Home / Fiksi Sejarah / Gundik Bangsawan Belanda / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Gundik Bangsawan Belanda: Chapter 41 - Chapter 50

111 Chapters

Penggangu

Pieter duduk didepan meja makan yang penuh dengan makanan serta buah-buahan. Terlihat segar dan menyehatkan. Berbagai buah lokal dengan cita rasa manis terlihat menggiurkan. Namun Pieter tetap diam dan menunggu dengan sabar. Sayangnya orang yang ia tunggu tak kunjung datang.Dalam diri Pieter terbesit pikiran picik, bahwa pernikahannya dengan Sina adalah hukuman Tuhan untuknya. Hukuman untuk dirinya yang emosional. Menikah dengan Sina seperti sebuah pelatihan untuk meningkatkan kesabaran.Setelah urat-urat kecil mulai terlihat, tak lama orang yang ia tunggu akhirnya datang. Pieter menatap Sina dengan muka datar. Namun wajah itu hanya bertahan beberapa detik saja. Setelah melihat Istrinya berjalan mendekat, emosinya hilang entah kemana. Dalam hati Pieter sedikit takut. Gadis yang ia nikahi sangat 'berbahaya'. Dalam waktu yang terbilang singkat, ia berhasil melakukan semua hal yang tidak sesuai dengan karakternya sendiri. Hal itu membuat perasaan posesif dal
Read more

Nyonya harus sombong

Matahari semakin terlihat cerah. Beruntung pohon disekitar rumah rimbun dan lebat, hingga mereka tak perlu merasakan rasanya kulit terbakar.Semua orang telah menyiapkan banyak barang serta peralatan untuk tuan mereka yang akan segera berlibur. Dan diluar dugaan, orang yang paling semangat menyiapkan barang adalah Jiwana.Tangan Jiwana dipenuhi oleh selimut tebal serta kotak obat dan makanan. Hal itu membuat Pieter ingin melempar sesuatu untuk kedua kalinya."Kenapa kamu membawa selimut?" Ucap Pieter tak sabar."Aku takut kalian kedinginan, diatas bukit udara malamnya sangat dingin. Apalagi bukit yang sangat dekat dengan laut, angin laut sangat kencang akhir-akhir ini.""Aku tau itu. Tapi dipenginapan pasti ada selimut. Aku tidak mungkin menginap ditempat murah dengan fasilitas buruk." Ucapnya Pieter kesal.Tak ingin mengalah, Jiwana pun melemparkan pertanyaan telak."Memangnya kamu pernah kesana?"'sial' umpat Pieter didalam hat
Read more

Kamar angker

Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya sampai Didepan penginapan yang mereka tuju. Bangunannya terlihat megah dengan banyak ukiran kayu dan batu yang cantik.Pieter menatap wanita yang ada di sampingnya. Wanita itu terlihat tertidur sangat lelah namun masih terlihat menawan. Sangat cantik hingga Piter enggan untuk membangunkannya. Akan tetapi apa daya kursi mobil tak seempuk kasur, Ia takut wanitanya akan merasa pegal dan tak nyaman saat ia akan bangun nanti.Pieter membelai pelan wajah Sina dengan lembut, ia takut wanita itu kaget saat ia membangunkannya.Perlahan mata Sina mulai terbuka, terlihat cantik dan menggemaskan. Sina terus menengok ke kiri dan ke kanan dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya. Terlihat linglung dengan cara yang lucu.Setelah lama mengumpulkan nyawa, Sina sadar sepenuhnya. Mereka akhirnya keluar dari mobil dan disambut oleh para pelayan.Pelayan penginap
Read more

Jiwa tersembunyi Pieter

Pieter menatap sekelilingnya dengan wajah heran. Tempat ini terlihat sangat familiar tapi ia lupa tempat apa ini. Hutan belantara yang terlihat sangat terjaga. Tapi rasa suram tak bisa menutupi keindahan dan keasrian didalamnya.Perasaan Pieter menjadi tak menentu. Ia tak tahu perasaan apa itu. Ia langsung melihat tangannya yang kotor dipenuhi dengan debu. Tidak, itu bukan debu tapi abu. Abu itu masih terasa sangat hangat, bisa dikatakan itu abu baru setelah pembakaran.Tangannya terlihat kecoklatan, entah kemana kulit pucat miliknya. Ia yakin ini bukan tangan miliknya selama ini. Tapi perasaan itu terlalu nyata, ia tak bisa menyangkalnya. Saat melihat abu di tangannya sekali lagi, perasaan sedih langsung timbul di hatinya.Perasaan sedih itu semakin terasa dan semakin kuat. Matanya pun terasa sedikit panas dan air mata akhirnya jatuh juga. Pieter sok tahu apa yang ia tangisi. Biasanya merasa sedih, Sasa dan kehilangan. Rasa itu sangat menyiksa dan membuatnya ta
Read more

Bulan madu terbaik

Sina dan Pieter segera berganti kamar. Mereka memilih tempat paling sederhana. Disana mereka dapat tidur dengan tenang dan berbicara dengan santai.Suasana bulan madu tak terlepas dari pemandangan dan pelayanan yang baik. Apalagi mereka disuguhkan dengan berbagai macam makanan yang mewah dan enak.Berbagai jenis daging diolah sedemikian rupa. Untuk masa kolonial semacam ini, tentu saja ini adalah harta Karun.Sina menikmati semua makanan dengan perasaan gembira. Ia berusaha melupakan semua masalah yang ada dengan melahap makanan lebih banyak. Ia memasukkan berbagai jenis makanan dalam satu suapan. Pipinya langsung mengembung dan wajahnya sedikit memerah karena senang. Itu membuat Pieter tersenyum pelan."Makan pelan-pelan, tak ada yang akan mengambil makananmu. Kamu terlihat seperti orang hamil." Pieter langsung mengambil serbet putih untuk membersihkan makanan yang ada dibibir istrinya.M
Read more

Hukuman terberat

Saat malam menjelang, hampir semua penghuni rumah telah terlelap dalam tidur mereka yang panjang.Sina dan Pieter menikmati masa bulan madu dengan hikmat dan bahagia. Disisi lain, hutan keramat mulai bergejolak dan api biru mulai berkobar. Pemandangan itu begitu mengerikan hingga membuat berbagai macam mahluk meringkuk dalam gelapnya malam.Api yang berkobar begitu terang, rasa panas terus menjalar seperti tunggu yang siap membakar hangus apa saja.Jiwana menatap api itu dengan tatapan diam dan duduk bersila. Ia melihat dengan seksama sambil termenung memikirkan banyak hal.Hampir setiap malam ia selalu bermimpi tentang masa lampau, seolah ia pernah hidup didalamnya. Sebagai orang yang memiliki kelebihan, tentu saja dia dengan mudah tau apa itu. Hanya saja mimpi itu terlalu menyakitkan untuk diingat.Selama tiga malam, Jiwana telah bermalam ditempat ini. Mencoba mencari pembenaran atas sem
Read more

Cinta Sina untuk Jiwana

Malam yang berkabut terus menyelimuti semua orang. Pieter, Sina dan Jiwana seolah terjebak didalamnya. Satu persatu mimpi mengenai masa lalu mereka mulai terbuka. Seolah mengingatkan diri mereka sendiri tentang dosa dan kesalahan yang pernah mereka lakukan.Pieter tak bisa bernafas karena bau darah yang begitu menyengat. Bau itu membuatnya ingin muntah dengan segera. Seolah ia telah mandi darah dengan begitu banyak mayat.Sina tak tenang dengan rasa panas dalam dirinya. Seolah Abi biru merenggut jiwanya sekali lagi. Api yang melahapnya dengan ganas dan membuatnya terjebak di hutan keramat untuk waktu yang lama.Jiwana tak bisa tidur, tapi kilatan ingatan terus menghantuinya. Ia seolah dibiarkan melihat lebih banyak dari yang Pieter dan Sina lihat. Itu semua untuk menyiksanya hingga ke tulang.Tuhan selalu tau bagaimana cara menyiksa hamba yang penuh dosa.Jauh didalam lubuk hati mereka, me
Read more

Surat dari Netherland

Pieter dan Sina mulai mengemas barang serta oleh-oleh yang akan mereka bagikan pada penghuni rumah. Mereka tersenyum dengan gembira. Walaupun banyak hal telah terjadi, tapi sebagian besar kejadian adalah sebuah kebahagiaan. Jadi mereka tak menyesal datang kesini.Saat semuanya sudah siap, Pieter segera membawa barang-barang mereka menuju mobil bersama seorang pelayan."Ayo kita pulang." Ucap Pieter"Tunggu aku di mobil, aku akan ke toilet lebih dulu." Pieter langsung mengangguk sambil tersenyum. Ia pun segera memapah berbagai macam barang meninggalkan Sina seorang diri. Saat Pieter sudah tak terlihat lagi, senyum manis Sina langsung menghilang. Senyum itu digantikan dengan tatapan dingin dan mata merah.Sina keluar dari kamarnya dan berjalan ke ujung ruangan tempat awal mereka menginap. Saat dia masuk berbagai macam mahluk lari terbirit-birit, kecuali satu mahluk yang telah terpaku disana.Sina menunduk memegang lantai marmer yang terl
Read more

Perjanjian Pernikahan

Pieter memegang surat kecil ditangannya. Surat itu berisi tulisan cantik yang dipenuhi dengan bau parfum mahal. Setelah lama membaca, Pieter kembali melipat dan memasukkannya ke dalam amplop.Jiwana sedikit tidak sabar dan penasaran dengan apa yang ada didalam sana. Ia ingin melihat apa saja yang gadis itu ucapkan di dalam surat. Karena perasaan yang menggebu-gebu, ia pun memberanikan diri untuk bertanya."Tuan, apa yang dikatakan Nona Angeline dalam surat itu?""Kenapa aku harus memberitahumu?"Jiwana langsung terdiam, ia enggan untuk bertanya lebih banyak. Ia tak mau Tuan nya merasa tersinggung dan membuatnya marah. Sebelum Jiwana undur diri, seseorang mengetuk pintu dari luar."Ada apa?""Tuan Besar Herman datang berkunjung." Ucap pelayan itu.Pieter dan Jiwana langsung melotot kaget. Ayah Pieter sangat jarang berkunjung ke rumah ini. Itu membuat mereka sedikit bingung.Setelah beberapa saat Tuan Herman datang dengan tubuh t
Read more

Puasa

Setelah beberapa hari, kehidupan di rumah mewah itu terlihat harmonis. Pieter tak pernah libur berkunjung ke kamar istrinya. Itu membuat para pelayan sedikit bergosip. "Tuan Pieter sekarang telah banyak berubah. Dia pasti sangat mencintai Nyonya Lana." "Ya, Tuan telah banyak berubah. Aku tidak sabar melihat anak mereka di masa depan. Pasti akan cantik dan tampan." Mereka langsung membayangkan betapa cantik dan tampan nya anak dari Pieter dan Sina. Dua perpaduan bibit unggul dari dua ras yang berbeda. Jika itu bercampur mungkin akan terlihat sangat indah. Apalagi Sina dan Pieter terbilang orang paling tampan dan cantik di ras masing-masing. "Jika anak Tuan Pieter dan Nyonya Lana berambut hitam dengan mata biru. Itu pasti terlihat menakjubkan." "Owhh! Aku tidak sabar ingin melihatnya." Semua orang tertawa dan gembira. Mereka adalah para pesuruh dan pembantu yang ada di rumah ini. Bagi para penjajah mereka hanya sebagai seorang budak. Tap
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status