Home / Romansa / Istri Badas VS Pelakor Keji / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Istri Badas VS Pelakor Keji: Chapter 101 - Chapter 110

140 Chapters

101

Aiden dan Ayah memberi mandat pada para sesepuh dan anak buah Aiden untuk mengurus musuh yang sudah sekarat. Mereka sepakat jalur hukum adat adalah pilihan terbaik, mengingat kekuatan magis yang dipakai musuh-musuh tidak akan pernah bisa dijelaskan di pengadilan umum atau dicatat sebagai bukti. “Para sesepuh akan mengurus hukuman yang pantas,” kata Ayah, matanya tajam menatap sesepuh yang mengantar kami ke mobil. Dia yang mengangguk hormat menyetujui ucapan ayah. “Keputusan Ayah bukan tentang apa yang mereka lakukan pada kita saja, tetapi aksi perusakan di alam ini. Hukum adat akan jadi saksi mutlak, biar mereka tak mengulanginya lagi.”Aiden menyilangkan lengan di dada. “Benar, Pak Wijaya. Mereka harus tau kalau setiap pelanggaran memiliki konsekuensi,” ujarnya dingin. “Para penjaga akan menuntut keadilan yang sepadan, dan kita akan memastikan hukuman ini tidak berakhir di sini.”Sesepuh terdekat mendekat, mengangguk penuh pengertian pada Aiden dan Ayah. “Kami akan membawa mereka ke
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

102

Papa Gito melirik Kak Andre sebelum menjawab, seakan memberikan isyarat bahwa jawaban ini bukanlah kabar baik. “Sony dan Hendro sudah berada di tahanan, tapi mereka menolak berbicara, Sayang. Mereka berusaha menutupi siapa saja yang terlibat dalam jaringan ini.”Aiden mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. “Kita tidak boleh membiarkan mereka lolos begitu saja, Pa. Apa bukti kita belum cukup? Berani-beraninya melakukan kegiatan sampai membangun bunker seperti itu di tanah kita.”Papa Gito menghela napas tampak lelah, tapi memaksakan diri untuk tetap tegar. "Bukti yang kita miliki sudah cukup kuat untuk menahan mereka, tetapi mereka punya koneksi yang sangat luas, Aiden. Bahkan untuk kasus sebesar ini, mereka memiliki pengaruh yang menghalangi proses hukum."Saat suasana menegang, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan seorang pria bertubuh tegap dengan setelan rapi masuk. Dia tersenyum kecil, menyapa kami dengan anggukan kepala. Itu adalah Devano, sahabat karib Aiden. Kehadirannya lan
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

103

Suasana ruangan langsung berubah tegang. Wajah Papa yang tadinya tampak optimis langsung pesimis. Sementara Andre berdiri dengan tatapan tak percaya. Aiden mengepalkan tangannya, matanya berkilat marah. “Bagaimana bisa mereka kabur?” bentaknya dengan nada tajam.Petugas itu menelan ludah, tampak ketakutan dan gugup. “Maaf, Pak. Kami belum tahu detailnya, tetapi mereka kabur setelah terjadi pemadaman listrik mendadak di area sel. Sepertinya ada orang dalam yang membantu mereka.”Devano menghela napas berat, mencoba menjaga ketenangan. “Ini artinya mereka sudah mempersiapkan ini sejak awal. Kemungkinan besar jaringan mereka lebih besar dari yang kita bayangkan.”Papa mertua menatap Devano dan Aiden dengan emosi yang membara. “Kalau begitu, kita harus bertindak cepat sebelum mereka bisa melarikan diri lebih jauh. Mereka pasti punya rencana cadangan.”Aiden mengangguk cepat, beralih ke petugas tersebut. “Segera beri tahu semua unit kepolisian dan perketat keamanan di perbatasan. Jangan bi
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

104

Napasku tercekat ketika melihat sosok Wendy yang melangkah maju. Entah dari kapan wanita itu sudah berada di sini. Wajahnya dipenuhi amarah dan sorot mata penuh dendam. Ada kegilaan dalam tatapannya yang membara. Awalnya aku kira dia mengarah padaku, tapi sekejap tiba-tiba sorot matanya fokus pada Aiden, suamiku. Tubuhku yang sebelumnya terasa kaku, seperti dibekukan oleh teror yang memancar dari matanya mendadak menghadangnya begitu saja. Rasa kegilaan mulai merasukiku!Dan tiba-tiba saja, tanpa peringatan, rasa sakit yang mengerikan menghantam pelipisku. Aku tersentak, kepalaku berdenyut hebat, pandanganku mulai kabur. Rasa perih dan panas menyebar di sekitar pelipis, dan pandanganku berputar, dunia seolah goyah di sekelilingku.Telingaku menangkap suara teriakan ayahku yang penuh rasa takut dan panik, suaranya menggema, menembus hiruk pikuk kantor yang ramai. "Tidak! Dea!!!" teriaknya, nada suaranya seolah berusaha menahan bencana yang sudah terlanjur terjadi."Apa-apaan kamu, Wend
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

105

Suara di sekelilingku mulai redup. Kesadaran yang sempat hilang kini tenggelam dalam suara langkah kaki Ayah yang terburu-buru. Napas Ayahku terdengar mengehembus cepat, bahkan aku bisa merasakan detak jantungnya yang berderu cepat. Rasa nyeri terus menggerogoti tubuhku, terutama di perut. Di sana terasa hangat oleh darah yang tak kunjung berhenti mengalir. Rasanya setiap detik semakin menguras energiku. Pandanganku sangat gelap, tetapi aku bisa merasakan pelukan kuat Ayah yang terus membopongku, memberikan kehangatan di tengah rasa dingin yang semakin merayapi. "Ayah," gumamku lirih, nyaris tak terdengar. Aku berusaha tetap mempertahankan kesadaranku yang ada di ujung batas. "Ssstt, Iya, Sayang. Ayah ada di sini. Bertahanlah, kita hampir sampai. Jangan pernah menyerah, Dea," suaranya terdengar begitu bergetar, seperti ia sedang menahan rasa sakit yang sama denganku. Di sepanjang jalan, aku bisa merasakan deru mesin mobil. "Lebih cepat lagi!" teriak Ayahku. Beliau sepertinya sangat
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

106

Gemerisik dokter dan perawat adalah satu-satunya yang menembus batas antara kesadaranku yang kian redup dari dunia nyata. Aku mendengar suara mesin-mesin yang berdentang halus, mencoba menjaga detak jantungku yang semakin lemah. Setiap detik yang berlalu terasa seperti tarikan halus antara hidup dan mati, seolah tubuhku harus memilih antara menyerah pada rasa sakit yang tak kunjung berhenti atau berjuang untuk bertahan.Rasa dingin menjalar di setiap inci tubuhku, tetapi samar-samar aku bisa merasakan kehangatan dari tangan ayah yang mungkin saja masih berada di ruang tunggu. Aku mencoba mencari sedikit kekuatan dari bayangannya, mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatan untuk tetap berada di sini.Suara perawat yang mengatakan, "Tekanan darahnya turun." Menyentakku kembali ke kesadaran yang nyaris pudar. Aku bisa membayangkan wajah dokter utama yang kini bekerja semakin cepat, matanya mungkin penuh konsentrasi di balik masker yang menutupi wajahnya. Para perawat di sekelilingnya tampak
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

107

"Nak, kedua matamu masih diperban. Jadi, sabar dulu ya, Nak," jawab Ayahku yang terdengar nada bergetar di akhir kalimat. Pengheliatanku sangat gelap sekarang. Rasanya sangat sesak karena tidak bisa melihat apapun. Aku mengangguk pelan, meski rasa sesak itu terus menghimpitku. Gelapnya dunia di sekelilingku seperti menyelimuti neraka ketidakpastian. Aku meraba-raba ujung selimut yang menutupi tubuhku, mencoba mencari rasa aman di tengah rasa putus asa yang perlahan-lahan merayap.Setelah beberapa hari bangun dari koma. Dokter berkali-kali mengecek keadaanku tanpa banyak memberi kejelasan apa yang terjadi pada tubuhku. Keluargaku pun engga mengatakan apapun tentang kondisiku. Mereka hanya memberikan semangat agar aku lekas sembuh.“Ayah, bagaimana kalau aku tidak bisa melihat lagi?” tanyaku lirih, suara yang bahkan aku sendiri nyaris tidak bisa mendengarnya. Sekarang aku benar-benar jengah dengan bungkamnya semua orang.Ayah menggenggam tanganku erat. “Jangan bicara seperti itu, Dea.
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

108

Setelah mendapat rujukan dari dokter. Aku bersama keluargaku langsung terbang ke Amerika. Sebenarnya aku sangat penasaran bagaimana kabar Aiden, dan kasus yang ia tangani. Namun, Ayah bersikeras untuk bungkam. Kondisiku yang tidak bisa melihat apapun sangat menyulitkan rutinitas keseharianku."Ayah sudah mengacukan perceraian kalian ke pengadilan. Sekarang kamu fokus ke pengobatanmu saja, Nak. Jangan tanyakan apapun soal mereka. Cukup sampai sini saja penderitaanmu," ujar Ayah. Aku tak ingin menjawab apapun soal perceraian tersebut. Lagipula, kami tidak saling mencintai, dan pernikahan ini dilaksanakan atas dasar terpaksa. Kuturuti permintaan Ayah untuk fokus ke pengobatan. Smartphone yang biasanya tak lepas dari genggamanku pun entah hilang ke mana.Saat aku tertidur, tanpa sengaja kudengar suara berbisik antara Ayah dan Ibu."Aku sudah diberitahu Kanjeng Ratu soal masalah yang akan dihadapi putri kita. Tapi aku tidak menyangka ia akan mendapatkan penusukan tersebut. Kukira hanya ak
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

109

Aku terbaring diam di tempat tidur, mencoba mencerna semua yang baru saja kudengar. Sony dan komplotannya tertangkap? Seharusnya itu menjadi kabar baik. Akan tetapi, kenapa hatiku terasa kosong? Pikiran tentang hukuman mereka berbaur dengan pertanyaan tentang masa depan pernikahanku yang kini terancam bubar.Ayah berbicara dengan nada penuh keyakinan bahwa perceraian ini adalah langkah terbaik. Namun, setiap kali memikirkan Aiden, ada rasa yang sulit kugambarkan. Apakah aku benar-benar ingin ini berakhir?Pernikahan kami memang dimulai dengan paksaan, tetapi di antara semua kekacauan yang terjadi, Aiden menunjukkan bahwa dia peduli. Bahkan ketika tubuhku hampir tak berdaya, aku masih mengingat bagaimana dia melindungiku dari bahaya.Suara langkah kaki Ibu yang mendekat membuyarkan lamunanku. Dia duduk di sisi tempat tidurku, tangannya dengan lembut menggenggam jemariku. "Dea, fokus saja pada kesembuhanmu. Ayahmu hanya ingin yang terbaik untukmu," ujarnya pelan, tetapi aku bisa menangka
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

110

Pernyataan Nio membuatku terpaku. Jadi, meski aku berada jauh dari sana, aku masih terhubung dengan kasus ini. Apa karena itu Ayah bersikeras memutus semua hubungan dengan Aiden dan keluarganya? Pertanyaan itu terus berputar di benakku, membuat perasaan campur aduk tak kunjung mereda.“Dea,” suara Ayah tiba-tiba memecah keheningan. Dia muncul dari pintu, wajahnya serius. “Kita perlu bicara.”Aku menoleh ke arahnya, mencoba membaca ekspresi di wajahnya, meskipun tak bisa melihat. “Ayah tahu tentang rumor itu, kan?” tanyaku langsung.Ayah mendesah panjang sebelum menjawab. “Iya. Dan karena itulah, Ayah ingin memastikan kamu tetap di sini, jauh dari semua kekacauan itu. Mereka tidak boleh menggunakanmu sebagai alat untuk menekan kasus ini.”“Tapi, Ayah,” aku mencoba menahan emosiku yang mulai muncul. “Jika kesaksianku bisa membantu menghukum mereka, kenapa aku harus diam saja? Apa aku harus membiarkan mereka lolos?”Ayah mendekat, berlutut di depanku, tangannya menggenggam jemariku denga
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status