All Chapters of Pesan Kotor Di Laptop Anakku: Chapter 1 - Chapter 10

150 Chapters

1

“Mi, Ika berangkat dulu.” Zulaika menyambar tanganku. Aku yang tengah mendak meraih pisau selai di atas meja, terpaksa urung sebab tangannya telah menggenggam jemari ini erat.              “Lho, nggak sarapan dulu, Ka?” tanyaku agak heran. Zulaika, anak pertamaku yang sudah menginjak usia 17 tahun tersebut, biasanya tak pernah melewatkan sarapan. Gadis itu paling suka dibuatkan roti panggang yang diolesi selai kacang. Namun, kali ini dia sangat berbeda.              “Buru-buru,” ucapnya sambil mencium tanganku cepat, lalu berlari ke arah depan sana menuju pintu. Rumah minimalis kami yang dapur, ruang tengah, dan ruang tamunya  tanpa sekat serta langsung mengarah ke pintu ini memang membuatku langsung bisa memandangi sosok Zulaika yang keluar.        &n
last updateLast Updated : 2021-12-22
Read more

2

Tanganku jadi gemetar hebat. Lutut ini seketika lemas. Air mata di ujung pelupuk tanpa terasa semakin banyak dan akhirnya jatuh tak tertahankan. Zulaika, kamu benar-benar telah merusak segala percaya yang selama ini kuberikan! Demi kebahagiaanmu, kulepaskan kau bagai burung di udara. Bebas pergi ke mana pun dengan teman-temanmu. Sampai saat pulang terlambat pun, aku masih maklum asal sebelum Magrib tiba. Inikah yang ternyata kamu sembunyikan dari mamimu sendiri?              Aku menguatkan diri untuk terus menjelajahi isi WhatsApp milik Zulaika. Kubongkar isi balas-balasan pesan yang dilakukan Zulaika kepada seseorang bernama Boo. Hari ini juga, semua rahasianya harus kuungkap. Zulaika harus menerima semua konsekuensi dari perbuatan tak terpuji tersebut!              Tanganku mengulir bola mouse hingga ke atas. Belum sampai pada p
last updateLast Updated : 2021-12-22
Read more

3

Daddy   : Sorry, baru ngirim pagi. Segini dulu, ya? Anakku minta uang semesteran soalnya. Nanti kutambah lagi.              Jantungku sungguh rasanya teremas-remas. Bagai ditusuk sembilu. Nominal sepuluh juta bukanlah angka yang kecil. Apalagi bila uang tersebut asalnya dari orang yang entah siapa. Mengapa Zulaika bisa dikirimi uang sebanyak itu oleh lelaki matang yang dipanggilnya ‘daddy’?              Saat kuberanikan diri untuk memperbesar foto yang digunakan akun tersebut, aku sungguh semakin tercengang. Bapak-bapak yang usianya jelas di atasku. Kutaksir mungkin sekitar lima puluh tahun. Bertampang sangar akibat lintang kumis tebal. Hidungnya besar dengan pipi yang tembam. Dari foto separuh badan dengan gaya formal dan berlatar belakang merah, dapat kusimpulkan orang ini badannya gemuk. Astaga, apakah … ana
last updateLast Updated : 2021-12-22
Read more

4

Napasku terasa naik turun. Aku benar-benar terhenyak luar biasa. Barang-barang yang semula kuletakan kembali ke dalam laci, dengan tangan yang luar biasa gemetar, kini coba kutelisik untuk kedua kalinya. Kubuka buku tabungan tersebut satu per satu. Memeriksa berapa nominal terakhir yang tercetak. Ya Allah, tiga hari lalu, gadis itu baru saja mencetak saldo rekening dan aku bahkan tak mengetahui apa pun. Uang senilai tujuh puluh lima juta! Aku ingin berteriak senyaring-nyaringnya. Bahkan aku yang pontang panting bekerja keras ini, tak memiliki saldo rekening sebesar itu!              “Zulaika … kamu sembunyikan semua ini dariku!” lirihku dengan degupan jantung yang luar biasa kencang. Saking tak tahan lagi, aku membawa semua barang Zulaika dari lemari ke atas ranjang. Hampir saja aku tumbang sebab oleng saking syoknya. Ya Allah, kuatkan jantungku. Kuatkan aku demi anak-anakku! &nb
last updateLast Updated : 2021-12-22
Read more

5

sekitar sepuluh kilometer. Tidak terlalu jauh, memang. Zulaika berangkat dengan menaiki motor matiknya. Dia memang sudah lihai mengendarai mobil sejak tahun lalu, tapi entah mengapa aku belum percaya bila gadis itu membawa CRV hitam ini. Kuanggap dia masih terlalu dini untuk mengendarai kendaraan roda empat. Anak yang kupikir masih terlalu ‘dini’ tersebut, nyatanya sudah sangat liar di luar ekspektasiku.              Kulirik jam di dasbor mobil. Pukul sembilan lewat lima belas. Aku harus lekas sampai, pikirku. Sudah tak sabar lagi mulut ini hendak bertanya panjang kali lebar kepada Zulaika. Meminta pengakuannya atas chat-chat mes*m yang tak sengaja kutemukan di laptop. Apa pun yang terjadi, anak itu harus mendapat teguran. Kalau perlu, akan kukirim dia ke pesantren yang berbasis boarding school, bila dia terlalu gengsi dan tak nyaman untuk tinggal di pondok konvensional seperti si Ario. Biar kujual
last updateLast Updated : 2021-12-22
Read more

6

“Selamat pagi. Saya Bripka Aris Sunandar, anggota satlantas polresta yang mendapatkan laporan tentang laka lantas di sini. Ibu, ada apa? Apakah Ibu adalah orangtua dari salah satu korban?” Seseorang telah berbicara kepadaku sambil menepuk pundak ini. Aku pun langsung membuka mata. Menatap ke arah sumber suara dengan perasaan yang hancur lebur.              “Motor yang hancur itu … mirip milik anakku, Pak Polisi,” ujarku terbata sambil menunjuk ke arah tepi jalan sana, tempat di mana motor matik warna abu-abu yang hancur lebur itu diamankan.              “Mirip? Apakah sudah dicek nomor platnya?” tanya lelaki berseragam lengkap dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya tersebut.              Aku yang sudah gem
last updateLast Updated : 2021-12-22
Read more

7

Saat para guru tiba-tiba muncul dan menyerbu ruang di mana aku berdiri, entah mengapa pikiranku malah menjadi semakin kacau. Aku hanya ingin segera mencari Zulaika, meskipun hati kecilku sangat keberatan untuk pergi begitu saja di tengah kekalutan orang-orang mengenai kematian dua teman putriku. Bagaimana pun juga, mereka tewas sebab mengantar Zulaika, yang sama sekali tidak ada di rumah. Bahkan nomor ponselnya pun tak dapat dihubungi.              “Ibu, saya turut berduka cita sedalamnya atas kematian dua teman-teman Zulaika. Namun, saya harus pamit untuk mencari anak saya. Kalau Ibu bilang mereka pergi sejam lalu, seharusnya Zulaika sudah ada di rumah dari tadi. Namun, nyatanya dia tak ada di rumah.” Aku berusaha untuk berbicara pada Bu Putri, di tengah hiruk pikuk para guru yang beberapa pecah tangisnya.              “
last updateLast Updated : 2021-12-27
Read more

8

Dengan jantung yang masih berdegup kencang dan rasa ngeri yang entah semakin menyiram jiwa, aku terpaksa untuk memberanikan diri melanjutkan perjalanan ke rumah. Pikiranku tak menentu. Bercabang jadi tentang banyak hal. Ada Zulaika, teror karangan bunga, dan kecelakaan dua orang teman anakku tersebut.              Sebagai seorang janda tanpa pilar penyangga kehidupan, aku sangat terbebani tatkala harus masuk ke pusaran masalah pelik seperti ini. Tak ada tempat mengadu, tak ada tempat berdiskusi. Sementara keluarga besarku jauh berada di seberang pulang sana. Itu pun hanya saudara-saudara kandung yang telah memiliki keluarga masing-masing. Orangtua tempat meluahkan curahan hati sudah lama berpulang. Hanya pada Allah saja aku bisa mengadu sekarang.              “Ya Allah, aku mohon lindungi Zalika. Semoga dia sudah ada di rumah,”
last updateLast Updated : 2021-12-28
Read more

9

“Tolong pertemukan saya dengan Yeslin. Saya mohon,” bisikku pelan dengan wajah yang memelas pada sang pembantu. Namun, pembantu tersebut bergeming. Dia masih saja menunduk dan diam seribu bahasa.              “Bukakan kunci pagar ini. Saya ingin masuk dan saya janji tidak akan membuat keributan.” Aku terus memohon. Mataku mulai berkaca sebab hendak menangis saking kesalnya. Akan tetapi, aku tak bisa main kasar, sebab akan menyusahkan diriku sendiri.              “Ibu akan marah pada saya,” balasnya dengan suara yang lirih. Pembantu tersebut seperti ingin berbalik badan. Namun, segera kucegat dan kutarik pelan lengannya.              “Tolong, Bu. Anak saya hilang. Saya hanya ingin menyampaikan kepada keluarga ini.”
last updateLast Updated : 2021-12-29
Read more

10

Aku lebih terhenyak kembali saat membaca keterangan di bawah foto lelaki berkumis tebal tersebut. Bonaventura Aditio, CEO PT Sinar Abadi Pulp. Dia … CEO? Lelaki yang mengirimi bukti transfer sepuluh juta rupiah tadi pagi itu adalah seorang CEO tempat Mas Danu bekerja?              Kukucek mataku. Memastikan bahwa mata tua ini tak salah melihat. Namun, ingatanku akan foto profil dan gambar di depan sana persis sama. Wajahnya sangat mirip. Ya, CEO itulah yang kontaknya telah diberi nama Daddy oleh Zulaika.              Aku yang masih terduduk di depan setir, buru-buru melepas sabuk pengaman. Turun dari mobil, tanpa mematikan mesin.              “Pak satpam, tolong izinkan aku berjumpa dengan Pak Danu. Sebentar saja,” kataku sambil memohon-mohon. Menan
last updateLast Updated : 2021-12-31
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status