Home / Romansa / Kill My Husband! / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Kill My Husband!: Chapter 71 - Chapter 80

97 Chapters

71. Ciuman Perpisahan

Saat Izora membuka pintu, ia langsung mendapati Bandit yang berdiri kaku sambil menenteng banyak paper bag dan satu kardus pipih yang ada dalam dekapannya. Lelaki itu menatapnya kaku dan rumit. Tidak menyapa dan langsung masuk untuk meletakkan semua barang itu. “Apa saja yang kau beli?” Izora mengintip isi paper bag yang terbuka. “Baju?”“Ya.” Bandit hanya menjawab dengan suara pelan yang sama sekali tidak antusias.Izora mengernyit heran lalu menahan lengan Bandit yang bergerak sibuk menata semua barang itu, yang mana itu sama sekali tidak perlu.“Ada apa?”Bandit berhenti, namun tidak menoleh untuk melihat Izora, dan Izora semakin heran.“Apa terjadi sesuatu?”Ketika akhirnya lelaki itu berdiri tegak dan meninggalkan semua gerakan sibuk kamuflasenya, Izora bisa melihat sesuatu yang tersembunyi di matanya. “Tidak apa. Aku lupa membeli ba
Read more

72. Meledakkan Rumah Darius

Serina masih duduk di depan sofa kecil menghadap meja yang penuh dengan sarapan. Belum ia sentuh sama sekali. Ia menunggu orang-orang yang akan menghampirinya. Pengawal-pengawal kuat, tapi penuh nafsu itu pasti akan mengantre masuk ke kamarnya.Ia tersenyum saat mendengar derap langkah kaki yang bersahut-sahutan di luar kamar. Terdengar buru-buru dan sedikit ribut. Namun, tak lama kemudian suaranya teredam sampai akhirnya menghilang sepenuhnya. Serina mengerutkan kening. Dia bangkit dari duduknya dan baru ingin membuka pintu ketika pintunya terbuka dari luar.Pengawal yang seringkali dia lihat di dekat Darius muncul. Dengan tubuh tegap kokohnya dan ekspresi datarnya yang terlihat tidak senang. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya.Serina melipat tangan di depan dada percaya diri. “Apa?”“Jangan mengganggu pekerjaan pengawal dan diamlah di sini.” Kedua alis dan kelopak mata itu mengetat menghunjam S
Read more

73. Aku yang Menyuruh Pria Ini

Bandit diam membeku ketika puluhan pistol diarahkan padanya. Pengawal-pengawal yang mengepung menyebar ke dalam rumah dan betul-betul mengelilingi Bandit. Bergerak sedikit saja, peluru mereka akan melayang menembus daging Bandit.Sementara Darius sudah bangkit dan menatap Bandit muak sekaligus penuh dendam. Kacamatanya bergerak-gerak seiring dengan denyutan wajahnya yang kian jelas.“Kau tertangkap, Berengsek!” Dia melirik ke seorang pengawal yang mengarahkan moncong pistol tepat pada pelipis Bandit. “Buat dia berlutut.” Bandit tak mengatakan apa-apa ketika bahunya ditekan dan tulang keringnya ditendang. Membuat ia terpaksa berlutut di hadapan Darius yang menjulang tinggi dengan ekspresi kemenangan.“Kau tak perlu memakai kain sialan ini!” Darius melepas penutup wajah yang dikenakan Bandit secara kasar. Ia muak dan sangat murka melihat kain itu.“Sekarang akan kuhancurkan kau sampai berkeping-keping.&
Read more

74. Nyawa Dibayar Nyawa

Serina membelalak. Diliriknya Bandit yang membeku dengan dada kembang kempis. Sang kakak terlihat lebih terkejut darinya.Sedang Darius mengangkat sebelas alis. “Apa maksudmu?”Namun, Izora tak lagi menjawab. Diam dan seolah ucapannya barusan adalah pengakuan final.Bodoh! Serina memaki dalam hati. Kalau dia mengaku, apa Darius akan membebaskan Bandit? Setidaknya dia harus selamat dan mendapatkan kepercayaan Darius.“Aku sedang tidak ingin bercanda, Izora. Katakan apa maksudmu?”Serina menahan napas dan juga menahan kabut panas di kepalanya. Bisa-bisanya pasangan bodoh ini saling melemparkan diri ke mulut buaya.“Nyonya yang menyuruh Bandit untuk membawa adiknya dari sini. Nyonya memprovokasi pria itu untuk kembali ke rumah ini, karena Nyonya yakin Anda pasti sudah memperketat pengamanan dan menyiapkan senjata yang banyak.”Serina mengerjap. Memandang Bhanu dengan takjub dan bertepuk tangan dalam ha
Read more

75. Sama-sama Dimabuk Cinta

Tengah malam di saat semua orang tertidur, Serina memakai gaun tidur paling seksi dari semua yang pernah dipakainya. Sebenarnya itu milik Izora yang dia ambil begitu saja dari lemarinya. Dua orang pengawal yang berjaga di depan pintu gudang berusaha keras untuk tak melirik walau hanya sedetik saja. “Halo, kalian akan berjaga sampai pagi?" Dengan nampan makanan di kedua tangan, Serina mengedip nakal pada dua pria yang tiba-tiba menegang kaku itu.“Ya, kami akan bertugas sampai pagi.”“Kasihan sekali. kalian sudah makan malam?” Serina menaikkan kedua bahu dengan ekspresi yang peduli sampai tali tipis pada bahunya melorot.Sontak dua pasang mata di hadapannya melotot. Terang-terangan mereka memelototi dada Serina yang menyembul dengan cara yang sangat menantang.Sial! Aku tidak tidak pernah menggoda dengan cara begini, batinnya.Meskipun Serina adalah wanita penghibur yang sudah berpengalaman, ta
Read more

76. Ketahuan

Serina membeku ketika Izora memberikan sebuah senjata api kepadanya. Pistol ramping dan kecil itu terlihat seperti mainan dalam genggaman jemari lentiknya. “Jadi … kita harus apa?”“Ke kamar Darius dan menembaknya.”Serina terdiam sambil menunduk mengamati pistol di tangannya. “Kau yakin? Di luar banyak pengawal.”Serina bergidik ngeri membayangkan ratusan pengawal itu akan mengepung mereka, sedang Izora tampak biasa saja kendati dia juga memegang pistol yang sama dengan milik Serina.“Jadi apa yang harus kita lakukan?”Izora menyorotnya dingin. “Kita sudah membicarakannya tadi.”“Maksudmu kita akan mengendap-endap ke kamar Darius lalu menembaknya?”“Hm.” Izora menutup lemarinya kembali. Hal yang membuat Serina terheran-heran adalah lemari besar dan mewah itu tidak hanya diisi pakaian, melainkan ada beberapa senjata api
Read more

77. Membuat Izora Mengemis

Darius mengambil ikat pinggang dan dasi dari dalam lemari. Diikatnya kedua tangan Izora dengan dasi. Dengan kasar dia lepaskan celana Izora setelah sebelumnya merobek bajunya dengan brutal.“Kau menjadi jalang di belakangku. Kalau begitu, aku ingin lihat seberapa jalangnya dirimu.” SLEB!Ikat pinggang itu mendarat di paha Izora. Lagi dan lagi. Izora meringis merasakan betapa kerasnya benda berkulit tajam itu menyabet kulitnya berulang kali. Rasanya sekujur tubuhnya terasa terbakar dan penyebabnya bukan karena gairah. Belum puas, Darius memindahkan cambukannya ke bokong Izora sampai kulitnya betul-betul memerah dan terluka.“Bagaimana? Kau suka? Begini 'kan caramu menjadi jalang?” CTAK! Satu cambukan lagi mengikis kulit pinggang Izora. “Aku sangat marah, Izora. Lihat saja, aku akan menghancurkan keluargamu. Kau bahkan tidak bisa menghitung semua uang yang sudah kukeluarkan untuk mer
Read more

78. Siksaan Brutal Darius

Baru lima detik yang lalu Izora meluncur ke alam bawah sadarnya ketika tiba-tiba tubuhnya sudah ditindih dengan kasar.Ia bangun dari tidur ayam-ayamnya dan menemukan Darius yang meraup buah dadanya seperti orang kesurupan. Dia begitu terburu-buru, masih dengan ekspresi yang dia lihat kemarin malam. Luar biasa marah.Darius mengangkat wajah dan menghunjam Izora tajam. “Apa aku mengizinkanmu tidur, huh?” Lalu kembali meremas payudara Izora sekencang mungkin.Refleks Izora mengerang, bukan karena bergairah. Rasa sakit yang semalam belum surut, pagi ini Darius kembali menggila. Ia bahkan sudah memakai setelan jasnya dengan tatanan rambut yang rapi. Izora yakin dia sudah bersiap ke kantor pagi ini.“Mana desahanmu, Izora? Aku ingin mendengarnya. Mendesah dan merintihlah dengan penuh putus asa.”Alih-alih menurut seperti yang biasa dia lakukan, Izora malah menutup bibirnya rapat-rapat. Gerakan Darius yang tengah mene
Read more

79. Kekasihmu Adalah Istriku

Setelah pulang dari kantor, Darius menyampirkan jasnya di lengan sofa dan menggulung lengan kemejanya. Langkahnya lurus menuju gudang diikuti dengan Bhanu. Adalah sebuah kehagiaan untuknya saat dia melihat musuhnya sekarat di depan mata. Mata yang serupa binatang buas itu kini meredup lemah dan Darius sangat menyukainya.“Kau masih bertahan?”Kelopak mata Bandit bergerak-gerak berusaha untuk terbuka, tapi Darius segera melemparkan pukulan ke matanya dan membuat kepala Bandit terpelanting keras. “Tetaplah menatapku dengan mata meredup lemah itu, Berengsek! Karena kalau tidak, aku akan membunuh kekasihmu.” Saat itu juga Bandit mengangkat wajahnya yang sudah babak belur. Perlahan deru napasnya menguat.“Kenapa? Kekasihmu itu adalah istriku. Dia milikku, Keparat! Dan kau seenaknya membawanya pergi dariku dan selingkuh bersamanya. Berusaha membunuhku dan mengambil istriku. Wah, serakah sekali kau.&r
Read more

80. Semuanya Sudah Berakhir

Satu minggu tanpa air dan makanan membuat Bandit kian lemah ditambah dengan kedatangan Darius untuk memberikan siksaan setiap hari. Luka yang darahnya belum mengering harus mengeluarkan darah segar lagi, lagi dan lagi tanpa habis. Tapi bukan itu yang membuat Bandit terbakar, melainkan keadaan Izora yang dilaporkan Darius setiap hari kepadanya.Pintu dibuka dan cahaya terang dari luar menembus masuk. Derap langkah kaki terdengar mendekat. Bandit sudah tahu jika itu adalah Darius. Ia bahkan hafal suara langkah kakinya. “Bagaimana keadaanmu? Masih kuat?” Ada ejekan yang tersurat dalam nada suaranya.Bandit tidak bisa membuka mata sepenuhnya. Wajahnya dipenuhi pukulan, memar dan goresan serta penglihatannya tak lagi jelas. “Kau masih hidup ternyata. Yah … kalian benar-benar pasangan yang sempurna, mampu bertahan meski aku menyiksa kalian setiap hari.” Darius mendenguskan tawa ejekan.Detak jantung
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status