Pikiranku cukup terganggu dengan permintaan Nabhan untuk menjemputnya. Ini kesempatan yang tidak mungkin kulewatkan, tetapi aku juga bingung. Jika selama liburan ini ia bersamaku, maka tidak ada yang menemaninya di rumah saat aku harus berada di kantor. Sementara urusan kantor sedang banyak-banyaknya. Menitipkannya pada Sakta juga tidak mungkin, karena ia juga sedang sibuk dengan persiapan proyek barunya.Aku mengetuk-ngetukkan jari di meja kerjaku berharap suatu ide muncul di otakku. Berpikir keras mencari jalan agar Nabhan bisa menghabiskan masa liburannya bersamaku sebelum ia masuk pesantren. Buntu, masih tak kutemukan jalan keluarnya. Ketukan di pintu cukup membuatku terkejut.Aku mengarahkan pandanganku ke pintu, sebuah wajah menyembul dari pintu yang terbuka. "Masuk," kataku mempersilahkan. Iqbal, Kasubbag Divisiku meng
Read more