Saat Sina bangun dari tidur nyenyak nya, kamar itu hanya berisi ia seorang. Pieter sepertinya telah lama pergi mengingat kehangatan di sampingnya telah lama hilang.
Semua orang telah bangun pagi-pagi sekali, mereka bergotong royong untuk pindah ke rumah baru yang ada di hutan keramat. Hutan itu sekarang akan diberi nama baru, akan tetapi belum diumumkan secara resmi. Mungkin satu dekade di masa depan Hutan Keramat akan menjadi salah satu kota teramai yang ada di pulau.
Seorang pelayan mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk. Dia adalah pelayan yang akan mengatur perlengkapan mandi Sina.
"Apakah Pieter sudah berangkat ke hutan keramat?"
"Tidak Nyonya. Tuan Pieter pergi ke kota pagi-pagi sekali. Beliau membawa mobil terbaik dan mengatakan akan pulang sore atau malam hari. Jadi Nyonya tak perlu menunggunya pulang."
Mendengar hal itu Sina hanya tersenyum kecil. Ia tau apa tujuan Pieter pergi jika itu menyangkut kota. Pasti Pieter akan menjemp
Matahari telah terbenam dan suara binatang malam terdengar jelas di telinga. Hutan Keramat tak lagi sesepi dulu, banyak orang mulai tinggal di tempat ini.Sina tidur di kamar empuk miliknya. Ia dapat melihat segala macam bentuk mahluk di luar ruangan yang mengawasinya dari jauh. Mereka tak berani mendekat dan hanya mampu mengawasi. Tentu saja kejadian saat ia mengeluarkan api biru berhasil membuat takut penghuni hutan keramat.Hingga tengah malam menjelang, Sina masih terdiam dan enggan untuk tertidur. Mungkin karena ini kamar barunya, jadi ia belum terbiasa untuk tidur di tempat ini. Saat Sina asyik mendengarkan suara binatang malam yang berisik. Ada suara langkah kaki yang berjalan menuju kamarnya. Hal itu berhasil menarik perhatiannya. Langkah kaki itu terkesan cepat dan terburu-buru, seolah ia dikejar oleh sesuatu yang mengerikan.Sina menaikkan alisnya dengan bingung. "Siapa yang berjalan dengan terburu-buru seperti itu?"Beber
Semua orang berkumpul di depan gerbang Hutan Keramat. Di sana ada plang besar dengan kain putih sebagai penutup. Hal itu membuat semua orang merasa penasaran termasuk Sina. Ia pun menatap Pieter dengan tatapan penasaran."Apa itu?""Itu adalah nama baru untuk Hutan ini. Sekarang tempat ini bukan lagi hutan yang tidak berpenghuni. Di masa depan hutan ini akan menjadi pusat kota dengan peradaban yang maju. Jadi kita perlu memberi nama terbaik," ucap Pieter bangga.Setelah semua orang berkumpul, Pieter pun semakin terlihat bangga dan bahagia. Melihat hal tersebut, Sina pun semakin yakin nama yang diberikan untuk tempat ini pasti sangat bagus."Kamu terlihat percaya diri. Apa nama yang kamu beri untuk tempat ini?""Rahasia.""Pelit."Pieter mengabaikan wajah cemberut istrinya. Ia hanya tersenyum dan menikmati setiap momen bersejarah yang akan terjadi. Tak lama seorang laki-laki datang dengan gagah dan terlihat berwibawa. Laki-laki itu adalah Herman Willemsen, ayah dari Pieter. Beliau akan
Sina mengambil daun muda dari pohon kelapa. Ia membuat wadah sebagai tempat bunga-bunga cantik diletakkan. Sekarang hutan keramat begitu ramai, hal ini dikarenakan akan diadakannya pernikahan Akbar antara Pieter dan Angeline. Dua bangsawan Belanda yang diagung-agungkan oleh semua orang.Banyak yang penasaran dan terkadang melihat ke arah Sina dengan tatapan yang beragam. Mereka pikir Sina akan menangis atau bersedih karena suaminya akan menikah lagi. Tapi siapa yang menyangka bahwa wanita cantik itu justru sangat tenang, bahkan ia juga ikut membantu dengan membuat berbagai hiasan.Sina tak pandai bersosialisasi dengan orang biasa. Hal itu dikarenakan kebiasaannya semasa hidup, ia harus tampil anggun dan elegan. Sina sangat jarang berbicara sangat keras atau tertawa secara berlebihan. Tapi itu membuat para pelayan di rumahnya merasa salah paham. Mereka pikir Sina berusaha untuk tampil kuat di depan mereka."Lihat Nyonya Lana, dia terlihat sangat tenang dan bertingkah biasa saja. Tapi
Semua persiapan telah siap. Gaun cantik berwarna putih dengan renda rumit bertabur berlian dan mutiara. Gaun itu dikirim dari langsung dari Soerabaja. Menurut penuturan pelayan, gaun ini adalah gaun satu-satunya di dunia. Gaun yang dibuat khusus untuk Angeline yang dipesan langsung oleh keluarganya dari Amsterdam.Hanya saja sangat disayangkan pernikahan ini tanpa dihadiri oleh keluarga inti Angeline. Kalau saja keluarga Angeline datang, mungkin Sina akan dengan senang hati membekap laki-laki yang membuat gadis itu hamil.Sina sekarang menunggu Angeline di luar rumah dan akan menyambutnya di gerbang. Ia harus menyambut gadis itu sebagai bentuk kesopanan.Sina pun harus memakai pakaian khas Belanda yang berwarna biru, sangat cantik dan anggun. Hanya saja sangat disayangkan matahari sudah mulai terik hingga membuat Sina terus berkeringat.Sina terus menunggu di depan gerbang dengan kepanasan. Tapi hingga sekarang Angeline belum juga sampai di tempat ini. Bahkan suara mobilnya masih belu
Pieter masih menatap wajah istrinya yang terlihat pucat dan lemah. Hal itu membuatnya merasa marah dan kesal. "Kenapa kalian diam saja, ambil air hangat kemari!"Mendengar teriakan tuannya, mereka langsung lari terbirit-birit. Pieter sangat mengerikan ketika marah. Apalagi jika kemarahannya menyangkut istri yang paling ia sayangi.Setelah semua orang pergi dari ruangan itu, Pieter mendekati istrinya sambil membelainya dengan pelan. Saat tangan kasar Pieter menyentuh dahi Sina, ada panas yang menjalar di atasnya. "Sepertinya dia demam."Tak lama pelayan pun datang sambil membawa sebaskom air dingin dan satu ceret air panas. Air panas digunakan untuk menghangatkan air dingin untuk membersihkan anggota tubuh Sina yang berkeringat.Mereka menuangkan air panas sedikit demi sedikit, sambil mengatur suhu terbaik agar Sina dapat dengan nyaman menggunakannya. Mereka takut kulit putih itu akan memerah jika air yang digunakan terlalu panas atau terlalu dingin.Wajah Sina yang pucat terlihat me
Disudut gelap Rumah Keluarga Willemsen, Jiwana duduk dan menunggu Sina membuka mata kembali. Sebagai orang yang mencintai Sina namun terjerat dalam ikatan Nyonya dan Bawahan, Jiwana hanya mampu menunggu di luar ruangan dan bersembunyi. Sina adalah istri dari Tuannya, maka ia harus sadar diri. Akan tetapi kekhawatiran di dalam hatinya tak bisa ia bendung. Ia takut terjadi sesuatu pada gadis itu.Jiwana begitu takut dan panik saat mendengar berita bahwa Sina pingsan di depan gerbang rumah. Ia ingin berlari dan memeluk gadis itu, tapi apa daya Pieter lebih dulu datang. Jadi ia hanya bisa bersembunyi di dalam kegelapan sambil menunggu wanita itu sadar kembali.Malam begitu sunyi, hampir semua orang tak bisa tidur dan menunggu kabar tentang keadaan Sina. Pieter dan Jiwana takut dan khawatir terjadi sesuatu pada wanita itu. Sedangkan yang lainnya takut dan khawatir pada dua orang yang akan melampiaskan kemarahan pada mereka. Namun semuanya hampir sepakat dan mengumpat pada satu orang wanita
Butuh waktu berhari-hari untuk Sina pulih kembali dari rasa lelah yang melanda sebelumnya. Ia sekarang sangat rajin meminum jamu kesehatan yang dikirim oleh ibunya. Hanya saja sang ibu tak dapat menjenguknya karena kehamilan di masa tuanya.Sina bersyukur pasangan itu memiliki pijakan sekali lagi, mengingat Lana dan Ruwan sudah tak bisa lagi mendukung mereka. Sekarang hanya tinggal bayi yang masih di dalam perut. Untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan orang tua Lana dan Ruwan, Sina terkadang menitip 'pesan' untuk mereka melalui Jiwana.Sina meminum jamu pahit tanpa ekspresi seolah jamu yang ia minum adalah air putih biasa. Mungkin hal itu dikarenakan ia mulai terbiasa dengan rasa pahit. Namun itu berbeda dengan Pieter, laki-laki itu terkadang melihat Sina dengan tatapan jijik dan ingin muntah. Maklum saja, Pieter sebelumnya penasaran dengan rasa jamu jadi pernah mencobanya sekali. Saat itu Pieter langsung muntah dan tak makan selama sehari penuh."Kenapa kamu selalu meminum minu
Pieter memakai jas berwarna putih dengan rambut klimis yang rapi. Ia terlihat tampan dan menawan layaknya seorang pangeran yang ada dicerita-cerita di dalam buku. Hal itu membuat Sina bangga dan menatap suaminya dengan senyum sumringah.Sina pun mendekat dan menepuk bahu suaminya dengan lembut."Sangat tampan," ucapnya memuji.Hari ini adalah hari pernikahan antara Pieter dan Angeline. Mereka menikah dengan meriah dan dipenuhi oleh bangsawan bangsawan ternama. Berbeda dengan senyum sumringah yang diperlihatkan oleh Sina. Pieter justru terlihat cemberut dan tak puas. Ia ingin tetap berada di kamar ini bersama dengan Sina dan terlalu malas untuk menemui gadis yang bernama Angeline itu."Aku terlalu malas untuk bertemu dengan mereka. Apalagi saat upacara nanti, aku harus bergandengan tangan dengan wanita hamil itu."Pieter adalah orang yang mencintai kebersihan. Tentu saja kebersihan yang dimaksud adalah kebersihan dirinya saat menyentuh orang lain. Baginya Angeline kotor dikarenakan ga
Di lain pihak, Jiwana telah mendengar tentang invasi Nippon ke pulau ini yang berniat menggantikan kekuasaan Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana tidak setuju, bukan hanya karena ia bekerja bersama para bangsawan Netherland, tapi juga karena Jiwana merasa bahwa bangsawan Netherland tidak terlalu kejam selama di pulau ini, mereka hanya sangat sombong dan pelit.Netherland memang memiliki riwayat buruk dengan para pribumi, akan tetapi itu hanya berlaku di pulau seberang. Di pulau ini, Jiwana lah yang mengaturnya. Ia menjilat para bangsawan Netherland untuk mendapatkan upah yang lebih baik. Ia juga membujuk para pribumi untuk mau bekerja tanpa sebuah paksaan. Sehingga keduanya tidak memiliki konflik yang berarti.Akan tetapi Nippon datang dan Jiwana tidak tau seperti apa strategi politik yang akan dilakukan Nippon di masa depan. Jiwana takut Nippon akan lebih sulit dibujuk dan akan menyengsarakan pribumi dan lebih kejam dari Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana membentuk kelompok k
Saat peperangan meledak, hujan di Ziel tak henti-hentinya turun. Alam sepertinya mendukung para pribumi dengan menurunkan hujan deras agar mereka bisa memiliki lebih banyak waktu untuk lari, sedangkan tentara Nippon kesulitan karena cuaca dan Medan yang belum mereka kuasai.Disaat hujan terus mengguyur Ziel dan tentara Nippon memaksakan diri untuk masuk, Pieter bersembunyi di balik pohon sambil membawa pedang telah ia asah selama beberapa hari. Matanya telah terbiasa oleh hujan dan kabut, jadi Pieter mampu melihat dengan jelas gerakan lawan dibalik pohon itu.'hmm mereka terlihat familiar'Tentara Nippon memiliki perawakan yang hampir sama dengan pribumi, hanya saja kulitnya putih dan matanya agak sipit. Hampir mirip dengan keturunan Tionghoa yang biasa Pieter lihat. Mereka memiliki suara yang keras dan perawakan yang kaku, jadi wajar saja jika Pieter merasa wajah mereka terlihat familiar.Pieter bergerak dengan sangat hati-hati, ia tidak ingin meremehkan musuh. Walaupun tubuh Pieter
Beberapa tahun setelah kematian Sina, perang terjadi di pulau Mirah Adhi dan diprediksi Netherland akan segera kalah. Pasukan Nippon telah mulai melakukan aksi untuk menguasai, sehingga Pieter pun harus bersiap mengevakusi anggota keluarga agar bisa pergi ke tempat yang lebih aman. Pieter bahkan memecat semua pelayanannya agar mereka bisa pergi mengungsi dengan cepat. Pieter tidak ingin orang-orang dibunuh ataupun dibantai karena mereka bekerja pada Netherland. Karena bagaimanapun para pelayannya bukanlah penghianat negara melain orang biasa yang mengais rezeki dengan bekerja padanya. Walaupun begitu ada beberapa pelayan masih enggan untuk pergi karena merasa sayang pada Pieter."Tuan, kami masih ingin tetap bersamamu. Kami rela mati bersamamu jadi kami tidak akan pergi kemanapun. Atau kalau Tuan mau, ikutlah bersama kami ke kampung. Disana kami akan menyembunyikan Tuan agar aman dan tak akan tertangkap oleh tentara Nippon."Mereka bekerja bersama Pieter, akan tetapi mereka mendedika
Pieter menatap ke arah gundukan tanah yang tertulis nama Lana di atasnya. Pieter ingat ketika ia membuka mata untuk pertama kalinya tubuh Sina telah mendingin di dalam pelukannya. Tubuh yang cantik itu telah kehilangan jiwanya dan Pieter akhirnya ditinggalkan untuk yang kedua kalinya.Selama dua kehidupan ia harus ditinggalkan oleh kekasihnya. Akan tetapi walaupun rasa sedih menguasai hatinya, ia selalu ingat bahwa kematian Sina saat ini adalah untuk kebaikannya sendiri. Sina tak lagi merasakan kesakitan dan penderitaan seperti yang ia rasakan ratusan tahun yang lalu. Dia telah terbebas dan Pieter bahagia karenanya."Kamu bebas sekarang." ucap Pieter lirih.Saat pemakaman berlangsung, banyak orang yang datang untuk melayat. Mereka berdoa dengan penuh hikmat dan terkadang datang untuk bersalaman dengan Pieter sambil mengucapkan banyak kalimat menghibur. "Dia sekarang berada di lindungan Tuhan, jadi kamu jangan bersedih terlalu berlarut-larut.""Ya, Lana adalah gadis yang baik dan taat
Saka meninggal di hutan keramat saat berusia ia telah 97 tahun. Ia sangat tua dan tak pernah pergi dari tempat itu satu kali pun. Ia telah meninggalkan semua kemewahan dan kejayaan serta masa mudanya. Ia memilih untuk tinggal bersama Sina di hutan keramat. Ia ingin jiwa Sina tak merasa kesepian, setidaknya sampai ia meninggalkan dunia ini. Saka juga tak pernah berkomunikasi dengan orang lain sehingga ia tak pernah tau apa yang terjadi di luar hutan. Baginya tugas sebagai seorang Raja telah ia penuhi, ia telah berusaha untuk membuat rakyat sejahtera dan keluarga yang ia tinggalkan dapat dipastikan akan aman setelah ia pergi meninggalkan mereka.Jika orang lain melihat keseharian Saka di tempat itu maka mereka mungkin akan menyimpulkan bahwa Saka telah menjadi orang 'gila'. Saka akan berbicara pada sendiri dan setelah itu menangis, setelah itu tertawa keras. Hanya itu yang ia lakukan setiap hari.Saka telah tinggal di hutan keramat selama puluhan tahun, dan ia telah bertapa serta mening
Setelah kemenangan, semua orang di Mirah Adhi merasakan 'duka' yang dirasakan oleh Raja. Harga ternak telah turun drastis mengingat dilarangnya konsumsi daging selama setahun, hal tersebut membuat para peternak dan pemburu hewan tak memiliki mata pencaharian dan terpaksa beralih profesi. Para petani pun bersedih karena bahan pangan juga tak terlalu laku mengingat adanya pengadaan puasa selama 40 hari. Apalagi para bangsawan, mereka sekarang terlihat seperti rakyat biasa karena tak ada lagi pakaian mewah dan perhiasan yang bisa mereka gunakan selama lima tahun ke depan.Sekarang hutan keramat menjadi momok paling menakutkan bagi masyarakat. Mereka tidak berani ke sana karena takut akan dieksekusi mati oleh Raja. Apalagi saat melihat secara langsung bagaimana raja memberi hukuman pada orang-orang yang membuat Sina menderita. Pada hari itu semua orang tak berani keluar rumah karena mendengar suara jeritan orang-orang yang dibakar dengan kejam. Bahkan setelah kejadian itu, para orang tua
Kemenangan Senggrala atas Malaka telah dipastikan, akan tetapi tak ada satupun orang yang merayakannya. Semuanya menunduk dan bersedih, kala mengetahui panglima perang mereka telah mati karena bunuh diri. Awalnya semua orang meributkan siapa yang disalahkan atas kejadian ini, akan tetapi saat melihat Saka yang masih diam, semua orang pun langsung ikut diam.Saka adalah orang yang paling terpukul pada kejadian ini. Ia kehilangan satu orang kepercayaannya, dan satu orang yang paling cintai serta kasihi. Akan tetapi Saka masih tetap diam dan memandang jasad Jarka yang dikebumikan dengan tatapan yang sangat datar.Hati Saka sangat hancur dan sedih, akan tetapi yang paling menyakitkan dari semua itu adalah tak ada satu tetes pun air mata yang jatuh di pelupuk matanya. Seolah ia telah dikutuk untuk tidak bisa melampiaskan kesedihan yang ia miliki seumur hidupnya.Setelah Jarka dimakamkan, Saka masuk ke dalam kamarnya sambil melihat kendi yang berlapis emas di atas kasurnya. Kendi itu berisi
Seperti jantung yang ditusuk dengan pisau, setiap langkah kaki kuda yang ia tunggangi membuat Jarka semakin sulit bernafas. Ia tidak tau apa yang terjadi pada Sina nya tapi satu hal yang ia tau Sina nya pasti sedang tak baik-baik saja.Jarka mencoba menghibur dirinya sendiri dengan berfikir sesuatu yang indah, tapi ia tetap tidak bisa. Seolah otaknya telah dipenuhi oleh bau daging yang terbakar dari perhiasan yang pernah ia berikan pada Sina."Tidak mungkin terjadi bukan..."Jarka menatap ke arah burung elang yang terbang di atasnya, lalu menatap ke arah depan sambil menghapal jalan. Tak lama mata Jarka memerah dan air matanya jatuh."Ini bukan jalan menuju istana, ini bukan jalan menuju rumah..."Semakin panjang perjalanan Jarka, semakin jauh ia dari istana. Ia semakin masuk ke dalam sebuah hutan yang tak pernah ia masuki sebelumnya. Hutan yang mungkin tidak pernah dikunjungi manusia. Tapi, kenapa perhiasan Sina ada di tempat yang seperti ini?Semakin banyak Jarka menebak dalam otakn
Beberapa hari setelah datangnya Saka ke medan perang, Jarka sudah tak menerima surat balasan lagi dari Sina. Bahkan Jarka telah menyempatkan diri untuk meluangkan waktu membuat puisi untuk Sina, akan tetapi surat yang datang hanya ditujukan pada Saka. Hal tersebut membuat Jarka sedikit cemburu pada calon kakak iparnya itu."Semenjak Saka ada di medan perang, Sina tak lagi memperhatikan ku." Wajah cemberutnya yang terkesan kekanakan sangat jauh berbeda dengan citranya di tentara sebagai orang yang ganas."Bersabarlah Tuan, setelah kita menang nanti Tuan dapat membawa Putri Sina pulang tanpa hambatan dari siapapun."Beberapa prajurit mencoba menghibur Jarka, mengingat perasaan Jarka sangatlah penting bagi peperangan ini. Jika Jarka dalam keadaan kurang bahagia atau bersemangat, maka habislah sudah karena Jarka adalah penentu menang atau tidaknya Senggrala dalam peperangan ini."Ya, kamu benar. Kita akan pulang dengan kemenangan dan membawa Putri Sina ke rumahku sebagai hadiah."Semuany