun beberapa diantaranya lebih memilih untuk bangun lebuh awal sebelum snah surya menyonsong, entah itu dikarenakan pekerjaan yang mereka miliki, ataupun permasalahan pribadi lainnya. Kedua tangan itu dengan cekatan menyusun beberapa menu sarapan yang sudah ia masak beberapa waktu yang lalu. Memiliki untuk sarapan lebih dulu, padahal ini belum masuk jadwalnya untuk sarapan. Masih terlalu dini, tapi ia mencoba tidak perduli. Pikirannya sedang berkutat keras. Siap denga sarapannya, gadis itu-Aera membawa dirinya masuk kedalam kamarnya lagi, sesudah sebelumnya meninggalkan notes kecil di atas meja. Untuk orang lain yang tinggal bersamanya. Sejak kejadian dua hari lalu itu, Aera selalu menghindari Reagan bagaimanapun caranya. Dan salah satunya begini, bangun pagi-pagi dan sarapan dengan diam secara sendiri. Setelahnya ia akan m

  • Cold And Sweet Marriage   Terbuai Hasrat

    "Tunggu!" "Kya!" pekik Aera kuat, tak bisa menahan rasa keterkejutannya tatkala mendapati kehadiran Reagan yang tiba-tiba di depan pintu kamarnya. "Apa yang mau kau lakukan?" tanyanya lagi, berusaha menutup pintu kamarnya yang sedikit lagi akan menutup dengan sempurna, tapi sayang tinggal sayang, Reagan menahan agar pintu itu tidak tertutup dengan kedua tangannya. Dirinya harus benar-benar menyelesaikan masalah ini dengan Aera. "Ada yang ingin aku bicarakan padamu!" tuturnya masih menahan pintu. "Apapun itu, aku tidak peduli! Sana pergi! Aku mau tidur!" usir Aera, namun selanjutnya Aera melotot lebar sesaat mendapati tubuh sempurna Reagan kini sudah berhasil masuk ke dalam kamarnya. Tubuhnya reflkes menjauh untuk berjaga-jaga Reagan akan berbuat yang tidak-tidak padanya. Ujung matanya kini sibuk mencari benda untuk ia layangkan kehadapan Reagan. Aera berjalan cepat mendekati tempat tidurnya, sebelum

DMCA.com Protection Status