Home / Fiksi Sejarah / Gundik Bangsawan Belanda / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Gundik Bangsawan Belanda: Chapter 21 - Chapter 30

111 Chapters

Gundik

Pieter terus tersenyum sumringah, entah kenapa suasana hatinya berubah. Awalnya ia sangat kesal mengingat kearoganan keluarga Lana, namun setelah melihat gadis yang akan ia nikahi, Pieter langsung berubah bahagia."Kamu tertarik padanya?" Tanya Jiwana penasaran.Ruangan itu hanya berisi Pieter dan Jiwana. Hal itulah yang membuat Jiwana terlihat santai saat bicara tanpa embel-embel tuan."Tidak ada laki-laki yang tidak tertarik pada gadis cantik Jiwana."Jiwana berdiri didepan pintu terlihat semakin tertarik mendengar jawaban sahabatnya lebih lanjut. Ia mendekat lalu duduk di seberang, sambil bertanya sekali lagi."Tapi dia seorang pribumi. Gadis yang berambut hitam dengan kulit kuning langsat. Sangat berbeda dengan gadis pirang berkulit putih pucat seperti kaum bangsawan milikmu. Apakah kamu masih tertarik?"Pieter menatap lekat mata sahabatnya. "Cantik adalah cantik Jiwana. Bagaimanapun warna kulit serta rambut mereka. Lagipula para wanita
Read more

Malam pertama

Matahari telah terbenam, setiap orang mulai sibuk membereskan rumah dan bersiap untuk istirahat. Akan tetapi hal itu berbeda dengan penghuni tempat ini. Mereka sibuk bergosip dan menerka-nerka bagaimana nasib gadis itu. Apakah ia akan diperkosa malam ini?Mereka berharap Lana tidak mendapatkan siksaan yang terlalu berat. Obat-obatan tradisional telah mereka persiapkan, karena walaupun mereka bekerja sebagai seorang pelayan penjajah. Mereka tetaplah seorang pribumi, yang peduli terhadap saudara setanah air mereka.Pieter telah tampil rapi dan wangi. Ia akan membuat gadis itu bertekuk lutut didepannya. Dia mengakui bahwa Lana gadis yang sangat cantik akan tetapi Pieter juga laki-laki yang tampan. Jadi tidak ada alasan bagi Pieter untuk merasa rendah diri didepan gadis itu. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia adalah seorang pemimpin dan tidak boleh melunak hanya karena kecantikan."Bagaimana penampilanku?" "Masih luarbiasa seperti biasanya.
Read more

Penyesalan?

Sina dan Pieter terus saling menatap, seolah saling menilai penampilan masing-masing.  "Pasti sangat menyakitkan berhubungan dengan laki-laki yang tidak kamu cintai." "Tidak juga. Tuan sudah cukup tampan untuk diajak tidur." Pieter berkekeh pelan. "Kamu bermulut manis, tapi aku tidak menyukai kata cukup." Sina tersenyum mendengar apa yang Pieter ucapkan. Sebenarnya ia tidak cukup yakin dengan kata-kata pelayannya. Namun setelah mendengar sendiri, ia menjadi sangat yakin. Pria didepannya adalah orang yang sangat narsis. "Baiklah Tuan tampan, apa kamu akan terus berdiri disitu?" 
Read more

Sina Lembayun Amung Praja

Pagi menjelang, semua orang mulai bangun dan sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing. Tak ada yang mengungkit mengenai kejadian semalam. Mereka  berpenampilan murung dan ada beberapa yang memiliki mata sembab. Para pekerja yang tinggal di dalam rumah tak bisa tidur semalaman. Mereka mendengar suara tangis Lana samar-samar dikeheningan malam. Mereka sedikit takut dan kasihan. Mereka cukup bersimpati pada gadis itu. Para pekerja memang memiliki solidaritas yang tinggi. Uang adalah hal yang mereka butuhkan, akan tetapi sikap persaudaraan masih melekat dihati mereka. Hal itu juga dirasakan oleh Isah. Ia menangis semalaman membayangkan nasib tuannya. Isah adalah pelayan dengan dedikasi tinggi. Ia hidup ratusan tahun namun tetap setia menunggu tuannya bereinkarnasi. Namun waktu yang ia habiskan membuat ia memyaksikan pengalaman menyeramkan semacam ini.  Isah terbiasa memanjakan Sina. Memberinya pelayanan terbaik serta makan lezat dengan bahan
Read more

Kemarahan Jiwana

Jiwana menatap langit biru namun terlihat aneh seperti ilusi. Ia terus menatap tanpa memerhatikan sekelilingnya. Pakaiannya terasa sedikit sesak membuatnya sedikit tidak nyaman.'apakah aku bermimpi lagi?'Ia menunduk menatap pergelangan tangannya yang kasar dan sedikit kapalan. Gelang emas terlihat mencolok dengan pola rumit dan ada sedikit darah kering yang menempel disana.'Apa aku terluka?'Ia terus bertanya pada dirinya sendiri seolah itu menjadi kebiasaan baru untuknya akhir-akhir ini. Terasa sangat membingungkan akan tetapi ia tak bisa berhenti memikirkannya.Matanya yang kosong terus menatap kesegala arah tanpa mengerti apa yang ia lihat sebenarnya. Apakah ini ilusi atau ingatam serta harapannya. Ia sangat bingung.Tepukan pelan dibahunya membuat Jiwana sedikit tersadar. Ia melihat kesamping dan ada senyum manis sahabatnya disana. Entah bagaimana ia tau bahwa laki-laki ini memang sahabatnya. Ia menatap dengan bingung, namun wajah itu
Read more

Keterikatan batin

Pieter terus memegang pipinya dengan marah. Ia menatap Jiwana dengan mata yang nyalang. Akan tetapi laki-laki itu seolah tak peduli."Kau berani padaku?! Kamu pikir kamu siapa? Kamu adalah seorang budak dari tanah hina, seorang pesuruh yang menghianati saudaranya. Kamu lebih buruk daripada seorang pembunuh. Kamu adalah orang yang menipu saudara setanah airmu hanya demi uang dan emas dari keluargaku! Beraninya kamu mengancamku."Suara teriakan Pieter seolah angin lalu bagi Jiwana. Ia menatap Pieter dengan dingin lalu berbalik dan meninggalkan tempat itu dengan tergesa. Ia tak peduli dengan sumpah serapah yang dikeluarkan Pieter padanya. Ia hanya ingin pergi dan mencari Lana. Karena kalau tidak mungkin dia akan membunuh Pieter tanpa peringatan.Ia berjalan menuju tempat paling ujung di rumah itu. Tempat gadis yang selalu ia khawatirkan sepanjang malam. Gadis yang membuatnya gelisah dan tak tenang. Gadis yang berbahaya.Jiwana segera membuka pintu tanpa peri
Read more

Pengabaian

Suasana rumah itu terbilang suram. Anak laki-laki mereka pergi ke kota dan anak perempuan mereka akan segera menikah. Hanya ada rasa sepi yang membelenggu. Semua pelayan terasa berlebihan, karena harus melayani dua orang di rumah itu.Sebagai keluarga terpandang di Desa tentu saja banyak orang yang mengenal mereka. Berbagai rumor tentang putri semata wayang mereka pun tak pernah terlewatkan. Banyak yang bersimpati namun diam-diam bersyukur pada Tuhan. Setidaknya Tuhan itu adil. Ketika mereka dilanda kemiskinan anak-anak mereka masih mampu menikah dengan pasangan yang baik. Tuan Pemusungan adalah orang yang kaya dan berpangkat bangsawan. Tak ada yang meragukan wibawa dan perintah beliau. Meskipun mereka tau bahwa dia adalah orang yang sombong, tapi hal itu dimaklumi oleh sebagian besar orang.Sekarang rumah itu tidak seramai biasanya. Orang-orang yang berlalu lalang terkadang mencoba mencuri dengar tentang apa yang terjadi di sana. Maklumi saja, setiap oran
Read more

Mantra pengikat

"Hantu?" Pieter langsung tertawa dengan keras, itu adalah respon pertama saat ia mendengar kata itu. Namun yang terjadi setelahnya justru diluar dugaan. Ia selalu bermimpi buruk setelahnya.Sudah tiga hari berlalu saat Sina mengunjungi ruangannya. Jiwana yang sibuk mengurus upacara pernikahan tanpa harus berdiskusi dengannya lebih dulu. Tapi rasa lelah terus menyertainya. Mimpi buruk membuat kualitas tidur Pieter menjadi berantakan.Mimpinya dipenuhi dengan pedang, pakaian perang serta pasukan yang tak terhitung jumlahnya. Suara kuda seperti menggema di atap kamarnya. Semua terasa nyata dan mengerikan. Bau darah samar di hirup oleh hidungnya. Pieter yakin tidak ada hantu di dunia ini, tapi setelah Sina menyebut kata hantu entah kenapa ia mulai percaya. Ia sedikit berdelusi melihat pasukan perang dengan gada. Terkadang ia merasa ikut bersama mereka melawan musuh. Bulu kuduk Pieter terkadang berdiri dan keringat dingin bercucuran. I
Read more

Pembangkang

Sina menghirup bau secangkir teh ditangannya, lalu mengecapnya sedikit. Ia memejamkan matanya pelan sambil melihat pemandangan luar yang terlihat asri. Wajar saja, selama musim hujan melihat matahari bersinar cerah adalah sesuatu yang sangat jarang.Ia duduk di kursi bambu dengan sangat anggun. Tubuh kecil dan rapuh membuat setiap orang ingin berlari dan memelukkan dengan lembut. Ia hidup jauh di peradaban seolah tak peduli dengan hal apapun diluar sana.Ekspresi tenang dan sikap tidak peduli, hal itu adalah daya tarik tersembunyi dari seorang Sina. Ia tak tau dua orang laki-laki yang berpikiran bengkok diluar sana. Diwajah indahnya seolah tertulis dengan jelas.'Biarkan dua orang gila itu menjadi semakin gila'Sina meletakkan cangkir ditangannya di atas meja kecil, lalu menatap Isah dengan dalam."Pijat."Suara Sina yang lembut adalah perintah mutlak, Isah lalu mendekat d
Read more

Belajar dariku

Sina menjalani hidup yang bahagia hampir seumur hidupnya. Ia cantik, kaya dan pintar. Semua orang memujanya seperti dewi, terlalu banyak laki-laki yang menatapnya dengan kagum.Ratusan tahun berlalu dan rasa halus dan ringan itu telah hilang. Entah sejak kapan ia berubah, ia tak pernah ingat hal itu. Ia benci dirinya sendiri sekarang, tapi ia tak bisa mengakhiri hidupnya dengan mudah.Api abadi telah melahap kemanusiaannya, dan membuatnya berubah menjadi monster yang penuh kekejaman dan haus akan darah. Kekayaan, kecantikan dan kepintaran yang ia miliki seolah-olah tak berguna dan tak memiliki arti. Kekayaan hanya mampu memikat manusia yang haus akan harta. Kecantikan hanya menimbulkan rasa iri dan dengki untuk wanita di luar sana yang ditakdirkan memiliki wajah tak secantik dirinya.Sina menghembuskan nafas pelan sambil melihat dinding-dinding atap kamarnya. Kayu jati mahal yang diukir dengan halus, terlihat mewah namun t
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status