Home / Fiksi Remaja / Pesan Kotor Di Laptop Anakku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pesan Kotor Di Laptop Anakku: Chapter 71 - Chapter 80

150 Chapters

71

BAGIAN 71POV ZULAIKAMAMI MEMBUKA KEDOKKU               Demi meredam amarah dan rasa kesal yang mendalam, aku memutuskan buat menonton drama Korea kesayanganku. Kupilih buat mematikan volume suaranya dan menikmati isi cerita lewat membaca subtitlenya saja. Aku larut dalam cerita yang disuguhkan sampai-sampai aku menangis tersedu-sedu dan menghabiskan banyak tisu untuk menyeka air mata. Tak hanya sedih, kesal dan emosi pun juga meliputi. Gara-gara terhanyut dengan kisah sedih perselingkuhan pasangan suami istri dalam drama tersebut, tisu-tisu kotor bekas ingus dan air mataku banyak yang kulempar-lempar ke kasur. Kubayangkan kalau di sana ada Daddy. Asyik kali ya, kalau dia kulempari bola-bola tisu kotor ini.Saking asyiknya menonton, tak sadar bahwa aku sudah menghabiskan berjam-jam lamanya untuk menyaksikan kisah dalam drama negri ginseng  tersebut. Ketika kulihat jam di
last updateLast Updated : 2022-02-18
Read more

72

BAGIAN 72POV ZULAIKASEMUANYA HARUS HANCUR!              Segera kumatikan ponsel secepat mungkin agar Mami tidak bisa menghubungiku. Dengan jantung yang berdegup kencang, aku langsung segera putar otak untuk menyelesaikan masalah rumit ini. Untungnya, ilham langsung datang meskipun pikiran ini sempat terasa cupet saking paniknya.              “Uek!” Aku langsung berakting mual seakan mau muntah. Sengaja kukeraskan volume suara agar seluruh perhatian tertuju kepadaku.              “Ika, kamu kenapa?” Dewi langsung memegang erat lengan kananku. Namun, aku tak menghiraukan gadis itu dan terus mengeluarkan suara seolah mau muntah.              Saking eneg sendir
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

73

BAGIAN 73POV ZULAIKAMENGULUR WAKTU               “Gus, ini,” kataku sambil menyodorkan ponsel kepada Bagus. Cowok itu lekas menerimanya dan memasukan gawai tersebut ke dasbor motor. Mungkin ribet kalau dikembalikan ke saku celana.              “Udah?” tanyanya dengan suara agak kencang. Bukan apa-apa, terpaan angin sepoi-sepoi lumayan bikin berisik. Padahal, Bagus tak memacu kendaraannya laju. Sedang saja, agar Dewi yang mengikuti dari belakang tidak ketinggalan.              “Iya.” Aku menjawab singkat. Semakin maju dan memeluk Bagus agak erat. Cowok itu pasti senang sekali diperlakukan begini olehku. Selamat, Gus. Anda sedang beruntung.          
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

74

BAGIAN 74POV ZULAIKAMAMI TARGETKU SELANJUTNYA               “Tadi aku SMS, kok, Gus. Masa hilang? Aku nggak nyentuh WhatsApp deh, perasaan.”              Wajah Bagus langsung pias. Dia sibuk mengusap-usap layar ponselnya dengan ekspresi panik. “Duh, kok, bisa hilang, ya?”              “Tinggal instal lagi aja kalau nggak sengaja kehapus atau hilang,” saranku sambil melongok ke arahnya.              “Iya. Ada beberapa file penting, sih. Kehapus nggak, ya, di folderku?” Si Bagus masih terlihat sangat cemas. Dia benar-benar seperti orang yang kebingungan.          &n
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

75

BAGIAN 75POV ZULAIKADETIK-DETIK KEMATIAN              Napasku sungguh terengah-engah tatkala tiba di depan pintu apartemen Daddy. Jantung ini juga berdetak sangat cepat sekali. Belum lagi peluh yang membasahi pelipis. Aku benar-benar seperti baru saja dikejar oleh setan. Aneh sekali, mengapa bayangan Mami di benakku begitu sangat mengerikan? Bukankah tadinya aku yang tak puas karena dia kukira tak bakal mencari?              Kuatur napas untuk sesaat. Tak lupa kuseka juga keringat yang menetes di dahi. Aku tak ingin tampak kacau di hadapan Daddy. Dua bulan tak berjumpa, setidaknya aku harus menunjukan kepada dia bahwa gundiknya ini masih tetap menawan seperti dahulu.              Setelah meyakinkan bahwa diriku sudah baik-baik saja, lekas kurogoh saku
last updateLast Updated : 2022-03-02
Read more

76

BAGIAN 76POV MAMITAK MUNGKIN ANAKKU BEGITU!               “Dasar laki-laki bajingan! Tidak punya empati! Di saat seperti ini, bukannya kamu ikut mikirin di mana anak kita, malah kamu sibuk mencari gara-gara!” Aku mencaci maki Mas Danu, tetapi lelaki itu malah mematikan sambungan telepon. Aku geram. Rasanya kemarahan dan sakit hat ini sudah mencapai batas maksimum.              Sembari menahan degup laju di dada, aku berjalan ke arah ruangan kantor. Sungguh, pikiranku sudah terombang-ambing rasanya. Seperti orang yang linglung. Aku bahkan merasa gejala depresiku seperti bangkit lagi. Kenangan pahit akan perjuanganku untuk lepas dari masalah mental tiga tahun lalu tersebut, malah kini kembali menghantui.              “Ya Al
last updateLast Updated : 2022-03-02
Read more

77

BAGIAN 77POV MAMIMENEMUKAN JEJAK ANAK LELAKI KAYA ITU               “Tenang! Biarkan ibu ini bicara terlebih dahulu!” Penyidik di depanku menunjuk ke arah belakangku. Kulihat mata polisi berusia muda tersebut sampai berkilat-kilat saking emosinya.              “Silakan teruskan,” ujar penyidik itu kepadaku setelah suasana tenang.              “Bisakah saya diperiksa tanpa harus ada orang-orang di belakang? Saya merasa cukup terganggu,” kataku dengan perasaan takut-takut.              “Lho, bisa-bisanya Anda merasa terganggu setelah apa yang telah dilakukan anak Anda kepada Bagus dan Dewi!” bentak pria tua setengah botak
last updateLast Updated : 2022-03-02
Read more

78

BAGIAN 78POV MAMIADA APA DI APARTEMEN?               Aku tertatih-tatih dibopong Prita menuju mobil patroli. Sedang tiga orang buser lainnya masih tertinggal di dalam rumah untuk mengangkut beberapa barang bukti yang dibutuhkan. Isak tangisku masih saja membanjiri wajah. Bahkan sampai kami sampai di mobil pun, aku belum juga dapat menyurutkan air mata.              “Mbak Prita … saya ingin ketemu Zulaika,” lirihku sambil memeluk erat tubuh Prita yang harum elegan. Wanita yang mengaku belum menikah itu, membalas dekapanku dengan lembut. Dia sibuk menenangkan kegamangan hati, meskipun ini bukanlah untuk yang pertama kali. Mungkin polwan itu sudah bosan, tetapi demi rasa kemanusiaan dia tak mungkin untuk menolak rengek cengeng dariku.         
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

79

BAGIAN 79POV MAMIRAUNG AMBULANS               “Mbak Prita, ada apa dengan apartemen itu?” tanyaku dengan degupan jantung yang sangat kencang.              Prita terlihat tersenyum tipis. Tampak dari rautnya, dia tengah berusaha untuk menenangkanku.              “Kita akan menuju tempat yang ditunjukan oleh suspek, Bu Rima. Pasti ada sesuatu di sana.”                 “Anak saya, apakah mungkin ada di sana?” Aku masih belum puas dengan jawaban Prita yang mengambang. Masih berkelebat sejuta pertanyaan di dalam batok kepala. Antara ketakutan luar biasa dan kebimbangan lainnya.      &n
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

80

BAGIAN 80POV MAMIKEMATIAN YANG MENJADI MISTERI               Aku merasakan nyeri di sekujur tubuh. Rasa pening yang menghantam, membuatku tak mampu untuk sekadar membuka mata. Namun, suara riuh rendah begitu membisingkan telinga sehingga mau tak mau aku harus terbangun.              “Ika ….” Aku lirih menyebut si sulung. Hal pertama yang ingin kuketahui setelah sadar dari pingsan yang entah sudah berapa lama tersebut, satu-satunya adalah Zulaika.              “Bu Rima.” Sayup-sayup terdengar suara yang menyebut namaku. Suara itu mirip milik seseorang. Ya, dia adalah Prita, polwan cantik yang mendampingiku selama proses pencarian Zulaika.           
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status