Home / Romansa / Menikah untuk Uang / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Menikah untuk Uang: Chapter 1 - Chapter 10

31 Chapters

Prolog

"Mana barangku?" Tangan besar itu terulur ke depan. Sedang seseorang dengan tubuh mungil sudah menanti dalam diam. Kepalanya terbungkus topi. Terlalu rapat hingga cahaya remang tak sanggup menggambarkan seperti apa wajahnya. Gang ini terlalu sempit dan bau. Sinar surya bahkan enggan masuk ke dalamnya. "Berikan dulu uangku." Si pemilik tubuh ringki bersuara: itu pelan, serak, datar, dan sama sekali tidak memiliki binar semangat. Meski bergumam kasar, tetapi pria besar itu tetap merongoh saku celana dengan gelisah. Tangannya meremas beberapa lembar uang lantas melemparnya ke arah lawan bicaranya. "Berikan!" Si sosok mungil mendengkus lalu membuka tas kecil yang sejak awal tersampir di bahunya. Begitu dia mendapati apa yang dicarinya, hal sama pun dia lakukan; melemparkan barang milik pelanggan besar yang angkuh. Kendati tubuhnya kecil dan tidak berisi, tetapi dia tidak pernah merasa takut berhadapan dengan pria semacam ini. Mereka tidak akan berani menyentuhnya selama mata itu mas
Read more

Ingin Kaya

"Kapan aku jadi kaya biar tidak kerja di supermarket lagi?" Suara itu terdengar pelan tetapi penuh keluhan, sementara wajah cemberut terbentuk amat tidak anggun di raut Kinan. Sebaliknya, kedua tangannya bergerak cepat menyusun kaleng susu di rak yang sesuai, mengingat kondisi rak yang nyaris kosong kehabisan stok. Dia bahkan tidak peduli jika keranjang yang dia gunakan untuk membawa minuman kalengan itu telah menimbulkan suara cukup nyaring begitu dia menyeretnya untuk bergeser mengisi tempat yang masih kosong. Di sisi lain, kawannya—Devi—tersenyum mengejek sembari menatap Kinan di sebelahnya. Wanita 25 tahun itu sedang membenahi rak sebelah yang dikhususkan untuk makanan ringan. Selagi Devi mengisi rak, dia menyempatkan diri memberi tanggapan akan keluhan Kinan. "Kenapa tidak cari kerja lain saja yang menghasilkan banyak uang." Devi menatap sekeliling sebelum kemudian bergerak mendekati Kinan untuk m
Read more

Kontrak

Untuk sesaat Kinan terdiam di tempat. Sampai kemudian rasa terkejutnya beberapa detik lalu menguap, sementara tatapannya berubah menjadi datar. Perempuan itu jelas tidak akan salah bila mengartikan bahwa sosok di hadapannya amat rupawan, dan itu jelas bukan sesuatu yang dia sukai. Pria ini hanya sekedar tampan dan mapan. Hanya itu. Teruntuk Kinan, tidak ada hal di dunia ini yang akan membuatnya merasa tertarik selain uang dan kemewahan. Sementara pria tampan, dia merasa bisa menemuinya kapan dan di mana saja. Kinan pikir mereka diciptakan hanya untuk dinikmati mata. Jika Kinan diberi dua pilihan antara pria tampan atau uang, jelas dia akan memilih opsi kedua tanpa pikir panjang. Sebuah tatapan tajam dan rinci menyorot ke arah depan. Kinan tahu, tubuhnya sedang diamati. Sejurus kemudian sosok itu bergerak melewatinya untuk duduk di sofa yang sengaja diletakkan beberapa langkah dari mereka. Tangan pria i
Read more

Pesan E-mail

Dua hari setelah Kinan dinyatakan ditolak, Devi sungguh dibuat uring-uringan mengingat situasi ini telah masuk tahap berbahaya. Peluang Kinan untuk menjadi pelacur kian bertambah dan selama dua hari belakangan, Devi tidak berhenti mendengar keluhan keluar dari mulut perempuan muda itu, bahwa betapa mendambanya dia akan uang. Devi tidak memiliki cara lain untuk menghalangi Kinan sekarang. Meski Kinan belum menunjukkan perilaku aneh seperti tiba-tiba mengundurkan diri atau menghilang tanpa kabar. Tetapi, Devi sungguh merasa sangat cemas. Oh, jangan sampai hal mengerikan itu terjadi, pikirnya. Ada kalanya, Devi berpikir Kinan itu punya kelainan mental bila melihat bagaimana tingkahnya selama ini. Ada kemungkinan jika Kinan dibawa ke rumah sakit jiwa atau psikiater, bisa jadi anggapan 'Kinan gila' benar-benar terwujud. Kebanyakan orang tentunya akan berpikiran sama setelah melihat tingkah Kinan yang terkesan tidak
Read more

Trian Nugroho

Orang pertama yang paling antusias dengan kabar baik ini tentu saja adalan Devi dan Dion. Siapa yang menduga bahwa Kinan yang semula ditolak justru mendapatkan kiriman surel dan menyatakan penerimaan untuknya. Hanya seperti itu, kata Anda diterima tertulis di dalam e-mail. Sama sekali tidak ada alasan mengapa keputusan mereka berubah. Meski begitu, Kinan tidak terlihat peduli sebab selama dia bisa hidup mewah dirinya tidak butuh alasan lain. Di titik ini, mereka berada di salah satu restoran mahal mengingat si Bos yang masih tidak menyebutkan identitasnya itu meminta Kinan untuk datang ke tempat tersebut. Sementara Devi yang dilanda perasaan gembira jelas tidak ingin ketinggalan. Jadinya, di sinilah mereka sekarang. Menunggu dan menunggu. Devi melirik jam tangannya sembari menatap ke arah pintu masuk, dia berkata cemas, "Kenapa dia belum datang? Kita sudah menunggu 30 menit, loh." Wanita itu beralih me
Read more

Nikah Dadakan

Kinan tidak pernah berpikir jika esok harinya kamar kosnya akan diketuk dari arah luar, dan begitu dia membuka pintu dengan wajah luar biasa mengantuk, dua orang pria telah menyeretnya untuk memasuki mobil. Siapa yang tahu, jika dia akan dibawa ke salon dan berikutnya menemui perancang busana. Detik salanjutnya dia bahkan telah dirias dan dipaksa mengenakan gaun putih yang diam-diam telah dibuatkan untuknya. Kendati rasa kantuk yang luar biasa menyerang sedang mata masih memejam rapat, Kinan tetap saja digiring ke sebuah masjid yang rupa-rupanya telah dihadiri seorang penghulu. Sementara itu, sosok Trian yang sudah rapi dalam balutan jas putih terlihat menawan, bergerak menghampiri Kinan untuk kemudian membimbingnya ke hadapan penghulu. Begitu Kinan sadar sepenuhnya, dia telah mendapati ejekan Trian yang memanggilnya dengan nama belakang Nugroho. Itu berarti mereka telah resmi menikah. Saking niatnya p
Read more

Pagi yang Penuh Drama

"Pagi, Kinan jelek." Rasanya sedikit dingin. Tetapi begitu Kinan mendapati kesadarannya, tubuhnya berubah merinding saat menyadari satu sapuan napas itu berasal dari Trian. Menggelitik kulit lehernya sementara Kinan sedang tertidur dalam posisi terlentang. Sesaat setelah dia membuka mata, hal pertama yang dia dapati adalah wajah rupawan yang segar sedang tersenyum menyambutnya. Butuh beberapa detik baginya untuk mengontrol diri dari rasa lemas karena bangun mendadak, dan butuh waktu cukup lama hingga kemudian dia terduduk sembari melotot ke arah Trian. "Apa yang baru saja kamu lakukan, bodoh!" Wajah Kinan benar-benar syok. Sapuan merah padam langsung saja menjalari pipinya hingga tampak bersemu di pagi hari. Dua hari menikah dengan Trian, Kinan sama sekali belum terbiasa dengan tindakan aneh yang terkadang dilakukan pria itu. Dan ketika dia bertanya mengapa Trian melakukan hal demikian, pria itu menjawab hanya karena in
Read more

Sepaket dalam Kebodohan

Kinan benar-benar memanfaatkan situasinya dengan baik. Begitu tidak mendapati suaminya di rumah, dia tidak membiarkan kesempatan emas itu terbuang dengan hanya terkurung di perbukitan teh yang jauh dari kota. Butuh waktu beberapa menit dia bisa keluar dari hamparan tanaman hijau hingga gedung-gedung tinggi bermunculan dalam jarak pandangnya. Begitu kedua kakinya menapaki lantai keramik pusat perbelanjaan, senyumnya kontan mengembang penuh antusias. Dua orang pengawal yang bertugas menjaganya berdiri tidak jauh di belakang. Jangan pikir para penjaga itu berpenampilan sama dengan mereka yang kerap muncul di layar kaca. Tidak! Jelas itu akan terlihat mengerikan. Pakaian kedua pria besar itu tampak manusiawi dengan kaos biasa dan celana panjang yang umum dikenakan pria. Sekilas, mereka hanya tampak bagai pria normal dengan badan besar. Bisa jadi, pikiran orang-orang menerka mereka sebagai sosok yang menyen
Read more

Insiden

Sepanjang jalan menuju villa, selepas mengantar Tatiana, Trian tidak berhenti menyunggingkan senyum begitu mengingat insiden lucu yang dialami Kinan di mall. Setelah Bagas menghubunginya dan mengatakan perihal masalah Kinan yang telah memborong banyak tas mahal tetapi tidak punya uang untuk membayar, alih-alih memberi bantuan, Trian justru membiarkan Kinan dalam masalah tersebut. Ya, pria itu berencana mengerjai istrinya. Hitung-hitung sebagai hukuman mengingat Kinan berani pergi tanpa sepengetahuannya. Dia ingat jelas bagaimana panggilan Bagas kembali mengisi ponselnya, sementara yang bersuara keras di seberang sana ialah Kinan. Kemarahan perempuan itu tidak terbendung begitu dirinya dipermalukan pegawai toko yang menyebutnya sebagai penipu. Kinan bersumpah akan kembali ke toko itu dan membuat mereka menganga dengan uangnya, pikirnya. Bukan main cerahn
Read more

Makan Malam

"Sudah siap?" Trian muncul dari balik pintu, sementara tubuh pria itu dibalut setelan jas putih yang benar-benar menambah pesonanya. Tetapi sayang, penampilan Trian sama sekali tidak bisa menggetarkan hati seorang Kinan yang tidak pernah peduli kepada lawan jenis. Kinan berbalik sekilas sebelum kemudian maniknya kembali pada dress selutut di atas tempat tidur. Ada dua, satu berwarna merah maron, satunya lagi berwarna senada dengan pakaian Trian. Trian berdecak sembari berjalan mendekati Kinan yang tengah menopang dagu. Tampak jelas, perempuan gila itu sedang sibuk memilah. Trian menarik dress berwarna putih lantas merentangkannya di hadapan Kinan. "Pakai yang ini!" Sembari melempar benda itu ke arah Kinan yang sedang mengerutkan kening, Trian berkata ketus, "begini saja harus memilih." Raut wajah Kinan mendadak keruh, tetapi detik berikutnya dia memilih untuk tidak m
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status