Sina diam untuk waktu yang cukup lama. Ia menatap mayat Ruwan dengan tatapan rumit. Kematian adalah misteri Tuhan yang hingga kini tak ada yang tau jawabannya. Bahkan Sina yang menyaksikan ribuan kematian tak mampu menguaknya.
Sina sedikit iri dengan kematian Lana dan Ruwan. Kematian mereka bisa dikatakan ringan jika dibandingkan dengan dirinya. Sekarang ia hanya seorang roh yang bahkan tak tau tujuannya kemana. Sina hanya berharap kematian tak akan terlalu menyakitkan nanti.
Jika Tuhan masih berbelas kasih, ia berharap kematian itu tak akan terlalu tragis. Setidaknya jangan biarkan Jiwana dan Pieter menangis terlalu lama. Dua orang itu adalah orang yang paling berarti dihatinya saat ini.
Sina akhirnya membuka pintu dengan wajah murung yang terlihat sedikit kosong. Ekspresinya berhasil membuat orang-orang menjadi takut. Saat wajah penuh harapan terlihat didepan matanya, Sina hanya mampu menggeleng sebagai isyarat bahwa Ruwan sudah tak ada lagi.
Saat Sina
Pembangunan Di hutan keramat berjalan dengan sangat baik. Kesibukan dan rasa lelah pun tak dapat dihindarkan. Semua orang mulai bekerja bersungguh-sungguh agar pembangunan cepat selesai.Pieter sibuk dengan berbagai macam surat yang datang padanya. Surat-surat tersebut berisi berbagai macam pujian untuknya karena berhasil menyelesaikan proyek besar di hutan keramat.Undangan undangan untuk berpesta dan merayakan keberhasilan tak henti-hentinya datang. Pieter pun merasa sedikit muak dan lelah dengan semua pujian pujian dari para penjilat pribumi. Mereka hanya orang-orang yang ingin mendapatkan keuntungan dan ketenaran dari semua usaha yang telah ia lakukan.Pieter terus menulis dengan wajah serius. Pujian semacam itu akan membuat ambisinya semakin menggila. Ia akan berusaha lebih keras lagi dan akan membuat proyek di hutan keramat lebih hebat hari apa yang sebelumnya direncanakan.Para pemuda-pemuda desa yang berada di sekitar hutan keramat, mereka terus b
Setelah pusing dengan semua kesibukan yang ada, suara ketukan berhasil mengalihkan perhatian Pieter.Dengan suara jengah Pieter mempersilahkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk.Wajah Jiwana terlihat setelahnya, membuat Pieter semakin jengah dan enggan."Ada apa?""Surat."Mendengar satu kata itu, Pieter seakan ingin mengumpat saat itu juga. Ia muak dengan semua surat dari para penjilat. Apalagi jika itu berasal dari orang pribumi. Sebelum kalimat kasar keluar dari mulutnya. Kata-kata Jiwana berhasil membungkamnya."Surat dari ayahmu."Mendengar kata 'ayah', Pieter langsung duduk dengan tegak. Walaupun ia dan sang Ayah tak sedekat ayah dan anak pada umumnya. Tapi Pieter selalu menghormati sang ayah melebihi hormat nya pada orang lain.Pieter segera bangkit dan mengambil surat itu. Ia membaca setiap kata yang tertulis di atas nya. Hatinya sedikit demi sedikit mendingin. Itu membuat Pieter merasa ingin merobek surat itu denga
Pieter memandang istrinya dengan rasa puas dan kagum yang sedikit berlebihan. Dari sudut manapun ia memandang, Lana memang sangat cantik. Wajah cantiknya membuat Pieter kadang merasa harus bersyukur setiap hari atas kasih sayang Tuhan padanya.Kecantikan semacam ini adalah sebuah keberuntungan sekaligus bumerang baginya. Cantik akan membuatmu mudah memanjat keatas dan mencapai kesejahteraan. Tapi cantik juga membuatmu tersungkur karena kecemburuan orang lain.Wajah putih bersih dengan rambut hitam berkilau, ditambah dengan senyum manis dan sikapnya yang lembut. Siapa yang tidak menyukai wanita seperti itu?Lana akan sangat baik jika dia ditempatkan di sangkar emas. Jangan biarkan dia terbang sendiri, karena terlalu banyak yang akan menginginkannya. Tapi saat ini gadis itu ingin keluar, seolah ingin menunjukkan taringnya yang tajam. Bukan hanya sebagai orang cantik tapi juga seorang pemburu."Apa kamu yakin akan datang ke pesta itu?"Sina tersenyum
Sina memakai gaun cantik berwarna biru dengan ornamen rumit. Baju itu sedikit sesak dan tipis. Beruntung dia telah terbiasa menggunakan pakaian semacam ini. Dalam urusan penampilan, seorang bangsawan terkadang menyingkirkan nilai kenyamanan dan mengutamakan nilai estetika. Jadi untuk urusan penampilan, mereka rela merasa sedikit tersiksa demi penampilan yang bagus.Di cermin terlihat jelas wajahnya yang terpantul didepannya. Itu membuat Sina sedikit puas. Malam ini ia bersikeras untuk ikut dalam pesta, bukan hanya untuk pamer tapi juga untuk melihat seperti apa gadis yang akan ada di samping Pieter nanti.Sina sadar bahwa ia mungkin tak akan menemani Pieter untuk jangka waktu yang lama. Jadi ia berusaha melihat seperti apa gadis yang akan ia percayakan untuk menjaga Pieter di masa depan.Apakah gadis itu baik?Apakah gadis itu mampu?Apakah gadis itu pantas?Tiga pertanyaan ini harus ia dapatkan jawabannya malam ini, karena ia tidak ingin Pi
Saat mata Angeline dan Sina bertemu, ada gambaran persaingan yang terlihat. Itu membuat mereka sedikit enggan untuk berpaling sebagai bentuk perlawanan. Tapi apa daya, Sina selalu menang jika itu menyangkut kesombongan. Tak ada manusia yang mampu menyaingi nya dalam hal itu.Saat Angeline mulai kewalahan dan enggan untuk berkomentar lagi. Wanita itu pun menghembuskan nafas pasrah."Banyak orang mengatakan gundik Pieter sangat cantik, baik dan memiliki mulut yang manis. Tapi hari ini sepertinya semua rumor itu adalah sebuah kebohongan besar. Kamu bertolak belakang dengan semua hal yang orang-orang katakan. Kamu jauh lebih kuat dari dugaan ku. Tapi kamu harusnya ingat bahwa jauh sebelum Pieter menikah denganmu, aku lebih dulu menjalin hubungan dengannya.""Aku tidak peduli dengan siapa yang lebih dulu menjalin hubungan dengan Pieter.""Lalu apa yang kamu inginkan? Sebagai seorang gundik, kamu harusnya mengetahui sejak awal bahwa Pieter tak akan pernah memil
Sina menatap burung yang singgah di atas pohon besar sambil berkicau dengan keras. Ia duduk sambil menikmati teh dengan cangkir layaknya orang-orang Belanda pada umumnya. Selama beberapa bulan terakhir ia telah belajar banyak hal, termasuk cara minum teh yang elegan dan bermartabat. Sina adalah bangsawan kuno, walaupun ia telah hidup sebagai mahluk tak kasat mata selama ratusan tahun. Tapi tulangnya telah terukir dengan baik. Ia tidak pernah lupa bahwa ia adalah seorang yang bermartabat tinggi. Hal itu membuatnya tak pernah kesulitan menghadapi tata krama bangsawan Belanda.Seorang pelayan juga ikut duduk di samping Sina sambil menuangkan teh. Ia terlihat tersenyum karena senang melihat Tuannya menikmati teh yang telah ia buat."Ini mungkin teh terakhir yang bisa Nyonya nikmati di rumah ini."Sina pun tersenyum sambil menjawab ya.Apa yang dikatakan oleh pelayan adalah sebuah kebenaran. Selama beberapa bulan terakhir, proyek ya
Saat Sina bangun dari tidur nyenyak nya, kamar itu hanya berisi ia seorang. Pieter sepertinya telah lama pergi mengingat kehangatan di sampingnya telah lama hilang.Semua orang telah bangun pagi-pagi sekali, mereka bergotong royong untuk pindah ke rumah baru yang ada di hutan keramat. Hutan itu sekarang akan diberi nama baru, akan tetapi belum diumumkan secara resmi. Mungkin satu dekade di masa depan Hutan Keramat akan menjadi salah satu kota teramai yang ada di pulau.Seorang pelayan mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk. Dia adalah pelayan yang akan mengatur perlengkapan mandi Sina."Apakah Pieter sudah berangkat ke hutan keramat?""Tidak Nyonya. Tuan Pieter pergi ke kota pagi-pagi sekali. Beliau membawa mobil terbaik dan mengatakan akan pulang sore atau malam hari. Jadi Nyonya tak perlu menunggunya pulang."Mendengar hal itu Sina hanya tersenyum kecil. Ia tau apa tujuan Pieter pergi jika itu menyangkut kota. Pasti Pieter akan menjemp
Matahari telah terbenam dan suara binatang malam terdengar jelas di telinga. Hutan Keramat tak lagi sesepi dulu, banyak orang mulai tinggal di tempat ini.Sina tidur di kamar empuk miliknya. Ia dapat melihat segala macam bentuk mahluk di luar ruangan yang mengawasinya dari jauh. Mereka tak berani mendekat dan hanya mampu mengawasi. Tentu saja kejadian saat ia mengeluarkan api biru berhasil membuat takut penghuni hutan keramat.Hingga tengah malam menjelang, Sina masih terdiam dan enggan untuk tertidur. Mungkin karena ini kamar barunya, jadi ia belum terbiasa untuk tidur di tempat ini. Saat Sina asyik mendengarkan suara binatang malam yang berisik. Ada suara langkah kaki yang berjalan menuju kamarnya. Hal itu berhasil menarik perhatiannya. Langkah kaki itu terkesan cepat dan terburu-buru, seolah ia dikejar oleh sesuatu yang mengerikan.Sina menaikkan alisnya dengan bingung. "Siapa yang berjalan dengan terburu-buru seperti itu?"Beber
Di lain pihak, Jiwana telah mendengar tentang invasi Nippon ke pulau ini yang berniat menggantikan kekuasaan Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana tidak setuju, bukan hanya karena ia bekerja bersama para bangsawan Netherland, tapi juga karena Jiwana merasa bahwa bangsawan Netherland tidak terlalu kejam selama di pulau ini, mereka hanya sangat sombong dan pelit.Netherland memang memiliki riwayat buruk dengan para pribumi, akan tetapi itu hanya berlaku di pulau seberang. Di pulau ini, Jiwana lah yang mengaturnya. Ia menjilat para bangsawan Netherland untuk mendapatkan upah yang lebih baik. Ia juga membujuk para pribumi untuk mau bekerja tanpa sebuah paksaan. Sehingga keduanya tidak memiliki konflik yang berarti.Akan tetapi Nippon datang dan Jiwana tidak tau seperti apa strategi politik yang akan dilakukan Nippon di masa depan. Jiwana takut Nippon akan lebih sulit dibujuk dan akan menyengsarakan pribumi dan lebih kejam dari Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana membentuk kelompok k
Saat peperangan meledak, hujan di Ziel tak henti-hentinya turun. Alam sepertinya mendukung para pribumi dengan menurunkan hujan deras agar mereka bisa memiliki lebih banyak waktu untuk lari, sedangkan tentara Nippon kesulitan karena cuaca dan Medan yang belum mereka kuasai.Disaat hujan terus mengguyur Ziel dan tentara Nippon memaksakan diri untuk masuk, Pieter bersembunyi di balik pohon sambil membawa pedang telah ia asah selama beberapa hari. Matanya telah terbiasa oleh hujan dan kabut, jadi Pieter mampu melihat dengan jelas gerakan lawan dibalik pohon itu.'hmm mereka terlihat familiar'Tentara Nippon memiliki perawakan yang hampir sama dengan pribumi, hanya saja kulitnya putih dan matanya agak sipit. Hampir mirip dengan keturunan Tionghoa yang biasa Pieter lihat. Mereka memiliki suara yang keras dan perawakan yang kaku, jadi wajar saja jika Pieter merasa wajah mereka terlihat familiar.Pieter bergerak dengan sangat hati-hati, ia tidak ingin meremehkan musuh. Walaupun tubuh Pieter
Beberapa tahun setelah kematian Sina, perang terjadi di pulau Mirah Adhi dan diprediksi Netherland akan segera kalah. Pasukan Nippon telah mulai melakukan aksi untuk menguasai, sehingga Pieter pun harus bersiap mengevakusi anggota keluarga agar bisa pergi ke tempat yang lebih aman. Pieter bahkan memecat semua pelayanannya agar mereka bisa pergi mengungsi dengan cepat. Pieter tidak ingin orang-orang dibunuh ataupun dibantai karena mereka bekerja pada Netherland. Karena bagaimanapun para pelayannya bukanlah penghianat negara melain orang biasa yang mengais rezeki dengan bekerja padanya. Walaupun begitu ada beberapa pelayan masih enggan untuk pergi karena merasa sayang pada Pieter."Tuan, kami masih ingin tetap bersamamu. Kami rela mati bersamamu jadi kami tidak akan pergi kemanapun. Atau kalau Tuan mau, ikutlah bersama kami ke kampung. Disana kami akan menyembunyikan Tuan agar aman dan tak akan tertangkap oleh tentara Nippon."Mereka bekerja bersama Pieter, akan tetapi mereka mendedika
Pieter menatap ke arah gundukan tanah yang tertulis nama Lana di atasnya. Pieter ingat ketika ia membuka mata untuk pertama kalinya tubuh Sina telah mendingin di dalam pelukannya. Tubuh yang cantik itu telah kehilangan jiwanya dan Pieter akhirnya ditinggalkan untuk yang kedua kalinya.Selama dua kehidupan ia harus ditinggalkan oleh kekasihnya. Akan tetapi walaupun rasa sedih menguasai hatinya, ia selalu ingat bahwa kematian Sina saat ini adalah untuk kebaikannya sendiri. Sina tak lagi merasakan kesakitan dan penderitaan seperti yang ia rasakan ratusan tahun yang lalu. Dia telah terbebas dan Pieter bahagia karenanya."Kamu bebas sekarang." ucap Pieter lirih.Saat pemakaman berlangsung, banyak orang yang datang untuk melayat. Mereka berdoa dengan penuh hikmat dan terkadang datang untuk bersalaman dengan Pieter sambil mengucapkan banyak kalimat menghibur. "Dia sekarang berada di lindungan Tuhan, jadi kamu jangan bersedih terlalu berlarut-larut.""Ya, Lana adalah gadis yang baik dan taat
Saka meninggal di hutan keramat saat berusia ia telah 97 tahun. Ia sangat tua dan tak pernah pergi dari tempat itu satu kali pun. Ia telah meninggalkan semua kemewahan dan kejayaan serta masa mudanya. Ia memilih untuk tinggal bersama Sina di hutan keramat. Ia ingin jiwa Sina tak merasa kesepian, setidaknya sampai ia meninggalkan dunia ini. Saka juga tak pernah berkomunikasi dengan orang lain sehingga ia tak pernah tau apa yang terjadi di luar hutan. Baginya tugas sebagai seorang Raja telah ia penuhi, ia telah berusaha untuk membuat rakyat sejahtera dan keluarga yang ia tinggalkan dapat dipastikan akan aman setelah ia pergi meninggalkan mereka.Jika orang lain melihat keseharian Saka di tempat itu maka mereka mungkin akan menyimpulkan bahwa Saka telah menjadi orang 'gila'. Saka akan berbicara pada sendiri dan setelah itu menangis, setelah itu tertawa keras. Hanya itu yang ia lakukan setiap hari.Saka telah tinggal di hutan keramat selama puluhan tahun, dan ia telah bertapa serta mening
Setelah kemenangan, semua orang di Mirah Adhi merasakan 'duka' yang dirasakan oleh Raja. Harga ternak telah turun drastis mengingat dilarangnya konsumsi daging selama setahun, hal tersebut membuat para peternak dan pemburu hewan tak memiliki mata pencaharian dan terpaksa beralih profesi. Para petani pun bersedih karena bahan pangan juga tak terlalu laku mengingat adanya pengadaan puasa selama 40 hari. Apalagi para bangsawan, mereka sekarang terlihat seperti rakyat biasa karena tak ada lagi pakaian mewah dan perhiasan yang bisa mereka gunakan selama lima tahun ke depan.Sekarang hutan keramat menjadi momok paling menakutkan bagi masyarakat. Mereka tidak berani ke sana karena takut akan dieksekusi mati oleh Raja. Apalagi saat melihat secara langsung bagaimana raja memberi hukuman pada orang-orang yang membuat Sina menderita. Pada hari itu semua orang tak berani keluar rumah karena mendengar suara jeritan orang-orang yang dibakar dengan kejam. Bahkan setelah kejadian itu, para orang tua
Kemenangan Senggrala atas Malaka telah dipastikan, akan tetapi tak ada satupun orang yang merayakannya. Semuanya menunduk dan bersedih, kala mengetahui panglima perang mereka telah mati karena bunuh diri. Awalnya semua orang meributkan siapa yang disalahkan atas kejadian ini, akan tetapi saat melihat Saka yang masih diam, semua orang pun langsung ikut diam.Saka adalah orang yang paling terpukul pada kejadian ini. Ia kehilangan satu orang kepercayaannya, dan satu orang yang paling cintai serta kasihi. Akan tetapi Saka masih tetap diam dan memandang jasad Jarka yang dikebumikan dengan tatapan yang sangat datar.Hati Saka sangat hancur dan sedih, akan tetapi yang paling menyakitkan dari semua itu adalah tak ada satu tetes pun air mata yang jatuh di pelupuk matanya. Seolah ia telah dikutuk untuk tidak bisa melampiaskan kesedihan yang ia miliki seumur hidupnya.Setelah Jarka dimakamkan, Saka masuk ke dalam kamarnya sambil melihat kendi yang berlapis emas di atas kasurnya. Kendi itu berisi
Seperti jantung yang ditusuk dengan pisau, setiap langkah kaki kuda yang ia tunggangi membuat Jarka semakin sulit bernafas. Ia tidak tau apa yang terjadi pada Sina nya tapi satu hal yang ia tau Sina nya pasti sedang tak baik-baik saja.Jarka mencoba menghibur dirinya sendiri dengan berfikir sesuatu yang indah, tapi ia tetap tidak bisa. Seolah otaknya telah dipenuhi oleh bau daging yang terbakar dari perhiasan yang pernah ia berikan pada Sina."Tidak mungkin terjadi bukan..."Jarka menatap ke arah burung elang yang terbang di atasnya, lalu menatap ke arah depan sambil menghapal jalan. Tak lama mata Jarka memerah dan air matanya jatuh."Ini bukan jalan menuju istana, ini bukan jalan menuju rumah..."Semakin panjang perjalanan Jarka, semakin jauh ia dari istana. Ia semakin masuk ke dalam sebuah hutan yang tak pernah ia masuki sebelumnya. Hutan yang mungkin tidak pernah dikunjungi manusia. Tapi, kenapa perhiasan Sina ada di tempat yang seperti ini?Semakin banyak Jarka menebak dalam otakn
Beberapa hari setelah datangnya Saka ke medan perang, Jarka sudah tak menerima surat balasan lagi dari Sina. Bahkan Jarka telah menyempatkan diri untuk meluangkan waktu membuat puisi untuk Sina, akan tetapi surat yang datang hanya ditujukan pada Saka. Hal tersebut membuat Jarka sedikit cemburu pada calon kakak iparnya itu."Semenjak Saka ada di medan perang, Sina tak lagi memperhatikan ku." Wajah cemberutnya yang terkesan kekanakan sangat jauh berbeda dengan citranya di tentara sebagai orang yang ganas."Bersabarlah Tuan, setelah kita menang nanti Tuan dapat membawa Putri Sina pulang tanpa hambatan dari siapapun."Beberapa prajurit mencoba menghibur Jarka, mengingat perasaan Jarka sangatlah penting bagi peperangan ini. Jika Jarka dalam keadaan kurang bahagia atau bersemangat, maka habislah sudah karena Jarka adalah penentu menang atau tidaknya Senggrala dalam peperangan ini."Ya, kamu benar. Kita akan pulang dengan kemenangan dan membawa Putri Sina ke rumahku sebagai hadiah."Semuany