Ketika aku membuka mata, yang terlihat hanya cahaya samar di sekelilingku. Sisi kiri pandanganku gelap, terasa berat dan tertutup sesuatu. Kepalaku terasa berdenyut nyeri, seolah-olah baru saja melewati badai besar yang tak kunjung reda.Di sebelahku, terdengar suara lirih yang penuh kekhawatiran. “Dea, Nak, kamu sudah sadar?” tanya seseorang dengan lembut. sudah lama aku tak mendengarnya, itu adalah suara Ibuku, Nala. Aku berusaha menoleh, meski sedikit pergerakan saja membuat rasa sakit menyebar ke seluruh tubuh.“Ibu?” suaraku nyaris tak terdengar, seperti bisikan.Ibu segera menggenggam tanganku dengan lembut, mengusapnya dengan jari-jarinya yang gemetar. Matanya yang lembut menatapku dengan penuh kecemasan. Di sebelahnya, Ayahku, Wijaya, berdiri, menundukkan wajahnya yang terlihat lelah dan penuh penyesalan.“Iya, Nak. Ini Ibu. Kami di sini, semua baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir apa pun,” kata Ibu, berusaha terdengar tegar, meski nada suaranya bergetar.Ayahku, yang sel
Last Updated : 2024-11-09 Read more