Beranda / Romansa / Menikah untuk Uang / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Menikah untuk Uang: Bab 11 - Bab 20

31 Bab

Si Wanita Tatami

Kinan sedang berdiri menatap air mancur di taman belakang rumah besar papa mertuanya, ketika sosok cantik Tatiana datang menghampirinya. Sementara Trian, mau tidak mau harus mengikuti papanya ke ruangan lain di dalam sana, sembari menampilkan aura gelap. Kemungkinan mereka sedang berdebat habis-habisan, meluruskan apa yang mungkin saja perlu diluruskan. Itupun jika Trian mau mengalah, mengingat bagaimana keras kepalanya pria itu kepada papanya sendiri. Terserah, Kinan tidak peduli. Kinan tidak beranjak dari posisinya begitu Tatiana berdiri di sebelahnya, sementara tangan wanita itu terulur meraih percikan air mancur hingga ujung-ujung jarinya berakhir basah. Kinan melotot, berpikir, apa yang wanita itu kenakan hingga kulitnya semulus porselen? Apakah dia menghabiskan banyak uang untuk itu? Jika benar, maka Kinan perlu mencobanya. Mendadak lamunan Kinan buyar begitu suara halus tetapi penuh in
Baca selengkapnya

Meminta Izin

"Kinan!" Mendadak kedua manik Kinan terpejam begitu mendapati suara Devi yang keras. Orang-orang kontan menatapnya penuh kebingungan begitu wanita itu membuka pintu cafe dengan tergesa. Kinan bahkan meringis saat menyadari bagaimana cepatnya Devi berlari ke arahnya, padahal wanita itu tengah mengandung. Apakah bayi dalam perutnya sedang jungkit balik sekarang? pikir Kinan. "Kamu kenapa—aw!" Kinan mengadu sembari mengusap bahu. Devi yang baru tiba di meja yang sudah Kinan pesan, tahu-tahu mendaratkan satu pukulan keras di sana, tanpa perhitungan sedikitpun. Ketika Kinan merasa dirinya harus protes berat, sayangnya dia bahkan tidak sanggup membuka mulut begitu mendapati wajah garang Devi. Wanita itu kini duduk di hadapannya, memandanginya dengan sorot membunuh yang nyata. Sembari meringis takut, Kinan berujar pelan, "apa, sih?" Kedua manik Devi seketika melotot, sedang bibirny
Baca selengkapnya

Salah Langkah

Hari ini Kinan memutuskan bermain ke rumah Devi begitu Trian berangkat ke kantor di pagi buta. Tentu saja mengingat jarak kantor pusatnya dengan villa terbilang cukup jauh, jadi untuk mengejar waktu pria itu bangun lebih awal dan berangkat lebih dini. Kinan tidak habis pikir, Trian bisa saja membeli atau membuat rumah tidak jauh dari kantor sehingga pria itu tidak perlu repot seperti ini. Akan tetapi, dia justru kekeuh untuk tinggal dan melakukan semuanya seolah-olah itu bukan masalah besar. Huh! Trian itu terlalu banyak memendam rahasia. Nyatanya, Kinan belum mendapat persetujuan atau jawaban apapun dari Trian mengenai boleh tidaknya Devi berkunjung ke villa, dan karenanya, mau tidak mau Kinan harus menepati janji untuk mendatangi rumah wanita itu. Toh, rasa bosan akan tetap menghampirinya betapa pun senangnya dia bertahan di tempat-tempat mewah. Dasarnya, perasaan alamiah
Baca selengkapnya

Bantal Guling

"Kamu sudah puas bila hanya seperti itu?" Kinan mengangguk, sementara Devi di sampingnya hanya bisa menghela napas. Kinan masih menyaksikan serial yang sama ketika Devi kembali menanyakan hal serupa dengan tarikan napas tertahan, berharap kalau saja Kinan akan berubah pikiran. Nyatanya, dia tidak pernah bisa tenang memikirkan kehidupan rumah tangga Kinan yang menurutnya sangat-sangat tidak menyenangkan.  Ada buncahan yang tidak bisa Devi utarakan bila konteksnya berhadapan langsung dengan perempuan muda itu. Semua perasaannya bercampur menjadi satu. Mungkin karena dia tahu, semua ini terjadi karena dirinya yang mengusulkan ide pernikahan tersebut. Kendati usia pernikahannya dengan Dion sendiri masih terbilang baru, tetapi dia sudah cukup tahu apa yang paling penting dalam sebuah pernikahan. Tentu saja ialah adanya keterikatan, serta saling membagi perasaan kasih kepada pasangan. Sayangnya, Kinan t
Baca selengkapnya

Perempuan Ketiga

"Kinann!!" Wajah Trian memerah marah. Rahangnya mengeras, tangannya terkepal kuat, sementara maniknya berkilat penuh emosi. Dia jelas tidak menyangka jika wajahnya akan berubah menjadi badut begitu dia berkaca di dalam kamar mandi. Sosok yang berdiri menggunakan tubuhnya di balik sana jelas adalah refleksinya sendiri tetapi dengan gambaran wajah menakutkan. Rambutnya terikat, bedak putih memenuhi nyaris semua wajahnya, dan jangan lupakan polesan lipstik membentang lebar dari dahi hingga dagu. Bentukannya melintang vertikal dan horizontal. Di dapur, Kinan tersenyum miring saat mendengar suara keras itu berhasil terdengar seperti yang dia perkirakan. Pembalasannya berjalan lancar dan sesuai ekspektasi; Trian berteriak tidak keruan di dalam sana. Tidak mengindahkan teriakan tersebut, perempuan itu justru dengan tenang memecah es batu di dalam mulut tanpa beban. Bukankah ini benar-benar awal yang menye
Baca selengkapnya

Kebohongan Paripurna

Kedua manik Kinan memejam dalam damai. Merasai ketika helai-helai rambutnya terhempas saat angin laut menerpanya dengan ringan. Kaki-kakinya tampak berkilat begitu sinar mentari menyorot tiada henti, mengingat pasir menempeli permukaan kulitnya. Mereka menyebar di sepanjang pertengahan betis hingga ke telapak kaki. Tangannya melingkari lutut sedang bokongnya menapak di atas gundukan-gundukan pasir kecil. Beberapa langkah di depan, permadani biru telah membentang menakjubkan. Dua jam yang lalu ... dia akhirnya tiba di Bali. "Mbak ...," perempuan itu tidak menanggapi. Tidak berbalik, tidak juga merespon. Sampai kemudian satu tangan lain dari arah belakang terulur lalu menepuk bahunya dengan pelan, dan Kinan baru membuka mata setelahnya. Sejurus kemudian dia berbalik dengan sorot malas. Hal pertama yang dia dapati adalah sosok cantik berambut pirang. Oh tidak, dia bukan turis asing, jelas sekali dia pendu
Baca selengkapnya

Cemburu?

"Aduh ... Mbak Kinan, kita sebaiknya tidak keluar." Kedua manik Bagas tidak berhenti berotasi memantau ke berbagai arah. Dia berharap tidak menemukan sosok Trian dalam keadaan seperti ini mengingat dirinya akan menjumpai masalah baru. Bukan hal lumrah bila dia dan Joko akan mendapati omelan panjang yang menyakitkan telinga, bahkan mungkin yang paling merugikan ialah pemotongan gaji yang cukup besar dari Trian. Bagas bisa saja menghindari kemalangan itu jika Kinan mau bekerja sama dengan diam di tempat tanpa membuat ulah. Hanya saja, Bagas pun tidak bisa menyalahkan perempuan itu. Dia akan melakukan hal serupa bila dirinya berada dalam posisi Kinan. Toh, orang mana yang akan tahan bila dikurung di dalam kamar dalam waktu yang cukup lama, sementara di luar sana ada banyak hal menarik yang bisa kedua matanya jumpai.  Sebut saja, kemunculan Kinan sebagai sosok Nyonya muda Nugroho han
Baca selengkapnya

Salah Kamar

Kinan mendongak menatap langit yang gelap. Tidak ada bintang atau apapun yang seharusnya bersinar di angkasa malam ini, kecuali bulan, namun pendarnya meredup tanpa semangat. Tampak suram; sama seperti yang dia rasakan sekarang. Kinan merasa sendiri kendati beberapa orang masih berlalu lalang di sekitarnya. Sementara tidak jauh dari posisinya, Joko dan Bagas duduk di warung makan tidak jauh dari bibir pantai. Mereka sedang mengamati Kinan dari jarak tersebut mengingat perempuan itu tidak ingin ditemani duduk di atas pasir. Joko sedang meraih segelas kopi yang baru saja dibawakan ibu warung, sementara tatapannya tidak berpindah dari sosok Kinan. "Kayaknya Mbak Kinan benar-benar galau, deh." Seruputannya bahkan terdengar hingga ke telinga Bagas yang duduk di sebelah. Pria itu melirik sekilas sebelum kemudian mengangguk mengiyakan. "Aku jadi kasihan, padahal Mbak yang paling baik sama kita selama ini. Kalau dia ti
Baca selengkapnya

Siluman Rubah yang Lucu

"Kinan!" Kepala Kinan menyembul keluar dari balik tubuh Pras begitu suara keras Trian memanggil namanya. Ada luapan emosi yang diperlihatkan pria itu tatkala tangan kokohnya bergerak cepat meraih lengan istrinya, untuk dipindahkan ke belakang punggungnya sendiri. Tatapannya menghunus sosok Pras yang berdiri kebingungan. Pemuda itu sama sekali tidak mengerti situasi. Dia bahkan menatap Trian dengan senyum canggung begitu mendapati hunusan tajam di kedua manik pria itu saat melihatnya bersama Kinan. Apa kesalahannya? pikirnya. Joko dan Bagas yang berdiri di sekitar mereka, tidak bisa mengelak ketika akhirnya tatapan ganas Trian berpindah ke arah mereka. Kontan keduanya menunduk penuh penyesalan. "Kalian ...," suara Trian mengeram, namun dia berusaha tetap tenang hanya untuk menghindari kemungkinan terburuk bila dirinya sampai kelepasan. Jelas, itu tidak baik untuk Kinan saksikan. "Kita pergi sek
Baca selengkapnya

Monkey Forest

Monkey Forest, adalah dua kata pertama yang Kinan jumpai begitu maniknya bergulir menatap dinding batu di jalan masuk utama lokasi pariwisata ini. Terukir jelas dan cukup besar. Sebuah dinding kokoh yang telah berdiri gagah selama beberapa abad lamanya menurut beberapa sumber terpercaya. Begitu kaki melangkah, dinding-dinding dengan relief berbentuk kera tergambar bagai lembaran sejarah di sisi kanan dan kiri. Terlihat menakjubkan! Sementara lumut hijau yang menempel di tiap detail-detailnya berlagak umpama zamrud yang sedap dipandang. Kemegahan luar biasa yang membawa aura positif bagi mereka yang datang. Di sisi lain, kesan alam yang kuat seolah menyebar dan memengaruhi orang-orang untuk tidak berhenti berdecak kagum. Pepohonan tinggi yang menjulang menapakkan sulur-sulur akarnya, menancap di dalam tanah sementara beberapa menggantung bak surai-surai panjang nan megah. Langkah Kinan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status