Home / Fiksi Remaja / Pesan Kotor Di Laptop Anakku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pesan Kotor Di Laptop Anakku: Chapter 81 - Chapter 90

150 Chapters

81

BAGIAN 81POV ZULAIKAPENYIKSAAN TERPAHIT               Di tengah rasa menggigil dan nyeri di tubuh yang bertalu-talu, jiwaku harus menciut kembali ketika Daddy datang bersama simpanan barunya. Perempuan bernama Rose itu berjalan beriringan sambil memeluk mesra Daddy. Keduanya seolah ingin menunjukan kepadaku, bahwa aku kini hanyalah seonggok limbah yang tak berguna.              “Rose, ajari dia cara bersopan santun,” ujar Daddy sambil mencium gadis berpenampilan wow tersebut di depan ambang pintu. Gadis berambut panjang dengan dandanan super lengkap seperti mau manggung itu terlihat membalas kecupan Daddy dengan mencium balik pipi gembil lelaki tua bangka di sebelahnya. Aku yang kini semakin berkunang-kunang, hanya dapat menyaksikan kemesraan yang mereka pertontonkan dengan hati yang penuh luka. Sak
last updateLast Updated : 2022-03-10
Read more

82

BAGIAN 82POV ZULAIKADESING PELURU                           “Nah, sekarang giliran rencana eksekusi Danu. Sebentar, aku mau telepon John dulu.” Usai pecahnya tawa yang mengguncang perasaanku, Daddy kini berkata kalau dia akan membuat rencana untuk menghabisi Papi. Dalam hati aku bersorak. Silakan saja kalau Papi mau dibunuh. Makin cepat makin bagus! Rasakan Tante Yeslin, kamu akan segera kehilangan suami sekaligus ayah dari jabang bayi yang tengah berada dalam kandungan! Mampus kalian. Akhirnya, kehancuran rumah tangga sialan itu akan terjadi juga.              “Diam dulu, ya.” Daddy memberi peringatan untuk kedua kalinya kepada Rose. Apakah dia sebodoh itu sampai harus dua kali dikasih tahu? Cuih, selera baru Daddy sungguh rend
last updateLast Updated : 2022-03-10
Read more

83

BAGIAN 83POV ZULAIKARUNTUHNYA MASA DEPAN                           “Argh!” Daddy berteriak histeris bertepatan dengan tumbangnya tubuh gemuk itu ke lantai. Dengan mata kepalaku sendiri, darah bercucuran dari betis kanan dan kirinya. Senjata api yang dia pegang pun terlepas dari genggaman. Lelaki itu tersungkur. Lumpuh seketika hanya dengan tiga kali tembakan dari polisi yang kini timah panasnya bersarang di bertis maupun paha miliknya.              Rose yang juga ikut histeris, kali ini tak bisa berbuat apa pun. Gadis itu langsung tiarap di tempat dan menerima konsekuensi bahwa kini kedua tangannya telah diborgol paksa oleh seorang polisi berkepala plontos dengan wajah yang menyeramkan. Sedangkan Daddy, menangis kencang terlebih dua orang p
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

84

BAGIAN 84POV ZULAIKAMUNCULNYA TERSANGKA BARU               “P-pak … tolong kasihani aku. Badanku luka-luka dan sakit semua. Aku juga lapar, butuh makan,” mohonku sambil memelas kepada para polisi. Apa yang kukatakan memang tak ada dustanya. Aku jujur. Namun, lebih kudramatisir lagi supaya mereka mau mengizinkanku untuk dibawa ke bawah menuju rumah sakit. Yang paling kuinginkan saat ini adalah berjumpa dengan Mami dan Jo. Aku ingin menatap wajah mereka berdua, sebelum … aku masuk bui dan kemungkinan ditahan untuk waktu yang lama.              Dua orang polisi di depan ambang pintu sana saling bersitatap. Tinggal mereka bersamaku dan seorang perawat yang ada di ruang tamu ini. Sisanya sudah mengangkut Daddy dan Rose, serta memeriksa bagian dalam kamar milik tuan rumah.  
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

85

BAGIAN 85POV ZULAIKAMALAIKAT PENYELAMATKU              Polisi berkepala botak dan rekannya yang berseragam hitam pun keluar dari kamar mandi. Mereka berjalan menuju ruang tamu, mungkin karena mendengarkan keributan dari sini. Perawat di sebelahku yang memiliki wajah berbentuk persegi dengan dagu berbelah tersebut lalu cepat-cepat kembali membersihkan luka-luka milikku. Aku pun pura-pura tak melihat mereka dan memilih untuk menatap kerja sang perawat.              “Ada apa rupanya, Don?” tanya polisi yang membawa senjatta laras panjang tersebut.              “Ini, Ndan. Manager pengembang apartemen. Dia marah saat mau dibawa ke kantor untuk diperiksa. Kenapa harus marah kalau memang tidak bersalah?” sindir Doni dengan suara yang
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

86

BAGIAN 86POV ZULAIKAAIR MATA JO              “Ners, ini mulutnya lumayan jontor. Makan bubur tidak apa-apa, kan?” Doni bertanya kepada perawat yang duduk di hadapan kami dengan suara lembut, ketika bubur ayam yang dia pegang tengah diaduknya pelan dengan sebuah sendok plastik.              “Iya, Pak. Boleh. Setelah makan saya kasih gentian violet. Kebetulan ada di tas P3K. Kita oles pelan-pelan luka di bibirnya.”              Aku menoleh sesaat ke arah Doni. Memperhatikan pria yang memiliki rahang tegas dengan warna kulit yang sangat ‘laki’ tersebut kini mengangkat sendok berisi sediki bubur di ujungnya dan hendak menyuapkan padaku.             
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more

87

BAGIAN 87POV ZULAIKATERIMA KASIH, MAS               “Ners, bawa kita bawa Zulaika ke bawah. Dua mobil ambulans sudah standby di bawah.” Setelah berpuluh menit Doni di luar, dia tiba-tiba masuk sambil memberikan perintah kepada perawat yang duduk di depanku. Lelaki yang tengah memainkan ponselnya tersebut, segera mengangkat wajah, kemudian mengangguk siaga.              “Siap, Pak.” Perawat berseragam serba putih tersebut segera mengemaskan tas P3K miliknya. Sisa paracetamol dan gentian violet yang sudah diberikan kepadaku langsung dimasukannya kembali. Pria itu lalu membopongku untuk naik ke atas kursi roda. Sementara itu, Doni hanya diam saja di ambang pintu. Memperhatikan kami berdua dengan muka datar.             
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more

88

BAGIAN 88POV MAMIJERUJI BESI               “Sudah mati? Papimu mati?” Berulang kali aku menekankan kepada Zulaika yang terduduk lemah di atas kursi roda dengan wajah babak belur di hadapan. Kutatap gadis itu dengan rasa tak percaya yang luar biasa.              Zulaika mengangguk. Membuatku kali ini benar-benar harus yakin dan percaya bahwa sosok mantan suamiku tersebut memang sudah meninggal. Kenapa dia bisa mati, sekali lagi itu masih bercokol di kepalaku.              “Bagaimana bisa?” tanyaku sambil menatap Zulaika lekat-lekat.              “Daddy … yang membunuhnya.”        
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more

89

BAGIAN 89POV JOAPA PUN KUKORBANKAN UNTUKNYA               “Sampai keluar air mata segala, Jo?” Pak Dewa, penyidik yang duduk di depanku mengangkat alisnya. Lelaki berkemeja flanel warna mustard itu langsung memasang muka heran.              “Eh, maaf, Pak. Terbawa suasana,” kataku sambil buru-buru mengusap air mata.              “Aktingmu, Jo! Luar biasa. Aku sampai ikut bohong segala kalau kamu cuma diam dan nggak mau ngomong sampai pengacarmu datang segala! Awas ya, kalau setelah ini timbul opini kalau polisi reskrim jahat-jahat!” Pak Robi, seorang buser berpenampilan seperti preman dengan rambut gondrong ikal sebahunya, menepuk pundakku agak keras. Aku hanya bisa tersenyum kecil, merasa tak enak hati
last updateLast Updated : 2022-03-24
Read more

90

BAGIAN 90POV YESLINDANUKU MALANG, DANU KUTENDANG               “Mas Danu! Mas Danu! Bangun, Sayang! Kamu nggak boleh ninggalin aku dan calon bayi kita!” Teriakanku begitu histeris ketika jenazah Mas Danu datang diantar oleh ambulans hitam setelah proses autopsi di rumah sakit selesai. Sekitar pukul 19.00 mayatnya datang diiringi pekik raung sirine pengantar kematian. Aku menangis tak keru-keruan sejak kabar itu sampai ke telinga siang tadi. Namun, tentu saja kalau ini hanyalah sebuah … kamuflase.              Apalagi kalau bukan untuk menarik perhatian orang-orang di sekitar. Terbukti, para tetangga langsung berdatangan ke sini. Sibuk menghibur dan memberikan perhatian ekstra. Belum lagi keluarga besar Mas Danu yang langsung berangkat dari kampung halaman mereka menuju sini. Mama bersama dua
last updateLast Updated : 2022-03-24
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status