“Mi, Ika berangkat dulu.” Zulaika menyambar tanganku. Aku yang tengah mendak meraih pisau selai di atas meja, terpaksa urung sebab tangannya telah menggenggam jemari ini erat. “Lho, nggak sarapan dulu, Ka?” tanyaku agak heran. Zulaika, anak pertamaku yang sudah menginjak usia 17 tahun tersebut, biasanya tak pernah melewatkan sarapan. Gadis itu paling suka dibuatkan roti panggang yang diolesi selai kacang. Namun, kali ini dia sangat berbeda. “Buru-buru,” ucapnya sambil mencium tanganku cepat, lalu berlari ke arah depan sana menuju pintu. Rumah minimalis kami yang dapur, ruang tengah, dan ruang tamunya tanpa sekat serta langsung mengarah ke pintu ini memang membuatku langsung bisa memandangi sosok Zulaika yang keluar. &n
Last Updated : 2021-12-22 Read more