Home / Romansa / Istri Badas VS Pelakor Keji / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri Badas VS Pelakor Keji: Chapter 81 - Chapter 90

140 Chapters

81

Aku beringsut lebih dekat, karena penasaran dengan dua orang yang baru saja datang. Suara percakapan itu semakin jelas, dengan nada yang tegas dan penuh ancaman. Aku mataku menyipit dan menahan napas. Aku merasa akan terjadi sesuatu yang penting. Sebelumnya aku merekam memakai kamera biasa, kali ini aku ingin melakukan live streaming. Internet tiba-tiba tersambung di salah satu roater bunker. Tak ada sandi dan aku bisa membuka sosial mediaku. Segera kutulis caption. [Bantu rekam layar!] Setelah memastikan rekaman di ponselku berjalan tanpa suara. Sosok di depanku mulai berbicara dengan nada penuh amarah dan kesombongan. Ku usahakan untuk melihat wajah mereka. Nahasnya jantungku seakan terhenti sejenak saat mengetahui orang itu. Mereka adalah Sony, ayah Wendy dan Ghiselle."Tanah Timur itu harus segera kita ambil alih," kata Sony dengan suara rendah. "Aiden memang bodoh jika berpikir tanah itu hanya sebidang lahan tak berarti. Padahal, semua harta karun dan kekayaan hewan langka ada d
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

82

“Sayang sekali aku tidak bisa menghabisinya saat ada di jurang hutan ini. Sepertinya aku terlalu percaya diri,” kata Hendro, melirik Sony sambil tersenyum kecut. Alis Sony langsung tertaut rapat. "Siapa yang kamu maksud?""Dea," jawab Hendro sangat datar.Sony menendang salah satu kerangkeng hingga membuat hewan di dalamnya meraung keras. "Bukankah dia sudah mati diserang macan?"Hendro menggeleng. "Kalau memang diserang? Kenapa aku bisa bertemu dengannya saat di jurang itu. Apalagi tiba-tiba dia menghilang begitu saja.""Mustahil! Sebenarnya apa yang terjadi?"Hendro yang menyerangku di gerbang Wilayah Alam Pusaka segera menggeleng. Kali ini aku menyadari jika kedua orang itu memiliki selisih paham, sehingga Hendro yang membeberkan semuanya. Pria itu memilih diam, padahal saat bertemu ia mengincar pusakaku."Entahlah. Sekarang timku sedang mencari keberadaannya. Aku meminta mereka menyamar menjadi tim sar untuk mengelabui keluarga Aiden." Hendro mengusap tangannya yang baru saja diin
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

83

Tubuhku seketika menegang saat suara penjaga itu meneriakkan keberadaanku. Keringat dingin menetes di pelipis, dan detak jantungku semakin kencang. Aku tak punya banyak waktu. Genggamanku pada pusaka di tangan semakin erat, berharap benda ini bisa menjadi pelindung terakhirku.Langkah kaki berat mereka semakin mendekat. Aku tahu bahwa aku tak akan bisa berlari jauh dalam kondisi lorong yang penuh jebakan ini. Namun, tekad untuk membawa kebenaran ini ke dunia luar membuatku harus berpikir cepat. Tanpa membuang waktu, aku melihat ke sekeliling, mencoba mencari cara untuk kabur. Dinding batu di sebelah kiriku tampak tak rata, dengan beberapa celah yang mungkin bisa kugunakan untuk bersembunyi.Aku menghamburkan diri ke salah satu celah itu dan bersembunyi, menahan napas dan berusaha agar suara detak jantungku yang memburu tidak terdengar oleh mereka. Terdengar suara langkah mereka yang semakin dekat, dan kurasakan udara di sekelilingku menjadi semakin mencekam. Sementara itu, live-stream
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

84

Kupacu kakiku menyusuri lorong yang panjang ini. Tetesan air masih terdengar di tengah derap langkah kejaran dari anak buah Sony. Peluh kian deras membasahi tubuhku. Deru napas semakin berderu kencang tak bisa mengontrol diri.Suara dedaunan menandakan membuat diriku semakin bersemangat. Hutan ini berbeda dari Wilayah Alam Pusaka yang tadi kulihat, ini adalah hutan biasa, namun suasananya masih terasa mencekam. Cahaya matahari mulai pudar di balik pepohonan, meninggalkan sisa-sisa sinar yang redup, membuat hutan ini tampak semakin gelap. Aku tak tahu arah pasti ke mana aku berlari, tapi di belakangku beberapa orang berusaha melompat untuk menyeretku. Nahasnya, di sini ada banyak jebakan, dan mereka dijatuhi kerangkeng besar dari atas."Sial! Cepat tangkap wanita itu! Dia akan kabur lebih jauh!" teriak salah satu dari mereka. Ada tiga orang masung ke jeruji besi yang kutafsir itu adalah perangkap untuk menangkan hewan yang keluar dari Wilayah Alam Pusaka. Kugenggam erat ponsel dan slin
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

85

Aku masuk ke dalam mobil dengan penampilan lusuh bagai pemulung dadakan. Ponselku masih menyala segera kutaruh di dashboard. "Aku masih di dalam hutan. Sekang aku sudah di dalam mobilku. Entah siapa yang memindahkannya ke sini," ucapku seraya memasang sabuk pengaman.Selama itu aku melihat berbagai reaksi komentar yang berjalan sangat cepat. Aku tidak bisa membacanya, jadi aku akan langsung mengatakan informasi penting mengenai keberadaanku."Siapapun tolong jemput aku. Aku ada di hutan timur sekitar Surakarta." Aku mulai menyalakan mesin. "Doakan aku agar selamat sampai tujuan. Kalian sudah merekamnya kan? Aku sangat berterima kasih, karena kalian masih menonton live streamingku." Aku melihat botol minum di kursi penumpang. Rasanya aku sangat haus, tetapi kuurungkan niatku. Aku takut jika itu adalah minuman beracun, karena saat keluar dari mobil ini aku masih mengingat membawa botol minum satu-satunya. Jadi dapat dipastikan ini bukan minumanku."Tubuhku sangat lemas sekarang, tapi ak
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

86

Kesadaranku perlahan-lahan memudar, tenggelam dalam kegelapan yang tenang. Di antara rasa sakit yang menyayat dan rasa dingin yang menyeruak dari tubuhku, hanya satu hal yang masih bisa kurasakan dengan jelas genggaman tangan Aiden. Hangat, erat, dan penuh ketakutan. Di tengah rasa putus asa, genggaman itu seakan menjadi jembatan yang menahanku di dunia ini, meski hanya seutas benang yang rapuh.“Dea… bertahanlah. Kumohon,” bisik Aiden, suaranya terdengar bergetar, seakan menahan kesedihan yang tak tertahankan.Aku ingin merespons, ingin mengatakan bahwa aku mendengarnya, bahwa aku masih di sini. Tapi tubuhku seakan terperangkap, suaraku tenggelam dalam kegelapan yang semakin pekat. Segalanya terasa jauh, seolah aku telah berada di antara dua dunia. Rasa sakit perlahan menghilang, berganti dengan keheningan yang berat, dan dalam kegelapan itu, suara-suara sirene mulai memudar, jauh dan semakin jauh.Namun, di saat aku hampir menyerah pada keheningan itu, bayangan samar mulai muncul di
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

87

Ketika aku membuka mata, yang terlihat hanya cahaya samar di sekelilingku. Sisi kiri pandanganku gelap, terasa berat dan tertutup sesuatu. Kepalaku terasa berdenyut nyeri, seolah-olah baru saja melewati badai besar yang tak kunjung reda.Di sebelahku, terdengar suara lirih yang penuh kekhawatiran. “Dea, Nak, kamu sudah sadar?” tanya seseorang dengan lembut. sudah lama aku tak mendengarnya, itu adalah suara Ibuku, Nala. Aku berusaha menoleh, meski sedikit pergerakan saja membuat rasa sakit menyebar ke seluruh tubuh.“Ibu?” suaraku nyaris tak terdengar, seperti bisikan.Ibu segera menggenggam tanganku dengan lembut, mengusapnya dengan jari-jarinya yang gemetar. Matanya yang lembut menatapku dengan penuh kecemasan. Di sebelahnya, Ayahku, Wijaya, berdiri, menundukkan wajahnya yang terlihat lelah dan penuh penyesalan.“Iya, Nak. Ini Ibu. Kami di sini, semua baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir apa pun,” kata Ibu, berusaha terdengar tegar, meski nada suaranya bergetar.Ayahku, yang sel
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

88

Ibu menggenggam tanganku cukup erat. Ditambah suasana semakin dibuat waspada dengan kedatangan Mertuaku. Wanita paruh baya itu masuk ke ruanganku dengan langkah perlahan. Ibu menoleh sejenak ketika mama mertua masuk, wajahnya penuh ketegangan. Aku mengenali tatapan dingin tetapi cemas di wajah mertuaku, dia mencoba menyembunyikan emosinya di balik penampilan tegar.“Dea,” suara lembutnya terdengar di ruangan, penuh kecanggungan tetapi juga menyimpan sebuah arti. Mertuaku melangkah lebih dekat, pandangannya bergeser dari wajahku yang berbalut perban ke tangan ibu yang menggenggam erat tanganku.Aku mengangguk pelan, mencoba tersenyum meski sulit, menahan nyeri yang masih terasa di sekujur tubuhku. “Mama, terima kasih sudah datang.”Mama Rita terdiam sejenak, seolah mencari kata-kata yang tepat. Dia duduk di kursi di sebelah ranjang, pandangannya tak lepas dariku. “Dea, kami semua sangat khawatir. Kami tidak menyangka semua ini bisa terjadi.” Suaranya terdengar bergetar, dan tatapan taj
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

89

Setelah Mama Rita meninggalkan ruangan, keheningan menyelimuti sekitarku. Rasa nyeri yang masih tertinggal di tubuh membuatku sulit rileks. Namun, di balik ketidaknyamanan, pikiranku mulai dipenuhi pertanyaan yang belum terjawab. Aiden, masih berada di tanah Timur. Ada hal yang perlu dia selesaikan. Apa sebenarnya yang dia lakukan di sana? Apakah akhirnya dia mengetahui rahasia besar di balik rencana busuk Hendro dan Sony? Aku menggenggam selimutku dengan erat, mengenang semua yang kudengar dari rekaman rahasia yang kupublikasikan. Ketakutan di hatiku semakin menguat saat mengingat bagaimana Hendro dengan kejam mengatakan rencana mereka, bagaimana hewan-hewan malang itu diperlakukan, dan bagaimana komplotan Sony tidak hanya berencana mengambil tanah Timur, tetapi juga merusak hidup kami dengan cara yang sangat brutal.“Maafkan aku, Dea, karena membiarkan ini terjadi,” gumamku pelan, seolah menyalahkan diri sendiri karena tidak melihat tanda-tanda sejak awal.Namun, di tengah segala
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

90

Aku memandang Ayah dengan tatapan bingung, lalu mengalihkan pandangan ke dokumen yang disodorkannya. Ada sesuatu yang berat dalam raut wajahnya, seolah ia menahan rasa sedih yang mendalam.Perlahan, aku meraih dokumen itu. Jemariku menyentuh pinggiran dokumen itu, tetapi belum berani membuka isinya. Seolah ada sesuatu yang berat, menghimpit dadaku bahkan sebelum aku tahu apa yang tertulis di sana."Ayah, ini apa?" tanyaku pelan, suaraku nyaris berbisik, mencoba menahan rasa takut yang tiba-tiba menjalar.Ayah menghela napas panjang, matanya memandangku dengan sorot iba yang menyakitkan. Tak ada jawaban darinya. Terpaksa kulihat selembar dokumen itu. Kata-kata yang tertera di bagian atas langsung membuat napasku tercekat. "Surat Perceraian."Tenggorokanku terasa kering seketika, dan tangan yang menggenggam dokumen itu bergetar. “Ayah ini dari Aiden?” tanyaku, suaraku nyaris hanya bisikan.Ayah menunduk sejenak, menarik napas dalam, kemudian menggelengkan kepala. “Tidak, Dea. Ayah menem
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status