Home / Fiksi Sejarah / Gundik Bangsawan Belanda / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Gundik Bangsawan Belanda: Chapter 31 - Chapter 40

111 Chapters

Kemarahan Sina

Pagi mulai menjelang, gadis dipelukannya masih terlelap tanpa ada tanda-tanda untuk bangun. Gadis itu seolah tak terusik dengan gerakan kecil yang dihasilkan Pieter. Matanya masih terpejam dan ada senyum tipis dibibirnya, seolah ia sedang bahagia dan bermimpi sangat indah. Ada rasa bangga dalam diri Pieter saat ia melihat hal itu. Bangga pada bahunya yang kokoh untuk gadisnya bersandar dengan nyaman. Mungkin ia akan berlatih lebih keras dimasa depan untuk membentuk tubuhnya agar tak mudah pegal saat gadis itu menggunakannya untuk bersandar.Pieter memeluk pelan Sina, lalu mengangkat kepala gadis itu untuk memindahkannya ke tempat yang lebih nyaman. Gerakan itu sangat lembut, namun Sina sedikit tegerak, seolah enggan terlepas dari bahunya. Pieter langsung menegang dan panik sesaat, ia segera menepuk pelan kepala Sina dengan tujuan menidurkannya kembali. "tidur lagi."Suara Pieter sangat pelan, hanya terdiri dari dua kata perintah. Namun hal itu terdengar ss
Read more

Gadis bodoh

Tangisan Isah semakin deras namun tak ada suara yang terdengar, hanya hembusan nafas memburu lebih cepat dari biasanya. Hal itu membuat dada Sina semakin sesak dan dingin. Ia menatap Isah dengan tajam, namun wanita itu terus menangis."Yang Mulia adalah orang terhormat, orang yang dipuja dan dikagumi semua orang. Tubuh suci yang mulia telah dinodai dan dilecehkan. Bagaimana saya bisa tahan untuk tidak menangis. Darah biru yang mengalir dalam tubuh Yang Mulia adalah darah leluhur agung."Sina langsung melempar asbak disampingnya. Ia muak, ia kesal dengan tingkah wanita itu. Lemparan itu sangat keras membuat dahi wanita itu sedikit berdarah. Sina terlihat sedikit berkaca-kaca saat melakukannya.Wanita itu segera pergi, berharap Sina tak terlalu marah dan membunuhnya. Ia hanya menangis untuk menarik simpati gadis itu. Tapi siapa yang menyangka bahwa Tuannya benar-benar berubah. Sebelumnya, Isah hanya menganggap Sina mengalami masa pemberontakan ekstrim
Read more

Masih memiliki hati

Sina menangis lebih keras. Ia menangis dengan nafas pendek yang terdengar sedikit meringkih. Rasa sedih yang ia alami selama ratusan tahun seolah meluap saat itu juga.Ia ingat bagaimana panas api di seluruh tubuhnya. Api itu merayap di hampir semua bagian dari dirinya, bahkan jiwanya pun terasa terbakar seperti bara api. Rasa itu bahkan menghantuinya hingga saat ini.Panas!Panas!Panas!Itu adalah adalah kata yang ia ulang setiap kali. Ia berteriak keras meminta ampunan. Ia memohon untuk langsung dibunuh saja. Tapi mereka enggan dan memilih untuk membakarnya hidup-hidup.Bahkan ketika tubuh itu telah berubah menjadi abu, api itu tetap menyala dan membakar jiwanya. Mereka yang rela mati untuk melangsungkan ritual pemenjaraan jiwa. Mencegah jiwanya bereinkarnasi dan terus merasakan rasa sakit Beratus ratus tahun.Jika neraka itu ada, apakah seperti ini ras
Read more

Pernyataan perpisahan

Persiapan pernikahan telah dilakukan dengan sempurna. Hampir semuanya dipertanggungjawabkan ke tangan Jiwana. Laki-laki itu sangat giat dan rajin akhir-akhir ini. Peluh dan keringat tidak menyurutkan semangat laki-laki itu untuk terus membantu dalam persiapan pernikahan.Hingga sore menjelang, setiap orang masih sibuk mondar-mandir dengan tangan yang tak pernah kosong. Tak ada yang bermalas-malasan. Setiap orang bergotong royong mempersembahkan pernikahan yang sempurna untuk Lana. Setelah yakin semua persiapan rampung. Jiwana segera berdiri tegak dengan berkecak pinggang. ia terus menghitung dengan teliti dan teratur, apa saja persiapan yang masih belum disiapkan. Setelah lama menghitung senyum di wajah laki-laki itu akhirnya muncul kembali.Jiwana menghapus keringat dengan selendang usang, lalu mencuci wajahnya dengan air. Ia perlu bertemu dengan Sina, guna menginformasikan tahapan-tahapan yang akan dijalaninya nanti. Ia sebenarnya sedikit bersemangat. Ha
Read more

Malam sebelum pernikahan

Matahari telah terbenam namun setiap orang masih sibuk menyiapkan pernikahan. Mereka terus memastikan tak ada kekurangan dalam pernikahan esok hari.Sina terus berada didalam kamarnya. Ia enggan untuk keluar, walau hanya untuk sekedar bertegur sapa dengan penghuni rumah lainnya. Tindakan Sina, bisa dianggap sebagai sesuatu yang tidak sopan. Namun melihat keadaan gadis itu, mereka pun perlahan memakluminya.Sina terus terdiam sambil terbaring di tempat tidur empuk miliknya. Hal itu ia lakukan selama beberapa hari terakhir.Ia akan menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang terus melayang. Ekspresinya kosong seolah tak ada raga didalamnya. Lana yang melihat hal itu, merasa sedikit khawatir. Lana pun mendekat dan bertanya dengan nada cemas."Gugup?"Sina pun menatap Lana dengan kaget, lalu tersenyum mengakui. "Ya."Sina tak ingin menutupi rasa gugup yang ia miliki. Besok
Read more

Pernikahan adat

Matahari mulai menjelang. Kesibukan penghuni rumah semakin terlihat. Semua orang bergotong royong dan saling membantu. Taman di rumah besar Pieter semakin cantik dengan hiasan janur kuning.Buah-buahan ditata rapi dengan berbagai pola dan warna. Bunga indah menghias kedua ujung panggung kecil, yang ditengahnya terdapat singgasana pengantin berwarna emas.Jiwana telah bangun sejak pagi sekali. Walaupun ia harus sedikit begadang untuk menenangkan Pieter yang gelisah. Ia terlihat bersemangat dan tersenyum cerah. Hal itu membuat semua orang tak merasa canggung saat berbicara padanya.Jiwana akan mengatur semua hal dibawah tanggung jawabnya. Saat matahari mulai meninggi. Satu persatu tamu telah datang dan duduk ditempat yang telah disediakan. Jajanan tradisional yang ditata dengan rapi ditaruh di atas nampan sebagai bekal para tamu. Tak lupa kopi hitam pekat menemani mereka sambil menunggu pernikahan adat dilaksanakan.Semua orang sedikit takjub d
Read more

Penyesalan seorang ayah

Pesta pernikahan telah usai. Semua orang pulang dengan wajah sumringah,  mereka bersiap untuk menceritakan pengalaman menakjubkan mereka pada anak istrinya di rumah. Tak lupa nasi,  lauk dan jajanan tradisional di bawa pulang.Tuan Pemusungan terus berjalan dengan bahu tegak dan dagu yang mendongak. Terlihat angkuh dan sombong,  namun setiap orang memaklumi itu. Wajar saja,  gadis semata wayangnya menikah dengan orang Kaya dan Bangsawan. Apalagi,  anaknya diperlakukan dengan baik oleh suaminya.Saat Tuan Pemusungan dan Jiwana berhadapan, semua orang dibelakang Tuan Pemusungan saling melihat dengan mengerti. Tak lama mereka mundur beberapa langkah,  lalu pergi meninggalkan kedua orang itu sendirian.Tuan Pemusungan menghela nafas berat,  bahunya sedikit longgar dan dagunya sedikit menunduk. Laki-laki tua itu berusaha menurunkan wibawanya. Tak lama suara berat terdengar dengan pelan.
Read more

Pasangan yang dibuat surga

Mahkota emas dengan manik-manik kecil yang terlihat berkilau. Sangat indah dipandang mata. Pieter tak henti-hentinya mengagumi kecantikan istrinya itu. Terlihat menawan dan sangat menggemaskan.Wanita itu sekarang telah sah menjadi istrinya. Wanita yang akan menemaninya hingga tua. Wanita yang akan berbagi suka duka bersamanya hingga akhir hayat.Tangan Pieter membelai Kris dibalik punggungnya, serta melonggarkan kain di pinggangnya untuk menghilangkan sesak. Namun saat ia melihat ke kaca, ia semakin menyadari betapa gagahnya ia saat memakai pakaian tradisional.Setelah lama mengagumi dirinya sendiri, kini ia beralih pada istrinya lagi. Saat ia memandang istrinya dengan seksama, ia merasa Sina adalah jodoh yang ditakdirkan surga. Sina terus duduk sambil melepas satu persatu perhiasan disekujur tubuhnya. Ia sebenarnya sedikit kesal karena tak ada yang membantu. Tentu saja ini terjadi karena ulah Pieter yang enggan membawa masuk pelayan kekamar mereka
Read more

Perasaan Jiwana

Sudah larut malam, namun semua orang masih sibuk membersihkan sisa-sisa barang setelah pesta berlangsung. Keringat dan rasa ngantuk menghiasi wajah mereka. Namun tak ada satupun dari mereka yang mengeluh karena lelah. Setiap orang masih tetap bekerja tanpa ada suara sumbang tentang betapa melelahkan nya hari ini.  Jiwana adalah orang yang paling lelah pada malam hari ini, dia adalah orang yang paling sibuk. Setiap hari mengurus semua hal untuk membuat pernikahan ini sempurna. Wajahnya terlihat lesu dan sedikit kusam. Namun dia masih bersemangat untuk membantu yang lainnya. Seorang perempuan paruh baya melihat jiwana dengan sedikit khawatir. Laki-laki itu telah bekerja sepanjang hari. Hal itu membuat orang-orang disekitarnya merasa bersimpati. Perempuan itu mendekat dan menepuk pundak jiwana dengan pelan. Jiwana yang sedang membersihkan piring menoleh dengan senyum diwajahnya. Terlihat sumringah dan menawan, namun matanya terlihat jelas membengkak dan men
Read more

Hubungan harmonis

Semua orang sedang tertidur lelap. Mereka berusaha menghilangkan semua rasa lelah yang didalam diri mereka. Mengisi kembali semua tenaga yang telah mereka gunakan sebelumnya.Tak ada suara manusia yang terdengar. Hanya suara angin dan binatang malam yang menghiasi mimpi mereka. Semua hening, seolah rumah itu tak ada penghuninya.Saat pagi menjelang, semua orang bangun dengan rasa enggan di hati mereka. Namun apa daya, kewajiban sebagai seorang pesuruh harus segera terlaksana.Halaman mulai dibersihkan, dapur mulai mengepul dan suara burung yang mencari makanan mulai terdengar. Semua orang bekerja dengan giat. Tak ada yang mengeluh tentang bagaimana lelahnya mereka.Semua orang mulai berkeringat dengan semua hal yang mereka lakukan. Namun hal itu tidak berlaku bagi pasangan yang baru saja menikah. Siapa lagi kalau bukan Pieter dan Sina.Pasangan itu masih bergelut dengan selimut mereka yang tebal. Tak lupa pelukan hangat yang tak pernah lepas sejak
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status