Home / Fiksi Sejarah / Gundik Bangsawan Belanda / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Gundik Bangsawan Belanda: Chapter 51 - Chapter 60

111 Chapters

Kematian sejati

Pieter dan Sina tidur sambil berpelukan hingga pagi menjelang. Seperti biasa, Pieter selalu menjadi orang pertama yang membuka mata. Ia adalah pengusaha dan bangsawan. Jadi ia telah terbiasa hidup disiplin waktu. Pieter menatap wajah Sina lembut untuk waktu yang lama, itu seperti sebuah kebiasaan yang telah ia lakukan akhir-akhir ini. Belum puas melihat wajah istrinya. Terdengar suara gedoran dari luar ruangan. Suara itu begitu keras seperti peringatan terjadinya bencana. Hal itu membuat langsung naik pitam. Orang bodoh mana yang berani mengganggu tidurnya. Saat mendengar suara itu, wajah Sina sedikit mengerut tak suka. Ia terlihat terganggu dan tidurnya tidak nyaman. Itu membuat Pieter semakin marah. Ia pun membelai rambut istrinya sambil berbisik pelan. "Tidur lagi." Ucapnya lembut. Pieter langsung bangun sambil meregangkan ototnya yang kaku. Ia terlihat bersiap memukul siapa pun ya
Read more

Persaudaraan

Tubuh Ruwan mulai mendingin. Laki-laki itu juga telah menderita untuk waktu yang cukup lama. Tangannya yang berlumuran darah terus menghantuinya dan membuat jiwanya terguncang.Rasa sakit yang sama ia rasakan kembali seperti saat ia ditinggalkan sang ibu. Saat itu kemarahan telah membakar jiwa dan hatinya. Kebencian telah membuatnya buta dan ia pun berusaha membalasnya.Ayahnya adalah orang terpandang di desa. Bergelimang harta dan dihormati orang orang. Tentu saja memiliki satu pendamping tak akan cukup untuk orang semulia itu.Ibunya harus terdiam dan mengalami tekanan batin yang begitu berat. Hal itu membuat tubuh dan hatinya hancur dan akhirnya harus menutup mata lebih awal dari yg seharusnya.Sebagai seorang laki-laki yang memiliki cinta yang besar kepada sang ibu. Ruwan tentu saja akan marah. Orang yang mengandungnya harus tersakiti dan ia pun tak segan melakukan balas dendam dengan cara yang ekstrem dan tak tak terpikirkan oleh orang lain.S
Read more

Kematian terindah

Sina diam untuk waktu yang cukup lama. Ia menatap mayat Ruwan dengan tatapan rumit. Kematian adalah misteri Tuhan yang hingga kini tak ada yang tau jawabannya. Bahkan Sina yang menyaksikan ribuan kematian tak mampu menguaknya.Sina sedikit iri dengan kematian Lana dan Ruwan. Kematian mereka bisa dikatakan ringan jika dibandingkan dengan dirinya. Sekarang ia hanya seorang roh yang bahkan tak tau tujuannya kemana. Sina hanya berharap kematian tak akan terlalu menyakitkan nanti.Jika Tuhan masih berbelas kasih, ia berharap kematian itu tak akan terlalu tragis. Setidaknya jangan biarkan Jiwana dan Pieter menangis terlalu lama. Dua orang itu adalah orang yang paling berarti dihatinya saat ini.Sina akhirnya membuka pintu dengan wajah murung yang terlihat sedikit kosong. Ekspresinya berhasil membuat orang-orang menjadi takut. Saat wajah penuh harapan terlihat didepan matanya, Sina hanya mampu menggeleng sebagai isyarat bahwa Ruwan sudah tak ada lagi.Saat Sina
Read more

"Gotong Royong"

Pembangunan Di hutan keramat berjalan dengan sangat baik. Kesibukan dan rasa lelah pun tak dapat dihindarkan. Semua orang mulai bekerja bersungguh-sungguh agar pembangunan cepat selesai.Pieter sibuk dengan berbagai macam surat yang datang padanya. Surat-surat tersebut berisi berbagai macam pujian untuknya karena berhasil menyelesaikan proyek besar di hutan keramat.Undangan undangan untuk berpesta dan merayakan keberhasilan tak henti-hentinya datang. Pieter pun merasa sedikit muak dan lelah dengan semua pujian pujian dari para penjilat pribumi. Mereka hanya orang-orang yang ingin mendapatkan keuntungan dan ketenaran dari semua usaha yang telah ia lakukan.Pieter terus menulis dengan wajah serius. Pujian semacam itu akan membuat ambisinya semakin menggila. Ia akan berusaha lebih keras lagi dan akan membuat proyek di hutan keramat lebih hebat hari apa yang sebelumnya direncanakan.Para pemuda-pemuda desa yang berada di sekitar hutan keramat, mereka terus b
Read more

Ratu Kesombongan

Setelah pusing dengan semua kesibukan yang ada, suara ketukan berhasil mengalihkan perhatian Pieter.Dengan suara jengah Pieter mempersilahkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk.Wajah Jiwana terlihat setelahnya, membuat Pieter semakin jengah dan enggan."Ada apa?""Surat."Mendengar satu kata itu, Pieter seakan ingin mengumpat saat itu juga. Ia muak dengan semua surat dari para penjilat. Apalagi jika itu berasal dari orang pribumi. Sebelum kalimat kasar keluar dari mulutnya. Kata-kata Jiwana berhasil membungkamnya."Surat dari ayahmu."Mendengar kata 'ayah', Pieter langsung duduk dengan tegak. Walaupun ia dan sang Ayah tak sedekat ayah dan anak pada umumnya. Tapi Pieter selalu menghormati sang ayah melebihi hormat nya pada orang lain.Pieter segera bangkit dan mengambil surat itu. Ia membaca setiap kata yang tertulis di atas nya. Hatinya sedikit demi sedikit mendingin. Itu membuat Pieter merasa ingin merobek surat itu denga
Read more

Tata Krama Barat

Pieter memandang istrinya dengan rasa puas dan kagum yang sedikit berlebihan. Dari sudut manapun ia memandang, Lana memang sangat cantik. Wajah cantiknya membuat Pieter kadang merasa harus bersyukur setiap hari atas kasih sayang Tuhan padanya.Kecantikan semacam ini adalah sebuah keberuntungan sekaligus bumerang baginya. Cantik akan membuatmu mudah memanjat keatas dan mencapai kesejahteraan. Tapi cantik juga membuatmu tersungkur karena kecemburuan orang lain.Wajah putih bersih dengan rambut hitam berkilau, ditambah dengan senyum manis dan sikapnya yang lembut. Siapa yang tidak menyukai wanita seperti itu?Lana akan sangat baik jika dia ditempatkan di sangkar emas. Jangan biarkan dia terbang sendiri, karena terlalu banyak yang akan menginginkannya. Tapi saat ini gadis itu ingin keluar, seolah ingin menunjukkan taringnya yang tajam. Bukan hanya sebagai orang cantik tapi juga seorang pemburu."Apa kamu yakin akan datang ke pesta itu?"Sina tersenyum
Read more

Tunangan vs istri

Sina memakai gaun cantik berwarna biru dengan ornamen rumit. Baju itu sedikit sesak dan tipis. Beruntung dia telah terbiasa menggunakan pakaian semacam ini. Dalam urusan penampilan, seorang bangsawan terkadang menyingkirkan nilai kenyamanan dan mengutamakan nilai estetika. Jadi untuk urusan penampilan, mereka rela merasa sedikit tersiksa demi penampilan yang bagus.Di cermin terlihat jelas wajahnya yang terpantul didepannya. Itu membuat Sina sedikit puas. Malam ini ia bersikeras untuk ikut dalam pesta, bukan hanya untuk pamer tapi juga untuk melihat seperti apa gadis yang akan ada di samping Pieter nanti.Sina sadar bahwa ia mungkin tak akan menemani Pieter untuk jangka waktu yang lama. Jadi ia berusaha melihat seperti apa gadis yang akan ia percayakan untuk menjaga Pieter di masa depan.Apakah gadis itu baik?Apakah gadis itu mampu?Apakah gadis itu pantas?Tiga pertanyaan ini harus ia dapatkan jawabannya malam ini, karena ia tidak ingin Pi
Read more

Tidak peduli

Saat mata Angeline dan Sina bertemu, ada gambaran persaingan yang terlihat. Itu membuat mereka sedikit enggan untuk berpaling sebagai bentuk perlawanan. Tapi apa daya, Sina selalu menang jika itu menyangkut kesombongan. Tak ada manusia yang mampu menyaingi nya dalam hal itu.Saat Angeline mulai kewalahan dan enggan untuk berkomentar lagi. Wanita itu pun menghembuskan nafas pasrah."Banyak orang mengatakan gundik Pieter sangat cantik, baik dan memiliki mulut yang manis. Tapi hari ini sepertinya semua rumor itu adalah sebuah kebohongan besar. Kamu bertolak belakang dengan semua hal yang orang-orang katakan. Kamu jauh lebih kuat dari dugaan ku. Tapi kamu harusnya ingat bahwa jauh sebelum Pieter menikah denganmu, aku lebih dulu menjalin hubungan dengannya.""Aku tidak peduli dengan siapa yang lebih dulu menjalin hubungan dengan Pieter.""Lalu apa yang kamu inginkan? Sebagai seorang gundik, kamu harusnya mengetahui sejak awal bahwa Pieter tak akan pernah memil
Read more

Pindah rumah

Sina menatap burung yang singgah di atas pohon besar sambil berkicau dengan keras. Ia duduk sambil menikmati teh dengan cangkir layaknya orang-orang Belanda pada umumnya. Selama beberapa bulan terakhir ia telah belajar banyak hal, termasuk cara minum teh yang elegan dan bermartabat. Sina adalah bangsawan kuno, walaupun ia telah hidup sebagai mahluk tak kasat mata selama ratusan tahun. Tapi tulangnya telah terukir dengan baik. Ia tidak pernah lupa bahwa ia adalah seorang yang bermartabat tinggi. Hal itu membuatnya tak pernah kesulitan menghadapi tata krama bangsawan Belanda.Seorang pelayan juga ikut duduk di samping Sina sambil menuangkan teh. Ia terlihat tersenyum karena senang melihat Tuannya menikmati teh yang telah ia buat."Ini mungkin teh terakhir yang bisa Nyonya nikmati di rumah ini."Sina pun tersenyum sambil menjawab ya.Apa yang dikatakan oleh pelayan adalah sebuah kebenaran. Selama beberapa bulan terakhir, proyek ya
Read more

Rumah baru

Saat Sina bangun dari tidur nyenyak nya, kamar itu hanya berisi ia seorang. Pieter sepertinya telah lama pergi mengingat kehangatan di sampingnya telah lama hilang. Semua orang telah bangun pagi-pagi sekali, mereka bergotong royong untuk pindah ke rumah baru yang ada di hutan keramat. Hutan itu sekarang akan diberi nama baru, akan tetapi belum diumumkan secara resmi. Mungkin satu dekade di masa depan Hutan Keramat akan menjadi salah satu kota teramai yang ada di pulau.Seorang pelayan mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk. Dia adalah pelayan yang akan mengatur perlengkapan mandi Sina."Apakah Pieter sudah berangkat ke hutan keramat?""Tidak Nyonya. Tuan Pieter pergi ke kota pagi-pagi sekali. Beliau membawa mobil terbaik dan mengatakan akan pulang sore atau malam hari. Jadi Nyonya tak perlu menunggunya pulang."Mendengar hal itu Sina hanya tersenyum kecil. Ia tau apa tujuan Pieter pergi jika itu menyangkut kota. Pasti Pieter akan menjemp
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status