Home / Fiksi Remaja / Pesan Kotor Di Laptop Anakku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Pesan Kotor Di Laptop Anakku: Chapter 61 - Chapter 70

150 Chapters

61

BAGIAN 61POV ZULAIKATAK BISA BERKATA-KATA!               “Ika, halo?” Terdengar dari seberang sana suara Dinda mendesak untuk dijawab. Aku yang masih terhenyak akibat perkataan sebelumnya, tentu gelagapan tatkala harus menjawab.              “I-iya ….”              “Jadi, aku harus pakai baju apa?”              “Din, kenapa kamu mikirnya sejauh itu?” Aku bertanya dengan sangat hati-hati. Gila si Dinda! Bagaimana bisa dia menembakku dengan pertanyaan yang sama sekali tak pernah kuduga bakal tercetus dari bibirnya. Gadis cantik yang terlihat polos dan bintang kelas itu, mengapa bisa sesantai itu saat menanyakan peri
last updateLast Updated : 2022-02-05
Read more

62

BAGIAN 62POV ZULAIKADITUSUK DARI BELAKANG               “Oh, ya, betul juga,” jawabku sedikit agak salah tingkah. Sial! Lihatlah mereka, bahkan lebih cantik dan tampilannya lebih meyakinkan ketimbang diriku. Tatkala mereka berdandan lengkap begini, rasanya diriku terasa sangat kerdil bila bersanding dengan keduanya. Tahu begitu, seharusnya aku tak boleh kalah cakep. Bisa-bisa, Daddy bakal membuangku kalau kelewat nyaman dengan keduanya.              “Ayo, buruan. Nanti telat, lho!” Dinda melangkah maju keluar dari pintu rumah Kikan. Gadis yang mengenakan sepatu kets warna biru itu segera menggamit lenganku. Senyumnya tampak manis sekali. Terlebih, rambut lurus sebahunya hari ini dikuncir gulung dua atau space buns yang membuat wajah cantik milik Dinda semakin tampak menawan. Gila! Aku la
last updateLast Updated : 2022-02-10
Read more

63

BAGIAN 63POV ZULAIKASOSOK-SOSOK YANG MENGEJUTKAN               Ting! Pintu lift terbuka di depan kami dan membuatku lekas masuk serta membuang muka dari Kikan. Kedua temanku juga ikut masuk dan masing-masing berdiri di samping kiri maupun kanan. Mereka seakan tengah mengawal diriku. Jujur saja, di sini aku semakin merasa tak nyaman.              “Yang tadi hanya bercanda. Jangan dimasukin ke pikiran.” Kikan menyikut pelan. Berucap dengan sangat santai. Padahal, perkataannya yang semula sudah sukses membuat paru-paruku hampir kolaps karena sesak. Betul-betul anak ini. Diam-diam, dia sangat berbahaya. Mungkin, aku harus tetap waspada kepada Kikan maupun Dinda.              Kupilih untuk bungkam. Tak menjawab sepatah kata pun dan
last updateLast Updated : 2022-02-10
Read more

64

BAGIAN 64POV ZULAIKAKECANDUAN               “Kabar baik, Pak Bona. Wah, sudah ramai ya, ternyata.”              Sesosok pria tinggi berusia matang dengan wajah yang klimis dan tatanan rambut rapi dibelah pinggir itu masuk. Sedangkan seorang rekannya lagi yang berkepala botak dan wajahnya masih sangat kuingat ketika kami tak sengaja bersitatap di lantai satu tepatnya siang kemarin, masih bersalaman dengan Pak Bona. Ya Tuhan, dua lelaki itu adalah orang-orang yang kemarin menunggu Daddy! Orang-orang yang berkelahi dengannya dan disebut-sebut sebagai auditor keuangan. Jadi, Kikan dan Dinda disiapkan untuk menyogok mereka?              “Silakan Pak Bram, Pak Tirta. Masuk-masuk. Kita duduk dulu, ngobrol-ngobrol.” Daddy terlihat meran
last updateLast Updated : 2022-02-11
Read more

65

BAGIAN 65POV DINDAKUTEMUKAN JALAN TERBAIK               “Mas, ini yang pertama buatku.” Aku tegang. Badanku lumayan kaku dan gemetar saat Mas Bram yang usianya sepantaran dengan Bapak, kini berbaring di samping. Cowok dewasa yang punya wajah cakep khas ahjussi-ahjussi dalam drama Korea tersebut malah menatapku dengan sendu.              “Ini juga yang pertama buatku. Pertama kalinya mencoba meniduri perempuan selain istri.” Mas Bram yang telah mencopot jasnya itu kini menatap langit-langit. Deru napasnya terdengar berat. Kupikir, dia adalah lelaki hidung belang seperti sugar daddy-nya si Ika. Namun, ternyata aku salah duga. Cowok seganteng dan segagah Mas Bram ternyata setia.              “Jadi … aku ha
last updateLast Updated : 2022-02-11
Read more

66

BAGIAN 66POV KIKANOM TIRTA, I LOVE YOU              “Hiks.” Aku menangis. Air mata itu terus meluncur tatkala memperhatikan noda merah pada sprei putih yang sempat jadi saksi pergulatan kami.              “Kikan, Om minta maaf, Sayang. Jangan menangis terus. Maafkan Om,” bujuk Om Tirta sambil mendekap erat tubuhku.              Aku yang duduk bersandar di depan kepala ranjang, hanya bisa menggigil ketakutan. Apa yang sudah kulakukan, benar-benar sangat kelewatan batas. Sialnya, aku baru sadar penuh setelah semua terjadi. Terlambat, memang. Keperawananku sudah lenyap hanya dalam satu jam saja. Om Tirta telah merenggutnya habis, sampai tak ada lagi yang tersisa.          &n
last updateLast Updated : 2022-02-11
Read more

67

BAGIAN 67POV MAMIKE MANA ANAKKU               “I-ika ….” Lidah ini terasa begitu berat. Kepala pun begitu juga. Aku rasanya pening sekali. Belum lagi rasa dingin yang menusuk-nusuk hingga tulang. Namun, yang kuingat saat ini malah Ika. Anak sulung yang sebenarnya sangat menguji kesabaran akhir-akhir ini. Ke mana dia? Mengapa tak kudengar suaranya sedari tadi.              “Mi, ini Ario. Mami udah pindah ke ruangan VIP. Ika pergi barusan, Mi.”              Genggaman hangat itu membuat tubuhku seketika nyaman. Mataku membuka perlahan. Menangkap sosok Ario yang tengah duduk di samping ranjang. Entah aku tertidur sudah berapa lama sampai-sampai tak menyadari bahwa tubuhku telah berpindah ke ruangan dengan interio
last updateLast Updated : 2022-02-17
Read more

68

BAGIAN 68POV KIKANRAHASIA BESAR MAMA               “Kikan, sore banget pulangnya?”              Petang itu, Mama menyambutku dengan wajah yang agak heran. Perempuan 40 tahun itu menatap dengan alis tebalnya yang terangkat. Sementara sebelah tangannya sedang memegang ponsel dengan santai.              “I-iya, Ma. Maaf, ya. Tadi sekalian nonton anak basket latihan di lapangan sekolah. Nggak apa-apa, kan?” tanyaku sembari menggigit bibir. Pelan-pelan aku melangkah. Selain merasa agak takut, selangkanganku juga terasa pedih sejak tadi pagi. Bagaimana tidak, Om Tirta bahkan melakukannya sampai dua kali. Membuatku benar-benar kewalahan dan kesakitan luar biasa. Untung saja, pulangnya dia tak lupa untuk memberiku sebuah ka
last updateLast Updated : 2022-02-17
Read more

69

BAGIAN 69POV DINDAMEREKA ADALAH NERAKAKU                           Pertemuan singkatku dengan Mas Bram akhirnya usai. Kami memilih untuk keluar dari apartemen tepat pukul 10.00 pagi. Padahal, hatiku berat sekali kala harus berpisah dengannya.              “Kamu baik-baik, ya? Kabari kalau sudah di rumah.” Mas Bram memelukku sebentar di depan pintu apartemen yang masih terkunci. Tubuhku yang langsung tenggelam dalam dekapan pria tinggi nan atletis itu sejenak merasa hangat. Reflek, kedua tangan ini langsung melingkar, membalas pelukannya. Kubenamkan wajah ini ke bagian perutnya yang terasa keras dan kotak-kotak. Andai, andai saja Mas Bram memiliki iman yang lemah. Mungkin bisa saja aku akan menjadi wanita kedua dalam hidupnya. Sesuatu yang d
last updateLast Updated : 2022-02-17
Read more

70

BAGIAN 70POV ZULAIKATIGA TAHUN KEMUDIAN               Waktu berjalan dengan sangat cepat. Tanpa terasa, aku kini sudah 17 tahun dan duduk di bangku kelas XI SMA. Tubuhku semakin bertumbuh, tetapi jiwaku masih tetap sama. Penuh luka yang diam-diam kusembunyikan dalam canda maupun senyuman manis. Setiap detik kehidupan yang datang menghampiri, memang tak semuanya membawa petaka. Namun, tetap saja trauma masa lampau dan derita-derita yang sempat menyayat perasaan, masih membekas sampai saat ini. Entah sampai kapan bakal sembuh, aku pun tak mengerti.              Semenjak kejadian tiga tahun lampau yang membuat Mami harus diopname di rumah sakit akibat demam tinggi yang disebabkan oleh typus, wanita itu telah banyak berubah. Beliau juga melanjutkan pengobatan kejiwaannya dengan berkonsultasi di psikiater setelah ke
last updateLast Updated : 2022-02-18
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status