Home / Urban / Jerat Cinta Pembunuh Adikku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Jerat Cinta Pembunuh Adikku: Chapter 31 - Chapter 40

64 Chapters

Chap 31 - Cari Masalah

“Belle, apakah kamu sudah menyiapkan berkas Sentosa yang kemarin aku minta kerjakan?” tanya Karina yang sedang mencoba merapikan semua berkas.“Apa yang Mbak minta aku kerjakan? Seingatku Mbak tidak meminta apapun,” ucap Avery heran.“Hei, Kamu itu bodoh, dungu atau tuli? Bukankah aku sudah meminta untuk menyiapkan dan print semua berkas penting itu?” bentak Karina dengan kasar. Ia memang sengaja memberitahu apapun kepada Avery dan menyalahkannya agar bisa langsung dipecat oleh Xavier. Karina ingin sepupunya yang akan menggantikan posisinya sebagai sekretaris Xavier.“Mbak. Aku tidak bodoh, dungu ataupun tuli. Bahkan aku lebih normal daripada kamu. Sebaiknya mbak memeriksakan otak anda yang sudah mulai memasuki masa pikun,” balas Avery kasar. Ia sangat tidak suka dikata-katai oleh orang lain. “Hei! Kamu berani melawan saya!” bentak Karina lagi. Ia menggebrak meja agar terlihat emosi dan marah terhadap Avery.“Tentu saja saya berani melawan kamu. Siapa kamu berani men
Read more

Chap 32 - Aku Tidak Sedang Menggodamu

Avery dan Karina sudah menyediakan semua persiapan untuk meeting bersama Sentosa Oil. Mereka juga menyediakan minuman dan cemilan agar rapat ini berlangsung dengan sempurna. “Belle, Ingat Tuan Diego, Direktur utama dari Sentosa alergi dengan kacang, jangan berikan kacang kepadanya,” ucap Karina memberitahu.“Baik, Mbak.” Avery langsung memisahkan makanan yang berisi kacang di piring saji yang berada di tempat yang ditulis meja Tuan Diego. “Setelah selesai semuanya, kamu bisa kembali ke ruangan,” instruksi Karina kembali.“Ya, Mbak.” Avery mengangguk mengerti. Setelah selesai menyiapkan semua persiapan meeting, Avery kembali ke ruang kerjanya sementara Karina tetap berada di dalam ruang rapat karena ia harus membantu Xavier untuk menyambut kedatangan para tamu. Sebenarnya Avery sangat ingin ikut terlibat di dalam rapat itu karena ia ingin mengetahui semua poin-poin yang dibicarakan, tetapi karena sudah diusir oleh Karina, jadi ia hanya bisa pasrah untuk kembali ke r
Read more

Chap 33 - Sabotase

Rapat dengan Sentosa Oil dimulai. Mereka semua sudah berkumpul di ruang rapat untuk membicarakan tentang konstruksi kilang minyak di daerah Kalimantan. “Sentosa Oil memiliki dua tempat untuk pembangunan kilang minyak, secara oshore dan offshore, jadi kami menyarankan pembangunan secara onshore terlebih dahulu, setelah semuanya selesai, baru kita merambah ke offshore,” ucap Xavier membuka pembicaraan dengan perwakilan dari Sentosa Oil.“Kami sudah melihat konstruksi yang akan kalian lakukan terhadap wilayah kilang onshore kami, tapi sepertinya ada kekurangan,” balas Diego, Direktur utama Sentosa Oil.“Apa itu?” tanya Xavier penasaran.“Masalah keselamatan pekerja. Kami melihat ada yang kurang dalam pembuatan jalur khusus jika terjadi kebakaran dan penanganannya untuk mematikan kebakaran. Kita tidak bisa memungkiri jika kilang minyak bisa saja terbakar, bukan?” ucap Diego serius.“Ah, tentu, Pak. Kami akan memikirkannya kembali,” balas Xavier tenang. Ia sendiri merutuk
Read more

Chap 34 - Poor Karina

Xavier memeriksa rekaman cctv ke ruang sekuriti bersama dengan staf legal. Ia mendapati rekaman yang membuktikan Karina, sekretaris yang sangat ia percayai selama tiga tahun ini telah menukar makanan yang sudah disiapkan oleh Avery. Xavier sangat geram dengan apa yang dilakukan oleh Karina karena akan mengancam keberlangsungan proyek yang sangat sulit didapatkan dari Sentosa Oil. “Karina brengsek!” pekik Xavier kesal. “Jadi kita harus lakukan apa terhadap Karina, Pak? Apakah bapak jadi melaporkannya ke meja hijau?” tanya salah satu staf legal yang bersiap menerima perintah dari Xavier. “Pecat dia dengan tidak hormat, jangan pernah biarkan ada perusahaan manapun yang menerimanya bekerja sebagai karyawan, setelah itu, bawa dia ke polisi dengan tuduhan percobaan pembunuhan terhadap Diego,” urai Xavier tegas. “Apakah sampai separah itu untuk percobaan pembunuhan, Pak?” tanya staf legal itu bingung. Ia sendiri kasihan terhadap nasib dari Karina. Walaupun K
Read more

Chap 35 - Galaknya Si Pelaku Sabotase

“Ta-tapi, Pak, saya tidak bermaksud untuk ...” Karina mencoba berkilah agar bisa menghilangkan tuntutan yang menyeramkan dari Xavier. “Tidak ada tapi lagi. Kamu sudah terbukti bersalah dan yang lebih parah lagi, kamu memfitnah Belle,” potong Xavier semakin geram dalam menghadapi Karina, “Sekarang pergi dari perusahaan ini. Kamu sudah tidak dibutuhkan disini!” ucap Xavier keras untuk mengusir Karina hingga terdengar keluar ruangan. “Baik, Pak.” Karina langsung keluar dari ruangan Xavier dan berlari menuju mejanya. Air mata Karina sudah tidak bisa tertahan lagi karena sakit akan perlakukan Xavier yang sangat kasar terhadapnya. “Bagaimana, Mbak?” tanya Avery penasaran dan sedikit khawatir tapi Karina mendengarnya seperti seorang yang bahagia di atas penderitaan Karina. “Kamu puas sekarang? Puas, Hah?” pekik Karina kesal saat memandang wajah Avery yang seperti orang tidak bersalah. “Apa yang perlu saya puas, Mbak?” Avery memasang wajah tidak bersa
Read more

Chap 36 - Kegagalan Xavier ke 1

Satu minggu kemudian …   Kring! Kring! Nada dering handphone Xavier berbunyi.  Xavier melihat caller Id dari penelepon dan ia mendapatkan nama Aston - Asisten Sentosa Oil. “Halo ...” ucap Xavier membuka pembicaraan. “Halo, dengan Bapak Xavier?” tanya Aston untuk mengkonfirmasi. “Ya, dengan saya sendiri. Ada apa, Pak Aston?” tanya Xavier penuh harap. Ia sangat berharap Aston akan memberikannya kabar baik untuk kelancaran proyeknya dengan Sentosa Oil. “Saya ingin memberitahu tentang kelanjutan dari proyek Sentosa dan Vladimir.” “Ba-bagaimana, Pak? Apakah Bapak Diego sudah setuju dengan revisi yang telah saya berikan?” tanya Xavier penuh harap. “Maaf, Pak. Dengan berat hati, kami membatalkan proyek kilang minyak onshore di Kalimantan dengan perusahaan bapak.” “Apa karena masalah kemarin, Pak?” tanya Xavier menahan kekecewaannya. “Hmm … salah satunya.” Aston seperti berhati-hati dal
Read more

Chap 37 - Manusia Tanpa Ekspresi

“Saya mengerti jika perusahaan ini gagal mendapatkan proyek dari Sentosa Oil. Terus saya harus menjawab apa, Pak?” tanya Avery berlagak bodoh. “Hais … ucapkan sesuatu yang menyenangkan atau memberi semangat pada diriku!” Xavier sangat geram dengan ucapan Avery yang sangat datar dan tidak ada reaksi sedikitpun. “Siapa yang memenangkan proyek Sentosa Oil, Pak?” tanya Avery berpura-pura penasaran. “Vermont,” balas Xavier kesal. Ia sangat kesal karena ia kalah dari perusahaan saingannya. “Semangat, Pak,” ucap Avery datar. Ia bahkan seharusnya bahagia dari siapapun karena Vladimir Corp gagal mendapatkan proyek Sentosa Oil dan yang memenangkan pertandingan proyek adalah Vermont Corp. “Kamu benar-benar manusia tanpa ekspresi, Belle!” protes Xavier yang melihat Avery tidak ada ekspresi apapun saat berbicara dengannya. “Apa ada lagi yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Avery mengalihkan perhatian. Ia malas untuk memberi semangat atau mendengarkan
Read more

Chap 38 - Wina dan Masa Lalu

Bittersweet Memories   Seorang wanita dengan wajah penuh make up dan pakaian seksi melintas di hadapan Avery. Ia mendekati Avery dan menatapnya tajam. “Mbak, tolong katakan kepada Xavier, calon istrinya sudah datang,” ucap wanita itu arogan. “Boleh saya tahu siapa nama Nona?” balas Avery sopan. “Wina Stainfield,” ucap wanita itu tersenyum penuh percaya diri. “Pak, ada Nona Wina. Apakah bapak mau menemui nona?” tanya Avery di telepon intercon. “Hais … bisakah kamu mengatakan bahwa aku sedang berada di luar, Belle?” ucap Xavier kesal. Masalahnya dengan Sentosa Oil sudah mengganggunya, sekarang ia tidak mau diganggu lagi dengan wanita bernama Wina Stainfield. Wanita yang dijodohkan dengannya tapi ia sama sekali tidak tertarik terhadap wanita itu. “Maaf, Pak. Nona sudah berada di depan. Ia memaksa untuk bertemu,” ucap Avery santai. “Ya sudah. Suruh dia masuk,” balas Xavier putus asa. Avery menutup telep
Read more

Chap 39 - Ups, Salah Waktu

“Hai, Sayangku,” ucap Wina dengan nada sangat genit ketika memasuki ruangan Xavier.“Ada apa?” Xavier sangat malas melihat Wina. “Aku merindukanmu ...” Wina mendekati meja Xavier, sementara Xavier menghindarinya dan berjalan menuju sofa.“Aku tidak,” balas Xavier ketus.“Ayolah, temani aku, Sayang.” Wina mencoba mendekati tapi Xavier selalu menjaga jarak dengannya.“Sudah jangan dekat-dekat lagi. Kamu bisa berdiri di sana!” seru Xavier kesal.“Kamu jangan terlalu ketus, Sayang. Aku ini calon istrimu,” ucap Wina manja dan terus berusaha mendekat kepada Xavier. Xavier hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Wina. Sungguh ia tidak suka dengan perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya dengan orang tua Wina. Wina bukanlah tipe wanita yang ia sukai. Semua dandanan dan pribadi Wina yang seperti dibuat-buat membuat
Read more

Chap 40 - Kamu Cemburu?

Setelah menyelesaikan rapat dengan Visho hotel, Avery dan Xavier kembali ke ruangan kerja mereka. Mereka hanya diam sepanjang jalan tanpa sepatah katapun. “Belle,” sapa Xavier untuk membuka pembicaraan dengan Avery. “Ya, Ada apa, Pak?” Avery mencoba menjawab dengan sesopan mungkin. “Aku harap kamu tidak salah sangka dengan apa yang terjadi antara aku dan Wina tadi,” jelas Xavier ragu-ragu. Ia juga sendiri bingung mengapa harus menjelaskan hal itu kepada Avery yang notabene bukan siapa-siapa untuknya. “Baik, Pak,” jawab Avery datar. “Ma-maksud saya ...” Xavier mencoba menjelaskan lebih lanjut agar Avery tidak salah sangka dan membuat Avery berpikir bahwa ia telah berbuat mesum di jam kantor.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status