Semua Bab Bunuh Aku, Sayang!: Bab 11 - Bab 20

103 Bab

KAU YANG MENGGODAKU

Sosok berjubah itu berlari secepat bayangan. Agak terlalu cepat untuk kondisi Richie yang sedang menahan nyeri. Richie memutuskan untuk mengabaikan sosok misterius itu. Tapi dalam hati dia akan terus mengingat sosok itu. Bisa jadi sosok itu yang telah menembak jendela rumah Patty. Satu hal yang pasti, ada banyak terror tak terduga di desa ini. Richie akhirnya berhasil mencapai karavan dengan selamat. Bergegas dia mengeluarkan koleksinya. Tiga set senjata api yang telah mengantarkannya pada prestasi sebagai pembunuh berdarah dingin.  Revolver 10,2 mm, Glock 17 dan Bobcat 21A. Richie menimbang-nimbang lalu mengambil salah satunya. “Tujuh peluru saja cukup …” bisiknya seraya menyelipkan Bobcat mini ke panggulnya, berlawanan dengan lukanya. Setelah menutup semua jendela karavan, Richie membaringkan tubuhnya di ranjang yang tipis. Efek pain killer masih merambati tubuhnya. Dia membuka kemejanya, lalu berbaring terlentang di atas ranjang yang tipis. Ia menjeja
Baca selengkapnya

KEPUASAN PERTAMA

Koktail dengan ramuan cinta buatan Patty bereaksi dengan baik di tubuh Richie. Kehangatan gairah dan hasrat menyebar di sepanjang perutnya. Patty memejamkan matanya dan memiringkan kepalanya, siap menerima lebih dalam lagi percintaan dengan mulut Richie.Dalam tatapan sayu, di bawah sorot lampu jalan yang kekuningan, wajah Patty terlihat sangat menggairahkan. Richie menekankan lidahnya ke dalam mulut Patty. Gadis itu tidak melawan. Richie menarikan ujung lidahnya menyentuh bibir dalam Patty. Gerakan erotis itu membuat nafas Patty mulai berat dan cepat.“Ohh Richie …” Patty menarik bibirnya. “Kau bilang karavanmu tidak jauh dari bar?”“Kau mau menjadi mesin pemanas ruangan untuk karavanku?”“Iya …” Patty menyahut dengan mata yang terus menuntut usapan dingin bibir Richie.Richie merangkul pundak Patty layaknya sepasang kekasih. Menuntun gadis belianya itu untuk masuk ke tempat paling priv
Baca selengkapnya

GADIS YANG TERPUASKAN

Richie mengeram pelan dan dalam satu hujaman, membenamkan diri seutuhnya. Dia telah menempatkan berat badannya di atas Patty. Desah nafas mereka menggema dan hangat tubuh mereka menciptakan embun di jendela karavan.“Aku sudah ada di dalam dirimu. Apa kau menyukainya?” Respon Patty hanyalah mendengkeram lengan Richie. Membenamkan kuku-kuku lentiknya.“Ah, sialan! Jangan lakukan itu. Aku – belum ingin menaikkan libidoku. Aku – tidak ingin terburu-buru.”“Aku …” ucapan Patty tertahan. Richie menggerakkan pinggulnya perlahan. Sebelah tangan pria itu membimbing Patty untuk melengkungkan panggulnya ke atas dan berayun di tubuh Richie.Gerakan pria itu semakin leluasa dan gadis itu telah terbang sampai langit ke tujuh. Richie mengerang dan menumpangkan tangan di bahu Patty, lalu menaikkan badannya. Kemudian dia dengan blak-blakan berkata, “Aku akan mulai bercinta denganmu.”Patty hampir m
Baca selengkapnya

KEKACAUAN KECIL

Patty kaku pada posisinya. Titik laser merah itu mengarah ke tengah dahinya. Keheningan yang mencekam seketika mengambil alih perasaan Patty dan juga Richie. Masih tegap pada posisinya, Patty melirik Richie dengan sudut matanya.Patty merapatkan giginya dan berbisik, “kali ini aku pasti mati.”Richie meragukan sikap skeptis Patty. Seandainya snipper itu berniat membunuh, pasti dia sudah melakukannya sejak tadi. Pembunuh macam apa yang menunggu bermenit-menit hanya untuk menembak musuh yang begitu mudah untuk ditumbangkan.Richie menggelengkan kepalanya. “Masuk. Dia tidak akan membunuhmu.”“No,” desis Patty.“Go! Trust me! (percaya sama aku)” seru Richie, mulai kehilangan kesabarannya.“No! Aku bisa mati!”Richie mengerang frustasi. Tangannya merogoh laci dan meraih bobcat-nya. Dia harus bergegas melakukan sesuatu agar gadis itu mau menurut.  Di pungutnya tas yang semalam
Baca selengkapnya

GADIS YANG BERBAHAYA

Patty mengarahkan moncong pistol ke arah dua orang yang bersitegang. Posisi Richie memunggungi Patty. Karena itu, butuh perhitungan matang bagi seseorang yang baru memegang senjata api untuk menembak tepat sasaran. Kecuali dia memang mengincar Richie.“Patty! Aku tahu kau memegang pistol! Letakkan sekarang!” seru Richie. Matanya tetap mengawasi Matthias dan kapak pria itu.“Kenapa kau punya pistol? Ada berapa pistol yang kau miliki?” Patty bertanya dengan suara bergetar.“Oohh please, Patty! Bukan saatnya kita membahas tentang pistol. Letakkan itu sekarang juga!” Richie meneriakkan kata-kata terakhirnya.“Tidak mau! A – aku mengambilnya untuk berjaga-jaga. Tadi ada orang yang mau membunuhku.”“Shit! Kau harus tahu dulu caranya sebelum menggunakan itu! Letakkan sekarang!!” Richie kehilangan kesabarannya.Matthias tertawa kencang. “Patricia Carol? Anakku sudah lama menyuka
Baca selengkapnya

KEJUJURAN SANG GADIS

Mereka saling menatap ke dalam mata satu sama lain. Tatapan Richie seolah mengintimidasi Patty dengan mengatakan kepada gadis itu untuk jangan coba-coba berbohong darinya. Tetapi bukan berarti gadis itu berbohong, Richie hanya memberi peringatan. “A – aku sungguh tidak tahu dia pergi kemana. Aku juga sangat kehilangan dirinya,” ucap Patty takut-takut. “… dan setelah kepergiannya, bagaimana caranya kau dapat bertahan hidup?” tanya Richie masih pada kecurigaannya. “Bernadeth memberikan aku pekerjaan sebagai pelayan bar. Dia memberikan aku upah yang layak sehingga aku bisa membeli makanan untuk diriku.” Patty menundukkan kepalanya. “Bernadeth?” “Iya. Dia salah satu pelayan sekaligus pemilik bar itu. Suaminya seorang pelaut. Jadi dia mencari kesibukan dengan menghidupkan kembali bar yang sudah bobrok itu.” Richie menganggukkan kepalanya. Sejauh ini cerita Patty masih masuk akal dilogikanya. Meskipun begitu, ia memutuskan untuk tetap berhat
Baca selengkapnya

STEMPEL LILIN MERAH DARAH

Richie dengan sengaja menjauhkan bibirnya dari dada Patty, menatap dengan nikmat maha karyanya di dada Patty yang mengilap. Dalam sekejap Richie merasa lebih muda belasan tahun. Setelah bertahun-tahun hanya menganggap bercinta sebagai sebuah aktifitas olah raga penyaluran libido, sekarang dirinya merasa bahwa percintanya dengan Patty membawanya pada sebuah sensasi yang berbeda.Richie pun kembali terangsang, bahkan lebih dari yang semalam. Mereka tenggelam dalam tatap selama beberapa detik sampai gelombang hasrat yang begitu besar melesat di sekujur tubuh keduanya. Permainan pun di mulai atas inisiatif seorang gadis kecil yang masih belajar mencengkeram dengan lembut kejantanan seorang pria.Richie menggeram. Dirinya tak bisa lagi menahan hasratnya untuk memasuki Patty. Dan setelah permainan berakhir dengan sempurna, Patty yang telah kehabisan tenaga berbaring tak bergeming di samping Richie. Matanya terpejam dan bibirnya melengkungkan senyuman.“Aahh &hel
Baca selengkapnya

GEREJA TUA

Meski dia sedikit alergi dengan tempat bernama ‘gereja’, tetapi akhirnya Richie tetap pergi menemani Patty. Satu saja alasan yang membuatnya malas mendatangi tempat itu. Dia masih belum siap kalau harus bertobat saat itu juga. Terlebih lagi dia masih punya waktu sekitar lima bulan lagi untuk bersenang-senang bersama seorang gadis.Keduanya berjalan menelusuri pepohonan rindang yang memagari jalan menuju gereja tua itu. Richie menggosok telapak tangannya. Sekalipun dirinya seorang pembunuh berdarah dingin, tapi tetap saja ada perasaan aneh yang merundungnya saat dengan sadar kalau dia tengah berjalan menuju rumah suci.Mereka tiba di pelataran gereja. Patty mendorong pintu masuk gereja dengan mudah. Dia sepertinya sudah terbiasa melakukannya. Patty menengok pada Richie yang hanya berdiri terpaku di depan pintu. Gadis itu memamerkan barisan gigi putihnya.“Ayoo … katanya kau mau menemaniku?” ajak Patty.“Maaf – ada
Baca selengkapnya

SOSOK YANG SAMA

Seorang pria paruh baya berpakaian pastor yang sebenarnya – jubah keuskupan yang berlapis – berjalan perlahan dengan bertumpu pada tongkat keemasan di tangan kirinya. Terdengar helaan nafas berat dari bilik di bagian tengah. Richie kembali memfokuskan pandangannya pada sosok berjubah yang sudah tidak diragukan lagi jenis kelaminnya.Karena tak ada juga jawaban dari dalam bilik, Pastor kembali bertanya, “suster Nancy, apa anda baik-baik saja? Jam berapa helikoptermu akan menjemput?” Nafasnya terengah.Suster Nancy terkesan tidak ingin menjawab pertanyaan pastor. Dia sepertinya dapat merasakan kehadiran Richie di bilik sebelahnya. Langkah kaki pastor semakin mendekati bilik. Richie merapatkan tubuhnya ke dinding terdalam bilik.“Yes, Father! Anda sudah lebih baik?” Sosok itu pun akhirnya bersuara. Suaranya lembut dan merdu. Richie menerka membayangkan wajah yang akan cocok untuk suara yang indah itu.“Yah begitulah
Baca selengkapnya

PENYAMARAN WANITA BERTUDUNG

“Richie! Kau mau ke mana?!” Patty berteriak memanggil Richie yang melesat meninggalkannya.Tanpa mempedulikan seruan gadis itu, Richie terus berlari mengejar sosok wanita berjubah yang telah sangat mencurigakan baginya. Dia berlari kencang menembus hutan pinus. Dan jauh ke dalam hutan, pepohonan menjadi semakin beragam dengan dedaunan yang menjuntai.Suasana dalam sekejap berubah dingin dan menegangkan. Richie berlari melompati batang pohon yang tumbang, menembus ranting-ranting yang menjulur rendah dan menginjak dedaunan kering yang berguguran. Sosok wanita itu terus berlari mengikuti arah helikopter.Richie menebak-nebak, akan sejauh mana wanita itu masuk ke dalam hutan. Namun satu yang pasti, helikopter tersebut datang untuk menjemput wanita itu. Dan di dalam helikopter sudah ada satu atau dua orang menunggu.Richie tak ingin melewatkan kesempatan untuk menyergap wanita itu. Harga dirinya akan terkoyak seandainya kecepatan berlarinya dikala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status