Home / Fiksi Sejarah / Gundik Bangsawan Belanda / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Gundik Bangsawan Belanda: Chapter 71 - Chapter 80

111 Chapters

Mata membunuh

Sina berjuang dalam kesakitan, tubuhnya terasa remuk dan tak berbentuk. Rasa sakit itu membuat Sina tak sanggup dan terpaksa keluar dari cangkangnya.Jiwa Sina menjerit dan berusaha terlepas dari tubuhnya. Seolah ia meminta pembebasan yang mutlak. Ia bangun dengan jiwa samar sambil bernafas dengan susah payah. Rasa sakit kini tak ada lagi tapi ia melihat tubuhnya telah tergeletak tak berdaya di lantai. Hal itulah membuat hatinya terasa nyeri.Tubuh Lana telah diwarnai oleh merahnya darah dan tubuh itu terlihat rapuh dan tak bisa digunakan lagi. Akan tetapi Sina tak ingin mati sekarang, setidaknya ia ingin melihat Pieter satu atau dua kali lagi. Sedangkan Jiwana ia bisa menemuinya setelah mati, karena laki-laki itu memiliki kelebihan dan mampu melihat jiwa.Setelah Sina merasa jiwanya telah stabil kembali, ia berusaha masuk ke dalam cangkang kosong itu. Akan tetapi beberapa mahluk datang, arwah-arwah gentayangan tergiur dengan tubuh Lana yang dapat ditempati. Hal itu membuat mata Sina
Read more

Penyelamatan

Pieter membuka pintu dengan keras dan itu berhasil membuat semua orang di dalam ruangan kaget dan takut. Tapi wajah Pieter hanya tertuju pada satu orang saja, yaitu wajah istrinya yang masih tertidur di ranjang."Menyingkir kalian semua."Sontak mereka pun langsung menjauh dari tubuh Sina dengan tergesa. Mereka takut akan ancaman pintar sebelumnya yang akan mengubur mereka bersama sang istri, jika Nyonya mereka tak selamat.Setelah semua orang menyingkir, menatap sang dokter dan memerintahkannya dengan tatapan yang mengancam."Sembuhkan dia."Jake yang tak terbiasa diancam dan tak pernah berkelahi langsung merasa ciut dan takut. Ia berjalan dengan kaki gemetar menuju tempat tidur istri Pieter. Wajah Sina yang sebelumnya berlumuran darah sekarang telah dibersihkan. Akan tetapi wajah pucat itu masih terlihat mengerikan. Jake segera memeriksa denyut nadi sang pasien, namun setelah mengecek denyut nadi Jake pun sadar keadaan wanita di depannya dalam keadaan darurat. Ia pun langsung menja
Read more

Budak Rendahan

Para tamu undangan merasa tidak puas dengan semua yang terjadi. Akan tetapi mereka tidak berani untuk berkomentar. Mereka hanya mampu mengatakan perasaan mereka di balik kipas dan berdiri di sudut ruangan.Tuan Herman pun hanya mampu bersyukur karena Angeline tidak ada di ruangan ini. Jika gadis itu ada di sini, mungkin akan ada keributan yang lebih besar. Tuan Herman langsung menemui pelayan yang menunduk takut."Pergi dan cari tau apa yang terjadi."Setelah mendapat perintah pelayan itu pun segera pergi menuju ruangan Sina. Ia berjalan dengan takut-takut sambil melihat dari jauh, apa yang sebenarnya terjadi. Tapi karena ia takut pada Tuan Pieter, ia pun hanya mampu bertanya pada temannya yang ada di sana dengan penasaran."Apa yang terjadi?"Mendengar pertanyaan itu, pelayan itu langsung melotot."Shttt. Jangan berisik," ucapnya berbisik.Mereka langsung menunduk di lantai dan mengontrol dengan suara yang kecil. Saat mereka menunduk terdengar suara Pieter yang sedang memarahi pelaya
Read more

Sina sadar kembali

Saat Jake memeriksa Sina, suara gelas pecah berhasil membuat konsentrasi semua orang buyar. Pieter pun menatap ke arah suara dan di sana ada seorang pelayan sedang bergetar takut. Pieter langsung marah pada kebodohan pelayan itu dan ingin menendangnya.Hingga saat ini hampir semua barang yang dibawa oleh pelayan jatuh dengan tak terduga. Mereka bergetar dan tak bisa membawa dengan baik dan benar. Hal itu dikarenakan rasa takut yang mereka alami jika mereka benar-benar dikubur di tanah kosong."Sangat bodoh."Pieter langsung mendekat dan menaikkan kaki kanannya untuk menendang pelayan itu. Pelayan itu pun hanya mampu menundukkan kepala sambil menutupinya dengan tangan. Akan tetapi sebelum kaki Peter menyentuh pelayan itu, jiwana lebih dulu menendang perutnya.Pieter jatuh tersungkur dan menggerang kesakitan. Ia pun menatap orang yang benar-benar berani menendangnya dengan tatapan marah. Akan tetapi gimana saat ini terlihat begitu mengerikan. Wajahnya terlihat berwibawa dan dingin. Pert
Read more

Berbahagialah

Sina membuka matanya kembali. Ia menatap jiwana dengan tatapan terima kasih."Berapa banyak ingatan yang kamu miliki?""Tak banyak. Aku tau bahwa aku adalah seorang bangsawan yang lebih tinggi darimu."Mendengar pernyataan itu Sina pun tersenyum kecil. Ia ingat di kehidupan sebelumnya ia sangat menyukai laki-laki di depannya, hingga membuatnya buta dan tak bisa berfikir menggunakan logika."Kalau begitu, haruskah aku memanggilmu Yang Mulia?"Candaan Sina untuk Jiwana berhasil membuat mereka tersenyum lucu. Mereka jadi ingat bagaimana mereka bertemu pertama kalinya. Saat itu Jiwana begitu takut pada Sina."Aku ingat kamu hampir pipis saat bertemu denganku di hutan keramat."Jiwana langsung berubah merah, saat itu Sina begitu mengintimidasinya. Hingga membuatnya tak berani melihat wajah cantik itu. Apalagi ditambah dengan auranya yang mencekam."Kamu sangat mengerikan saat itu.""Jika aku mengerikan, kamu tak akan memanggilku kekasihmu saat kamu menjemput ku untuk menikah dengan Pieter
Read more

Dia kembali

Pieter merasa bahagia atas semua kemudahan yang datang padanya hari ini. Melalui restu sang Ayah akhirnya ia dapat mengakui Sina sebagai istri sahnya secara hukum. Ia pun segera bersiap dan berangkat pagi-pagi sekali. Ia tidak ingin menunda satu detik pun untuk membuat Sina menjadi istri sah. Sebelum berangkat, tak lupa mendatangi kamar istrinya dengan langsung pelan. Disana para pelayan duduk untuk menunggu Nyonya mereka agar tetap aman. Saat para pelayan melihat Pieter, mereka langsung menunduk hormat.Jiwana yang ikut dengan para pelayan pun menganggukkan kepala. Ia mendekat ke arah Pieter dengan tatapan penasaran, hal ini dikarenakan Pieter terlihat begitu rapi dan bersih. Seolah ia akan pergi ke suatu tempat."Kenapa kamu begitu rapi?""Aku akan pergi ke kota untuk mengurus surat-surat resmi, serta mengambil obat untuk Lana. Tapi sebelum berangkat aku ingin bertemu dengan Lana untuk berpamitan.""Betapa lama kamu akan pergi?""Secepatnya, jika surat-surat bisa diselesaikan dalam
Read more

Membuat surat untuk Pieter

Keringat Pieter begitu deras. Ia mengurus semua surat yang dibutuhkan untuk menikahi Sina. Hal itu ia lakukan agar Sina dapat menjadi istri sahnya. Akan tetapi semua itu ternyata lebih sulit untuk dilakukan. Ia harus mengurus banyak dokumen yang rumit dan berbelit. Tapi tak masalah, selama Sina baik-baik saja maka mereka pasti bisa melewatinya.Sekarang Pieter sedang berdiri di gedung administrasi kota. Ia membawa banyak sekali dokumen di tangannya. Sekarang semua proses hampir setengah jadi, setelah semua selesai ia akan pulang dengan cepat.Selama berada di kota, Pieter hampir tak pernah tidur. Ia sibuk dan ingin menyelesaikannya lebih cepat."Sebentar lagi aku akan pulang."...Dilain pihak, Sina menatap ke arah jendela dengan tatapan bahagia. Ia tau Pieter dan Jiwana sedang bekerja keras. Tapi sayangnya ia tak bisa berbuat banyak. Tubuh ini terlalu rapuh, apalagi jika harus membantu mereka. Bahkan untuk sekedar berjalan-jalan pun ia tak mampu.Sina mengawasi hampir semua hal yan
Read more

Bersatulah denganku

Tanggal 15 Bulan Atas.Ruang dan waktu telah terbuka, kejadian paling tragis sepanjang masa telah terjadi pada hari yang sama. Berabad-abad yang lalu, ratusan manusia telah mati dalam berbagai macam tragedi. Peperangan, pembunuhan dan bencana. Semua akan terulang pada hari yang sama.Sina siap untuk menghadapi kematian, tapi ia tau bahwa jalan kematian terlalu menyakitkan. Ia merindukan Pieter, ia juga merindukan Jiwana. Akan tetapi ia sendiri sekarang dan ia tau bahwa wanita tua itu akan menyerangnya malam ini.Sina memejamkan matanya, ia menunggu tangan kejam itu bergerak dan membunuhnya dengan cepat. Akan tetapi api biru itu datang kembali.'Sina, kematian akan segera datang dan kamu harus bersiap'Sina terdiam untuk waktu yang lama, hanya air matanya yang mengalir sebagai jawaban bahwa ia telah siap. Akan tetapi kesedihan menyertai dirinya. Ia harap ketika kematian datang, Pieter dan Jiwana berada jauh darinya. Sehingga mereka tak menyaksikan kematiannya untuk kedua kalinya.Setel
Read more

Karma kehidupan sebelumnya

Jiwana terus berlari sambil menyebut nama Sina dalam setiap nafasnya. Ia tau bahwa Sina dalam bahaya dan ia tak bisa mengendalikan perasaan khawatir yang ia miliki. Bahkan ketika ia sudah menyiapkan diri bahwa Sina mungkin akan mati untuk waktu yang tak lama lagi. Akan tetapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia selalu berharap Sina dapat hidup untuk waktu yang sangat lama. Ia berharap Sina akan menjadi bahagia dan menikmati hidup layaknya seorang ratu.Dalam nafasnya yang tersendat dan air matanya yang jatuh. Jiwana berlari dengan perasaan takut dan khawatir. Namun untuk beberapa saat ia merasa bahwa tubuhnya sedikit berbeda. Seperti ada mahkota yang bertengger di kepalanya dan gelang emas dikedua lengannya.Ia merasa bahwa ini pernah ia rasakan sebelumnya. Rasa sakit dan khawatir yang pernah membuatnya ingin mati dan menghancurkan dunia. Rasa sakit yang membuatnya kehilangan segalanya. 'Sina''apakah aku telah gagal melindungi mu?'Hati Jiwana terasa diremas dan dalam sekelebat dapat me
Read more

Kakak kembali

Ingatan jiwana kini telah menyatu dengan Saka, hanya saja ingatan itu masih belum sempurna. Akan tetapi itu cukup untuk membuat Saka menjadi panik saat melihat api biru yang membumbung tinggi di udara."Sial." ucapnya mengumpat.Saka berlari ke rumah besar yang telah dibangun oleh Pieter. Ia pun segera mendobrak masuk setiap pintu dan menyuruh semua pelayan keluar dan pergi jauh dari Ziel. Hal tersebut dikarenakan ingatan di kehidupan sebelumnya, dimana Pieter atau Jarka membumi hanguskan banyak orang ketika mendengar tentang kematian Sina.Saka tak ingin kejadian berdarah kembali terulang. Mengingat betapa gilanya Jarka di masa itu dan betapa kejamnya ia ketika membunuh tanpa berkedip.Duk! Duk! Duk!Saka membangunkan semua orang disana dan para pelayan pun langsung berhamburan keluar."Ada apa Tuan Jiwana? Apakah terjadi sesuatu yang begitu genting, sehingga Tuan Jiwana membangunkan kami seperti ini."Jujur saja semua pelayan sangat takut saat ini, mereka mengingat bahwa kondisi Nyo
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status