Pieter memakai jas berwarna putih dengan rambut klimis yang rapi. Ia terlihat tampan dan menawan layaknya seorang pangeran yang ada dicerita-cerita di dalam buku. Hal itu membuat Sina bangga dan menatap suaminya dengan senyum sumringah.Sina pun mendekat dan menepuk bahu suaminya dengan lembut."Sangat tampan," ucapnya memuji.Hari ini adalah hari pernikahan antara Pieter dan Angeline. Mereka menikah dengan meriah dan dipenuhi oleh bangsawan bangsawan ternama. Berbeda dengan senyum sumringah yang diperlihatkan oleh Sina. Pieter justru terlihat cemberut dan tak puas. Ia ingin tetap berada di kamar ini bersama dengan Sina dan terlalu malas untuk menemui gadis yang bernama Angeline itu."Aku terlalu malas untuk bertemu dengan mereka. Apalagi saat upacara nanti, aku harus bergandengan tangan dengan wanita hamil itu."Pieter adalah orang yang mencintai kebersihan. Tentu saja kebersihan yang dimaksud adalah kebersihan dirinya saat menyentuh orang lain. Baginya Angeline kotor dikarenakan ga
Di ruangan yang sunyi, Sina mulai terdiam dan menunggu jalannya upacara. Ia berharap upacara ini cepat berakhir.Sina berpisah dengan Pieter baru beberapa jam, akan tetapi rasa rindu untuk Pieter menjadi teramat dalam. Seolah ia telah berpisah untuk waktu yang lama.Semua orang di rumah ini telah mempersiapkan pesta dengan baik, hal itulah yang membuat tempat dimana Sina berada menjadi begitu sepi. Tak ada satupun pelayan yang terlihat berlalu lalang. Seolah semuanya habis untuk memuaskan pada para bangsawan Belanda.Saat Sina termenung, rasa sakit diperutnya entah kenapa mulai terasa. Hal itu membuat Sina tertegun untuk sementara. Tak lama rasa sakit itu semakin menjadi hingga membuat Sina meremas perutnya dengan keras.Keringat dingin terus bercucuran. Sina yang tak tahan dengan rasa sakit langsung jatuh terduduk di lantai. Ia menggigit bibirnya karena tak tahan. Ia berfikir itu akan mengurangi rasa sakit yang ia terima.Perlahan demi perlahan, udara terasa semakin tipis dan Sina pu
Semua orang mulai ribut, mempelai pria telah kabur dan pernikahan ini berubah menjadi kacau. Semua orang terus bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi. Sedangkan Angeline masih terpaku di atas altar dengan mata merah dan menangis. Wajahnya yang putih dan cantik terlihat menyedihkan. Hal itu membuat banyak orang bersimpati dan mengutuk Pieter di dalam hatinya.Tuan Herman pun hanya mampu menggelengkan kepala. Ini pertama kalinya ia melihat tekat Pieter yang tak tergoyahkan. Hal itu membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Sebagai seorang ayah ia selalu tau bahwa Pieter bukan orang yang bisa ia atur seenaknya.Angeline yang bersedih menatap mata Tuan Herman dengan tatapan menuntut. Ia tidak mau kembali lagi ke Amsterdam. Walaupun ia merindukan tempat itu, tapi ia tau bahwa Amsterdam bukanlah tempat yang aman untuk anaknya. Angeline pun bertekad untuk menikah hari ini dan masuk ke keluarga Willemsen.Angeline turun dari altar dan menatap Tuan Herman dengan menuntut."Keluarga mu harus ber
Sina berjuang dalam kesakitan, tubuhnya terasa remuk dan tak berbentuk. Rasa sakit itu membuat Sina tak sanggup dan terpaksa keluar dari cangkangnya.Jiwa Sina menjerit dan berusaha terlepas dari tubuhnya. Seolah ia meminta pembebasan yang mutlak. Ia bangun dengan jiwa samar sambil bernafas dengan susah payah. Rasa sakit kini tak ada lagi tapi ia melihat tubuhnya telah tergeletak tak berdaya di lantai. Hal itulah membuat hatinya terasa nyeri.Tubuh Lana telah diwarnai oleh merahnya darah dan tubuh itu terlihat rapuh dan tak bisa digunakan lagi. Akan tetapi Sina tak ingin mati sekarang, setidaknya ia ingin melihat Pieter satu atau dua kali lagi. Sedangkan Jiwana ia bisa menemuinya setelah mati, karena laki-laki itu memiliki kelebihan dan mampu melihat jiwa.Setelah Sina merasa jiwanya telah stabil kembali, ia berusaha masuk ke dalam cangkang kosong itu. Akan tetapi beberapa mahluk datang, arwah-arwah gentayangan tergiur dengan tubuh Lana yang dapat ditempati. Hal itu membuat mata Sina
Pieter membuka pintu dengan keras dan itu berhasil membuat semua orang di dalam ruangan kaget dan takut. Tapi wajah Pieter hanya tertuju pada satu orang saja, yaitu wajah istrinya yang masih tertidur di ranjang."Menyingkir kalian semua."Sontak mereka pun langsung menjauh dari tubuh Sina dengan tergesa. Mereka takut akan ancaman pintar sebelumnya yang akan mengubur mereka bersama sang istri, jika Nyonya mereka tak selamat.Setelah semua orang menyingkir, menatap sang dokter dan memerintahkannya dengan tatapan yang mengancam."Sembuhkan dia."Jake yang tak terbiasa diancam dan tak pernah berkelahi langsung merasa ciut dan takut. Ia berjalan dengan kaki gemetar menuju tempat tidur istri Pieter. Wajah Sina yang sebelumnya berlumuran darah sekarang telah dibersihkan. Akan tetapi wajah pucat itu masih terlihat mengerikan. Jake segera memeriksa denyut nadi sang pasien, namun setelah mengecek denyut nadi Jake pun sadar keadaan wanita di depannya dalam keadaan darurat. Ia pun langsung menja
Para tamu undangan merasa tidak puas dengan semua yang terjadi. Akan tetapi mereka tidak berani untuk berkomentar. Mereka hanya mampu mengatakan perasaan mereka di balik kipas dan berdiri di sudut ruangan.Tuan Herman pun hanya mampu bersyukur karena Angeline tidak ada di ruangan ini. Jika gadis itu ada di sini, mungkin akan ada keributan yang lebih besar. Tuan Herman langsung menemui pelayan yang menunduk takut."Pergi dan cari tau apa yang terjadi."Setelah mendapat perintah pelayan itu pun segera pergi menuju ruangan Sina. Ia berjalan dengan takut-takut sambil melihat dari jauh, apa yang sebenarnya terjadi. Tapi karena ia takut pada Tuan Pieter, ia pun hanya mampu bertanya pada temannya yang ada di sana dengan penasaran."Apa yang terjadi?"Mendengar pertanyaan itu, pelayan itu langsung melotot."Shttt. Jangan berisik," ucapnya berbisik.Mereka langsung menunduk di lantai dan mengontrol dengan suara yang kecil. Saat mereka menunduk terdengar suara Pieter yang sedang memarahi pelaya
Saat Jake memeriksa Sina, suara gelas pecah berhasil membuat konsentrasi semua orang buyar. Pieter pun menatap ke arah suara dan di sana ada seorang pelayan sedang bergetar takut. Pieter langsung marah pada kebodohan pelayan itu dan ingin menendangnya.Hingga saat ini hampir semua barang yang dibawa oleh pelayan jatuh dengan tak terduga. Mereka bergetar dan tak bisa membawa dengan baik dan benar. Hal itu dikarenakan rasa takut yang mereka alami jika mereka benar-benar dikubur di tanah kosong."Sangat bodoh."Pieter langsung mendekat dan menaikkan kaki kanannya untuk menendang pelayan itu. Pelayan itu pun hanya mampu menundukkan kepala sambil menutupinya dengan tangan. Akan tetapi sebelum kaki Peter menyentuh pelayan itu, jiwana lebih dulu menendang perutnya.Pieter jatuh tersungkur dan menggerang kesakitan. Ia pun menatap orang yang benar-benar berani menendangnya dengan tatapan marah. Akan tetapi gimana saat ini terlihat begitu mengerikan. Wajahnya terlihat berwibawa dan dingin. Pert
Sina membuka matanya kembali. Ia menatap jiwana dengan tatapan terima kasih."Berapa banyak ingatan yang kamu miliki?""Tak banyak. Aku tau bahwa aku adalah seorang bangsawan yang lebih tinggi darimu."Mendengar pernyataan itu Sina pun tersenyum kecil. Ia ingat di kehidupan sebelumnya ia sangat menyukai laki-laki di depannya, hingga membuatnya buta dan tak bisa berfikir menggunakan logika."Kalau begitu, haruskah aku memanggilmu Yang Mulia?"Candaan Sina untuk Jiwana berhasil membuat mereka tersenyum lucu. Mereka jadi ingat bagaimana mereka bertemu pertama kalinya. Saat itu Jiwana begitu takut pada Sina."Aku ingat kamu hampir pipis saat bertemu denganku di hutan keramat."Jiwana langsung berubah merah, saat itu Sina begitu mengintimidasinya. Hingga membuatnya tak berani melihat wajah cantik itu. Apalagi ditambah dengan auranya yang mencekam."Kamu sangat mengerikan saat itu.""Jika aku mengerikan, kamu tak akan memanggilku kekasihmu saat kamu menjemput ku untuk menikah dengan Pieter
Di lain pihak, Jiwana telah mendengar tentang invasi Nippon ke pulau ini yang berniat menggantikan kekuasaan Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana tidak setuju, bukan hanya karena ia bekerja bersama para bangsawan Netherland, tapi juga karena Jiwana merasa bahwa bangsawan Netherland tidak terlalu kejam selama di pulau ini, mereka hanya sangat sombong dan pelit.Netherland memang memiliki riwayat buruk dengan para pribumi, akan tetapi itu hanya berlaku di pulau seberang. Di pulau ini, Jiwana lah yang mengaturnya. Ia menjilat para bangsawan Netherland untuk mendapatkan upah yang lebih baik. Ia juga membujuk para pribumi untuk mau bekerja tanpa sebuah paksaan. Sehingga keduanya tidak memiliki konflik yang berarti.Akan tetapi Nippon datang dan Jiwana tidak tau seperti apa strategi politik yang akan dilakukan Nippon di masa depan. Jiwana takut Nippon akan lebih sulit dibujuk dan akan menyengsarakan pribumi dan lebih kejam dari Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana membentuk kelompok k
Saat peperangan meledak, hujan di Ziel tak henti-hentinya turun. Alam sepertinya mendukung para pribumi dengan menurunkan hujan deras agar mereka bisa memiliki lebih banyak waktu untuk lari, sedangkan tentara Nippon kesulitan karena cuaca dan Medan yang belum mereka kuasai.Disaat hujan terus mengguyur Ziel dan tentara Nippon memaksakan diri untuk masuk, Pieter bersembunyi di balik pohon sambil membawa pedang telah ia asah selama beberapa hari. Matanya telah terbiasa oleh hujan dan kabut, jadi Pieter mampu melihat dengan jelas gerakan lawan dibalik pohon itu.'hmm mereka terlihat familiar'Tentara Nippon memiliki perawakan yang hampir sama dengan pribumi, hanya saja kulitnya putih dan matanya agak sipit. Hampir mirip dengan keturunan Tionghoa yang biasa Pieter lihat. Mereka memiliki suara yang keras dan perawakan yang kaku, jadi wajar saja jika Pieter merasa wajah mereka terlihat familiar.Pieter bergerak dengan sangat hati-hati, ia tidak ingin meremehkan musuh. Walaupun tubuh Pieter
Beberapa tahun setelah kematian Sina, perang terjadi di pulau Mirah Adhi dan diprediksi Netherland akan segera kalah. Pasukan Nippon telah mulai melakukan aksi untuk menguasai, sehingga Pieter pun harus bersiap mengevakusi anggota keluarga agar bisa pergi ke tempat yang lebih aman. Pieter bahkan memecat semua pelayanannya agar mereka bisa pergi mengungsi dengan cepat. Pieter tidak ingin orang-orang dibunuh ataupun dibantai karena mereka bekerja pada Netherland. Karena bagaimanapun para pelayannya bukanlah penghianat negara melain orang biasa yang mengais rezeki dengan bekerja padanya. Walaupun begitu ada beberapa pelayan masih enggan untuk pergi karena merasa sayang pada Pieter."Tuan, kami masih ingin tetap bersamamu. Kami rela mati bersamamu jadi kami tidak akan pergi kemanapun. Atau kalau Tuan mau, ikutlah bersama kami ke kampung. Disana kami akan menyembunyikan Tuan agar aman dan tak akan tertangkap oleh tentara Nippon."Mereka bekerja bersama Pieter, akan tetapi mereka mendedika
Pieter menatap ke arah gundukan tanah yang tertulis nama Lana di atasnya. Pieter ingat ketika ia membuka mata untuk pertama kalinya tubuh Sina telah mendingin di dalam pelukannya. Tubuh yang cantik itu telah kehilangan jiwanya dan Pieter akhirnya ditinggalkan untuk yang kedua kalinya.Selama dua kehidupan ia harus ditinggalkan oleh kekasihnya. Akan tetapi walaupun rasa sedih menguasai hatinya, ia selalu ingat bahwa kematian Sina saat ini adalah untuk kebaikannya sendiri. Sina tak lagi merasakan kesakitan dan penderitaan seperti yang ia rasakan ratusan tahun yang lalu. Dia telah terbebas dan Pieter bahagia karenanya."Kamu bebas sekarang." ucap Pieter lirih.Saat pemakaman berlangsung, banyak orang yang datang untuk melayat. Mereka berdoa dengan penuh hikmat dan terkadang datang untuk bersalaman dengan Pieter sambil mengucapkan banyak kalimat menghibur. "Dia sekarang berada di lindungan Tuhan, jadi kamu jangan bersedih terlalu berlarut-larut.""Ya, Lana adalah gadis yang baik dan taat
Saka meninggal di hutan keramat saat berusia ia telah 97 tahun. Ia sangat tua dan tak pernah pergi dari tempat itu satu kali pun. Ia telah meninggalkan semua kemewahan dan kejayaan serta masa mudanya. Ia memilih untuk tinggal bersama Sina di hutan keramat. Ia ingin jiwa Sina tak merasa kesepian, setidaknya sampai ia meninggalkan dunia ini. Saka juga tak pernah berkomunikasi dengan orang lain sehingga ia tak pernah tau apa yang terjadi di luar hutan. Baginya tugas sebagai seorang Raja telah ia penuhi, ia telah berusaha untuk membuat rakyat sejahtera dan keluarga yang ia tinggalkan dapat dipastikan akan aman setelah ia pergi meninggalkan mereka.Jika orang lain melihat keseharian Saka di tempat itu maka mereka mungkin akan menyimpulkan bahwa Saka telah menjadi orang 'gila'. Saka akan berbicara pada sendiri dan setelah itu menangis, setelah itu tertawa keras. Hanya itu yang ia lakukan setiap hari.Saka telah tinggal di hutan keramat selama puluhan tahun, dan ia telah bertapa serta mening
Setelah kemenangan, semua orang di Mirah Adhi merasakan 'duka' yang dirasakan oleh Raja. Harga ternak telah turun drastis mengingat dilarangnya konsumsi daging selama setahun, hal tersebut membuat para peternak dan pemburu hewan tak memiliki mata pencaharian dan terpaksa beralih profesi. Para petani pun bersedih karena bahan pangan juga tak terlalu laku mengingat adanya pengadaan puasa selama 40 hari. Apalagi para bangsawan, mereka sekarang terlihat seperti rakyat biasa karena tak ada lagi pakaian mewah dan perhiasan yang bisa mereka gunakan selama lima tahun ke depan.Sekarang hutan keramat menjadi momok paling menakutkan bagi masyarakat. Mereka tidak berani ke sana karena takut akan dieksekusi mati oleh Raja. Apalagi saat melihat secara langsung bagaimana raja memberi hukuman pada orang-orang yang membuat Sina menderita. Pada hari itu semua orang tak berani keluar rumah karena mendengar suara jeritan orang-orang yang dibakar dengan kejam. Bahkan setelah kejadian itu, para orang tua
Kemenangan Senggrala atas Malaka telah dipastikan, akan tetapi tak ada satupun orang yang merayakannya. Semuanya menunduk dan bersedih, kala mengetahui panglima perang mereka telah mati karena bunuh diri. Awalnya semua orang meributkan siapa yang disalahkan atas kejadian ini, akan tetapi saat melihat Saka yang masih diam, semua orang pun langsung ikut diam.Saka adalah orang yang paling terpukul pada kejadian ini. Ia kehilangan satu orang kepercayaannya, dan satu orang yang paling cintai serta kasihi. Akan tetapi Saka masih tetap diam dan memandang jasad Jarka yang dikebumikan dengan tatapan yang sangat datar.Hati Saka sangat hancur dan sedih, akan tetapi yang paling menyakitkan dari semua itu adalah tak ada satu tetes pun air mata yang jatuh di pelupuk matanya. Seolah ia telah dikutuk untuk tidak bisa melampiaskan kesedihan yang ia miliki seumur hidupnya.Setelah Jarka dimakamkan, Saka masuk ke dalam kamarnya sambil melihat kendi yang berlapis emas di atas kasurnya. Kendi itu berisi
Seperti jantung yang ditusuk dengan pisau, setiap langkah kaki kuda yang ia tunggangi membuat Jarka semakin sulit bernafas. Ia tidak tau apa yang terjadi pada Sina nya tapi satu hal yang ia tau Sina nya pasti sedang tak baik-baik saja.Jarka mencoba menghibur dirinya sendiri dengan berfikir sesuatu yang indah, tapi ia tetap tidak bisa. Seolah otaknya telah dipenuhi oleh bau daging yang terbakar dari perhiasan yang pernah ia berikan pada Sina."Tidak mungkin terjadi bukan..."Jarka menatap ke arah burung elang yang terbang di atasnya, lalu menatap ke arah depan sambil menghapal jalan. Tak lama mata Jarka memerah dan air matanya jatuh."Ini bukan jalan menuju istana, ini bukan jalan menuju rumah..."Semakin panjang perjalanan Jarka, semakin jauh ia dari istana. Ia semakin masuk ke dalam sebuah hutan yang tak pernah ia masuki sebelumnya. Hutan yang mungkin tidak pernah dikunjungi manusia. Tapi, kenapa perhiasan Sina ada di tempat yang seperti ini?Semakin banyak Jarka menebak dalam otakn
Beberapa hari setelah datangnya Saka ke medan perang, Jarka sudah tak menerima surat balasan lagi dari Sina. Bahkan Jarka telah menyempatkan diri untuk meluangkan waktu membuat puisi untuk Sina, akan tetapi surat yang datang hanya ditujukan pada Saka. Hal tersebut membuat Jarka sedikit cemburu pada calon kakak iparnya itu."Semenjak Saka ada di medan perang, Sina tak lagi memperhatikan ku." Wajah cemberutnya yang terkesan kekanakan sangat jauh berbeda dengan citranya di tentara sebagai orang yang ganas."Bersabarlah Tuan, setelah kita menang nanti Tuan dapat membawa Putri Sina pulang tanpa hambatan dari siapapun."Beberapa prajurit mencoba menghibur Jarka, mengingat perasaan Jarka sangatlah penting bagi peperangan ini. Jika Jarka dalam keadaan kurang bahagia atau bersemangat, maka habislah sudah karena Jarka adalah penentu menang atau tidaknya Senggrala dalam peperangan ini."Ya, kamu benar. Kita akan pulang dengan kemenangan dan membawa Putri Sina ke rumahku sebagai hadiah."Semuany