Home / Thriller / Bunuh Aku, Sayang! / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Bunuh Aku, Sayang!: Chapter 31 - Chapter 40

103 Chapters

SARANG PENYAMUN

“Geledah mereka!” Seorang pria lain yang baru saja datang memberikan perintah dengan suara serak yang mengancam. Kedua orang yang menyeret Richie dan Jack menggelegah mereka. Meraba-raba dengan kasar dari ujung kepala hingga ujung kaki mereka. “Clear!” kedua pria penggeledah itu berseru kompak. “Mau kita apakan mereka, Tuan Wilson?” Mendengar nama yang disebutkan salah seorang pria itu, Richie dan Jack saling melirik satu sama lain. Terutama Jack – dia patut merasa bangga karena akhirnya bertemu dengan mantan suami dari wanita yang telah membuatnya berkeringat. Wilson mendekati Richie dan mendongakkan wajah Richie untuk menatapnya. Dalam sekejap Richie menemukan keganjilan dari cara pria itu memperhatikan wajah serta tubuhnya. Kemudian dia berpaling kepada Jack yang sedari tadi mendelik tajam kepada Wilson. Dia juga dapat merasakan ada yang aneh dengan pria itu. Jack sudah ingin membongkar tentang kepuasaannya bermain-main dengan Berna
Read more

GADIS BODOH!

Patty mendorong pintu rumah kayu itu dan masuk ke dalamnya. Berbeda dengan penampilan luarnya, bagian dalam rumah itu – meski kosong – tapi terlihat lebih bersih. Patty menerawangkan pandangannya ke langit-langit rumah. Saat itulah seorang pria berdesis dekat lehernya. “Patricia Carol? Kau merindukanku, sayang?” Tenggorokan Patty tersekat, mengenali suara pemuda di belakangnya. Namun sebelum dia sempat membalikkan badannya, mulutnya lebih dulu dibekap dengan sebuah kain berbau menyengat. Patty hampir kehilangan kesadarannya, namun cukup bersyukur karena pemuda itu lebih memilih menyumpal mulutnya dengan kain bau itu ketimbang membiusnya hingga pingsan. Mata Patty membulat dan mulutnya berusaha meneriakkan nama "Theo", agar pemuda itu melepaskannya. Tetapi itu merupakan usaha yang sia-sia. Theo meracaukan banyak hal tentang obsesinya terhadap Patty dan kekesalannya karena gadis itu terlalu jual mahal. Tangan pemuda itupun mulai meraba-raba bokong Patty dan men
Read more

DEWI FORTUNA

“Shit!” Richie mengumpat. Matanya lurus menatap tubuh mungil yang setiap inchinya telah begitu dia kenal. Diseret seorang pemuda berbadan kurus dengan langkah terburu-buru.Jack yang masih menjejakkan kakinya ke tubuh Wilson juga menangkap sosok Patty yang terseret-seret dan menengok tajam kepada Richie. Sedangkan dua orang yang telah di hajar Richie hanya bisa meringis kesakitan, tak berani beranjak dari posisinya.“Harusnya aku sudah membunuh pemuda itu sejak pertama bertemu!” geram Richie ketika matanya mengenali sosok pemuda itu.“Kalau begitu lakukan saja!” seru Jack memprovokasi.“Kau yang akan melakukannya, soldier.” Richie melemparkan pistol rampasannya kepada Jack yang ditangkap dengan sigap oleh tangan berotot pria itu.“Bagaimana kalau meleset dan aku mengenai kekasihmu?” ucap Jack menggoda Richie.Richie mengacuhkan Jack. Dengan langkah kaki lambat dan pasti, Richie mela
Read more

PELARIAN YANG DRAMATIS

Alarm berbunyi nyaring memekakan telinga. Derap langkah sepatu bot bersahutan dengan suara alarm. Patty mencengkeram tangan Richie, air matanya telah kering namun jantungnya masih berdetak tak beraturan. Jack berlari meninggalkan Wilson serta dua anak buahnya dan berdiri mengapit Patty di antara mereka “Are you okay, little girl?” tanya Jack kepada Patty. “Kau berhutang goresan di pelipisku,” jawab Patty dengan suara serak – percampuran antara lelah, cemas takut dan aneka emosi lainnya. “Dia benar. Kau harus membayarnya,” sahut Richie. “Whatever, mate! Aku berhitung – peluruku hanya tersisa tiga butir.” “Damn!” Serombongan pria, sebagian bertelanjang dada dan sebagian lagi mengenakan jumpsuit bengkel, berjalan ke arah gudang dengan membawa bermacam benda di tangan mereka. Senjata api atau senjata apapun yang bisa mereka raih. “Ri – Richie!!” Patty merogoh kantung jins-nya. “Aku belum menggunakannya – sama sekali. Isinya
Read more

MENYELAMATKAN DIRI

Jeep menerobos api. Di kursi belakang, Patty membungkuk sedalam mungkin ke atas jok. Tangannya terlipat ke atas kepala, melindungi diri dari berbagai kemungkinan yang berbahaya. Richie duduk bersebelahan dengan Jack, mengatur nafasnya naik turun. Wajah ketiganya bercucuran keringat. Panas pertambangan bercampur dengan panas api belerang yang mereka terobos. Palang pintu di tutup dengan cepat oleh petugas di pos menjagaan. Namun, itu bukan sebuah halangan yang berarti bagi seorang Jack Sherman. Jack menambah kecepatan Jeep dan menerobos palang pintu. Membuat penjaga pos keamanan yang bertubuh gemuk itu berteriak menyumpahi mereka. Jeep melesat – menggerus bebatuan yang menyebar di sepanjang jalan. Richie menengok  ke arah belakang dan menegur Patty. “Hei, Patty! Aku harap kau masih bernafas,” ucapnya dengan nafas yang mulai teratur. “Ooh Tuhan! Apa kita sudah menjauh dari tempat itu?” tanya Patty. “Belum terlalu jauh, tapi setidaknya tak a
Read more

DESAH DAN AMARAH

Richie memasukkan lidahnya ke mulut Patty, mengunci setiap getaran manis yang keluar dari tubuh mereka. Patty gadis kecil yang sangat cepat belajar. Kini ciumannya terasa sangat nikmat bagi Richie. Dia bukan pencium pasif. Lidahnya aktif mengimbangi liukan lidah Richie di dalam mulut mereka. Patty mengatupkan mulutnya di sekeliling lidah Richie. Merangsang Richie untuk membayangkan betapa luar biasanya andai mulut Patty menggulum kejantanannya. Richie mengerang atas fantasinya sendiri. Richie menyadari, bercinta dengan Patty adalah ide buruk. Dia seakan menjerumuskan sebuah gadis belia pada bahaya, bersama seorang pembunuh bayaran. Tetapi kini, saat dia memiliki akses tak terbatas atas tubuh seksi itu, ia tidak akan berhenti – demi apa pun. “Richie …” Patty merintih di sela-sela ciuman mereka yang semakin panas. Erangan tipis lolos dari mulutnya. Richie melepaskan ciumannya sembari jemarinya memutir perlahan pucuk dada Patty yang sangat mudah dirangsa
Read more

PERSINGGAHAN BARU

Jack berjalan semakin dalam, menerobos rimbunan pohon-pohon tua yang menjulang. Dia merogoh celana cargo-nya dan mengeluarkan senter kecil dari dalamnya. Cahaya senter yang berpendar kekuningan hanya berhasil menyoroti sebagian kecil dari lajur jalanan di depannya. Sol sepatunya yang aus menginjak rerumputan dan tanah becek. Ada satu hal yang dia sesalkan karena terburu-buru menyusul Richie ke Woodstock. Dia lupa untuk kembali ke rumah dan menukar sepatunya dengan yang masih bagus. “Rumah?” Jack menelan ludahnya dan bergumam, “beraninya kau keluar dari rumah dan mengkhianatiku, Elisa! Dasar wanita jalang!” umpatnya penuh penyesalan. Bertahun-tahun lalu, Jack tergabung dalam sebuah kesatuan militer angkatan bersenjata Amerika. Keahliannya menyusun strategi perang dan memimpin penangkapan penjahat-penjahat kelas kakap; teroris, mafia, gangster, membawa pria itu sebagai anggota terbaik dalam kesatuannya. Namun suatu hari, dalam sebuah misi peringkusan se
Read more

COAST MANSION

Denting pisau dan garpu beradu di atas piring. Steak wagyu dengan potongan salad tersaji mewah dihadapan seorang pria yang memimpin sebuah kelompok mafia besar – Crudelis. Kelompok mafia yang memiliki bisnis kotor di bidang pertambangan dan senjata api. Pria itu memotong daging steak, mengunyah dan menelannya dengan rakus. Sorot matanya tampak bergairah. Setelah sekian lama tidak ada yang mengusik bisnisnya, baru-baru ini kekacauan terjadi di pertambangannya. Menewaskan lebih dari 10 anak buahnya dan melukai anak buah andalannya – Barry Wilson. Di balik pintu ruang makan yang luas itu, Nancy mati-matian menahan Gabriel untuk menjauh dari depan pintu. Gabriel menggenggam sebotol wine pada tangan kanannya dan gelas berkaki panjang di tangan kirinya. Boss mereka selalu meminta wine sebagai penutup makan siangnya. “Lepaskan aku, Nancy! Tuan Hayden menunggu wine-nya!” hardik Gabriel. “Tidak – sebelum kau berjanji akan tutup mulut.” “Tutup mulut unt
Read more

RENCANA PENYERANGAN

“Nancy?! Kau baik-baik saja?” Roman sigap menangkap botol wine yang dipegang Nancy, sebelum wanita itu menjatuhkannya. “Tarik nafas perlahan. Sudah kuduga, kau pasti sedang sakit.”“Kenapa kau yang ada di sini? Mana Gabriel?” Hayden menatap Nancy dengan tegas.Nancy berdiri sambil mengatur nafasnya. Dadanya naik turun dan rahangnya menegang. Roman perlahan mengusap punggung Nancy dengan curahan perhatian yang terlihat berlebihan bagi Hayden. Pria itu berdecak dan mengulang pertanyaannya dengan lebih lantang.“Ada hal darurat di dapur. Jadi uncle menitipkan botol wine ini kepadaku untuk menuangkannya bagi anda, tu – tuan Hayden.” Nancy menundukkan kepalanya dalam-dalam.“Tuang lagi yang benar!” perintah Hayden. Wajahnya terlihat jengkel.Nancy mengambil botol wine di tangan Roman dan menuangkannya lagi dengan lebih hati-hati ke gelas bossnya. Ruang makan seketika menjadi hening, hanya
Read more

DIMABUK ASMARA

Semalam, mereka bertiga tiba di sebuah penginapan tua yang hanya memiliki dua puluh kamar untuk disewakan. Seorang pria raksasa berdada kekar dengan berewok hitam lebat yang menyatu dengan rambutnya, menyambut mereka di meja pemesanan.Richie memilih dua buah kamar di lantai atas untuk tempat beristirahat mereka. Patty memanfaatkan bak berendam Jacuzzi – yang di luar dugaan ada di penginapan itu. Dia keramas dengan kuat dan menggosok kulit kepalanya. Ia juga membasuh wajahnya berkali-kali untuk menghilangkan darah yang mengering – darah dari goresan peluru Jack. Kemudian tertidur dalam pelukan Richie.Jack menempati kamar sebelah yang berada di pojokan lantai dua. Dari kamarnya Jack dapat melihat lahan kosong di bagian depan dan samping penginapan itu secara bersamaan. Dia terjaga semalam-malaman, sampai pagi menjelang barulah dia tidur nyenyak seperti anak kucing.“Good, Patty! Teruskan … agak lebih ke bawah … oohh …&rdquo
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status