Share

105

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-14 23:04:38

Suara di sekelilingku mulai redup. Kesadaran yang sempat hilang kini tenggelam dalam suara langkah kaki Ayah yang terburu-buru. Napas Ayahku terdengar mengehembus cepat, bahkan aku bisa merasakan detak jantungnya yang berderu cepat. Rasa nyeri terus menggerogoti tubuhku, terutama di perut. Di sana terasa hangat oleh darah yang tak kunjung berhenti mengalir. Rasanya setiap detik semakin menguras energiku. Pandanganku sangat gelap, tetapi aku bisa merasakan pelukan kuat Ayah yang terus membopongku, memberikan kehangatan di tengah rasa dingin yang semakin merayapi.

"Ayah," gumamku lirih, nyaris tak terdengar. Aku berusaha tetap mempertahankan kesadaranku yang ada di ujung batas.

"Ssstt, Iya, Sayang. Ayah ada di sini. Bertahanlah, kita hampir sampai. Jangan pernah menyerah, Dea," suaranya terdengar begitu bergetar, seperti ia sedang menahan rasa sakit yang sama denganku.

Di sepanjang jalan, aku bisa merasakan deru mesin mobil. "Lebih cepat lagi!" teriak Ayahku. Beliau sepertinya sangat
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   106

    Gemerisik dokter dan perawat adalah satu-satunya yang menembus batas antara kesadaranku yang kian redup dari dunia nyata. Aku mendengar suara mesin-mesin yang berdentang halus, mencoba menjaga detak jantungku yang semakin lemah. Setiap detik yang berlalu terasa seperti tarikan halus antara hidup dan mati, seolah tubuhku harus memilih antara menyerah pada rasa sakit yang tak kunjung berhenti atau berjuang untuk bertahan.Rasa dingin menjalar di setiap inci tubuhku, tetapi samar-samar aku bisa merasakan kehangatan dari tangan ayah yang mungkin saja masih berada di ruang tunggu. Aku mencoba mencari sedikit kekuatan dari bayangannya, mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatan untuk tetap berada di sini.Suara perawat yang mengatakan, "Tekanan darahnya turun." Menyentakku kembali ke kesadaran yang nyaris pudar. Aku bisa membayangkan wajah dokter utama yang kini bekerja semakin cepat, matanya mungkin penuh konsentrasi di balik masker yang menutupi wajahnya. Para perawat di sekelilingnya tampak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   107

    "Nak, kedua matamu masih diperban. Jadi, sabar dulu ya, Nak," jawab Ayahku yang terdengar nada bergetar di akhir kalimat. Pengheliatanku sangat gelap sekarang. Rasanya sangat sesak karena tidak bisa melihat apapun. Aku mengangguk pelan, meski rasa sesak itu terus menghimpitku. Gelapnya dunia di sekelilingku seperti menyelimuti neraka ketidakpastian. Aku meraba-raba ujung selimut yang menutupi tubuhku, mencoba mencari rasa aman di tengah rasa putus asa yang perlahan-lahan merayap.Setelah beberapa hari bangun dari koma. Dokter berkali-kali mengecek keadaanku tanpa banyak memberi kejelasan apa yang terjadi pada tubuhku. Keluargaku pun engga mengatakan apapun tentang kondisiku. Mereka hanya memberikan semangat agar aku lekas sembuh.“Ayah, bagaimana kalau aku tidak bisa melihat lagi?” tanyaku lirih, suara yang bahkan aku sendiri nyaris tidak bisa mendengarnya. Sekarang aku benar-benar jengah dengan bungkamnya semua orang.Ayah menggenggam tanganku erat. “Jangan bicara seperti itu, Dea.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   108

    Setelah mendapat rujukan dari dokter. Aku bersama keluargaku langsung terbang ke Amerika. Sebenarnya aku sangat penasaran bagaimana kabar Aiden, dan kasus yang ia tangani. Namun, Ayah bersikeras untuk bungkam. Kondisiku yang tidak bisa melihat apapun sangat menyulitkan rutinitas keseharianku."Ayah sudah mengacukan perceraian kalian ke pengadilan. Sekarang kamu fokus ke pengobatanmu saja, Nak. Jangan tanyakan apapun soal mereka. Cukup sampai sini saja penderitaanmu," ujar Ayah. Aku tak ingin menjawab apapun soal perceraian tersebut. Lagipula, kami tidak saling mencintai, dan pernikahan ini dilaksanakan atas dasar terpaksa. Kuturuti permintaan Ayah untuk fokus ke pengobatan. Smartphone yang biasanya tak lepas dari genggamanku pun entah hilang ke mana.Saat aku tertidur, tanpa sengaja kudengar suara berbisik antara Ayah dan Ibu."Aku sudah diberitahu Kanjeng Ratu soal masalah yang akan dihadapi putri kita. Tapi aku tidak menyangka ia akan mendapatkan penusukan tersebut. Kukira hanya ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   109

    Aku terbaring diam di tempat tidur, mencoba mencerna semua yang baru saja kudengar. Sony dan komplotannya tertangkap? Seharusnya itu menjadi kabar baik. Akan tetapi, kenapa hatiku terasa kosong? Pikiran tentang hukuman mereka berbaur dengan pertanyaan tentang masa depan pernikahanku yang kini terancam bubar.Ayah berbicara dengan nada penuh keyakinan bahwa perceraian ini adalah langkah terbaik. Namun, setiap kali memikirkan Aiden, ada rasa yang sulit kugambarkan. Apakah aku benar-benar ingin ini berakhir?Pernikahan kami memang dimulai dengan paksaan, tetapi di antara semua kekacauan yang terjadi, Aiden menunjukkan bahwa dia peduli. Bahkan ketika tubuhku hampir tak berdaya, aku masih mengingat bagaimana dia melindungiku dari bahaya.Suara langkah kaki Ibu yang mendekat membuyarkan lamunanku. Dia duduk di sisi tempat tidurku, tangannya dengan lembut menggenggam jemariku. "Dea, fokus saja pada kesembuhanmu. Ayahmu hanya ingin yang terbaik untukmu," ujarnya pelan, tetapi aku bisa menangka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   110

    Pernyataan Nio membuatku terpaku. Jadi, meski aku berada jauh dari sana, aku masih terhubung dengan kasus ini. Apa karena itu Ayah bersikeras memutus semua hubungan dengan Aiden dan keluarganya? Pertanyaan itu terus berputar di benakku, membuat perasaan campur aduk tak kunjung mereda.“Dea,” suara Ayah tiba-tiba memecah keheningan. Dia muncul dari pintu, wajahnya serius. “Kita perlu bicara.”Aku menoleh ke arahnya, mencoba membaca ekspresi di wajahnya, meskipun tak bisa melihat. “Ayah tahu tentang rumor itu, kan?” tanyaku langsung.Ayah mendesah panjang sebelum menjawab. “Iya. Dan karena itulah, Ayah ingin memastikan kamu tetap di sini, jauh dari semua kekacauan itu. Mereka tidak boleh menggunakanmu sebagai alat untuk menekan kasus ini.”“Tapi, Ayah,” aku mencoba menahan emosiku yang mulai muncul. “Jika kesaksianku bisa membantu menghukum mereka, kenapa aku harus diam saja? Apa aku harus membiarkan mereka lolos?”Ayah mendekat, berlutut di depanku, tangannya menggenggam jemariku denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   111

    Malam itu, aku duduk di kursi kamar hotel, jantungku berdebar keras. Apakah aku benar-benar akan melakukan ini? Suara-suara kecil dalam pikiranku terus berdebat. Tapi di satu sisi, ada keberanian yang menguat, membisikkan bahwa aku harus melangkah. Nio berdiri di sudut ruangan, menatapku dengan wajah serius. "Semua sudah diatur, Kak. Mobil akan menjemput kita pukul tiga pagi. Aku sudah mengamankan paspor dan tiketnya. Kita harus bergerak cepat, sebelum Ayah dan Ibu sadar."Aku mengangguk pelan, meski rasa bersalah menyusup di hati. "Terima kasih, Nio. Aku tahu ini sulit, tapi aku tidak bisa hanya diam di sini. Mereka harus tahu bahwa aku tidak menyerah begitu saja.""Aku mengerti, Kak," jawabnya. "Tapi kamu juga harus hati-hati. Kalau sampai Ayah tahu, kita berdua akan kena amukan besar."Aku tersenyum tipis, berusaha menenangkan adikku. "Aku janji, ini bukan tindakan nekat. Aku hanya ingin membantu."***Saat pagi mulai menyergap di langit Amerika, mobil jemputan tiba tepat waktu. D

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   112

    Suasana langsung berubah tegang setelah Devano mengucapkan kalimat itu. Jantungku serasa berhenti berdetak, tubuhku membeku di kursi. Aiden diserang? Pikiran itu bergema di kepalaku"Apa maksudmu, Devano? Siapa yang menyerangnya?" tanyaku. Pandanganku yang gelap membuat suasana terasa sangat mencekam."Aku tidak tahu detailnya. Aku hanya diberitahu bahwa dia diserang di lokasi persembunyian saksi yang sedang kita lindungi. Mereka bilang keadaannya kritis." Suara Devano terdengar begetar."Di mana dia sekarang?" Aku mencoba berdiri, tetapi Nio menahan lenganku dengan lembut. Aku masih tidak bisa melihat apa-apa, tetapi instingku memaksa untuk segera bergerak."Dia dibawa ke rumah sakit terdekat," jawab Devano. "Tapi kita harus berhati-hati. Mungkin ini bagian dari rencana mereka, maka mungkin saja mereka juga mengincar saksi lain, termasuk kamu.""Aku harus ke sana!" seruku, mengabaikan kekhawatiran Devano. "Aku tidak peduli seberapa berbahayanya. Aiden ada di sana, dan aku harus melih

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   113

    Suasana di sekitarku terasa semakin hening, hanya bisikan samar itu yang terus bergema di telingaku. "Jangan biarkan semuanya sia-sia." Suara itu terdengar seperti datang dari jarak yang jauh, tetapi entah bagaimana, terasa sangat dekat, seperti langsung menyentuh jiwaku. Aku menggenggam tangan Nio lebih erat, mencoba mencari kekuatan dari kehadirannya. Tapi suara itu tetap ada, menghantui pikiranku. "Siapa itu?" bisikku pada diri sendiri, takut jika Nio atau Devano mendengar dan menganggapku tidak waras.“Dea, kamu baik-baik saja?” Nio bertanya, suaranya penuh kekhawatiran.Aku hanya mengangguk pelan, tidak ingin membuatnya lebih khawatir. Namun, rasa dingin yang tadi kurasakan semakin nyata, membuat bulu kudukku meremang. Aku mencoba mengabaikannya, memfokuskan pikiran pada Aiden yang sedang berjuang di ruang pemulihan.***Beberapa jam berlalu, tetapi rasanya seperti berabad-abad. Setiap detik terasa menyesakkan, penuh dengan ketidakpastian. Devano terus berbicara dengan orang-ora

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   END

    Dokter itu tertawa lembut, seolah ingin menenangkan kami. "Dea, hasil tes menunjukkan bahwa kamu hamil. Kamu berada dalam kondisi yang sangat baik, meskipun sempat mengalami mual dan kelelahan. Namun, jangan khawatir. Kondisi ini sangat normal, terutama jika ada perubahan fisik atau emosional."Aku terdiam, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Hamil? Aku hamil? Pikiranku terasa berputar. Tidak ada yang pernah menyebutkan ini sebelumnya, dan tentu saja, aku tidak pernah memikirkan hal ini."Aiden." aku berbisik, suaraku gemetar. "Aku hamil?"Aiden menggenggam tanganku lebih erat. "Iya, Sayang. Kamu hamil. Ini berita yang luar biasa, kamu jangan cemas. Kita akan menghadapinya bersama-sama."Aku terdiam, merasakan campuran perasaan yang sangat dalam. Di satu sisi, ada kebahagiaan yang tak terlukiskan, namun di sisi lain, aku merasa cemas. Bagaimana kami akan menjalani semua ini? Apa arti semua ini untuk kami? Dan yang terpenting, apakah kami siap dengan segala perubah

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   139

    Dengan langkah yang berat, Aiden menarikku pergi dari pinggir sungai yang seakan berusaha menahan kami. Aku bisa merasakan kekuatan Alam Pusaka yang menahan kami, seolah tempat ini tidak ingin kami pergi begitu saja. Suasana yang tadinya penuh keindahan kini terasa penuh dengan ancaman yang tak terduga. Namun aku percaya pada suamiku, dan aku tahu, ia tidak akan membiarkan aku terluka.Akhirnya, setelah perjuangan panjang, kami tiba di batas Alam Pusaka, tempat yang menjadi pemisah antara dua dunia. Keindahan yang dulu kurasakan kini perlahan memudar, digantikan oleh rasa lega yang datang saat kami kembali ke dunia manusia.Tiba-tiba, aku merasakan tubuhku sedikit lebih baik. Rasa mual yang semula mengguncang perlahan mulai hilang, dan aku bisa merasakan kembali kekuatan dalam tubuhku. Aiden melepaskan pelukannya, meskipun aku bisa merasakan ketegangan yang masih ada di tubuhnya."Kita sudah kembali," katanya dengan suara yang lebih tenang, namun masih terdengar kelelahan. "Tapi aku r

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   138

    Selama di Alam Pusaka. Aku bisa melihat keindahan yang tidak bisa kulihat selama di dunia manusia. Meskipun aku tidak bisa melihat Aiden secara jelas, setidaknya aku bisa melihatnya dalam bentuk bayangan. "Aku senang sekali melihatmu berlari dan menari seperti ini, Sayang. Ada perasaan sedih juga karena biasanya aku yang membantumu melakukan aktivitas sehari-hari. Di sini, kamu bisa melakukannya sendiri," ucap suamiku lembut, suaranya mengalir seperti aliran sungai yang jernih di depan kami, menenangkan sekaligus menghangatkan.Kami duduk di pinggir sungai yang indah, airnya yang jernih mengalir begitu tenang. Suasana ini begitu damai, dan aku merasa seolah dunia ini hanya milik kami berdua. Di sini, aku tidak merasa terbebani oleh keterbatasan penglihatanku. Alam Pusaka, dengan segala keajaibannya, memberiku kebebasan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku bisa merasakan udara yang lebih segar, aroma bunga yang jarang ditemukan di dunia manusia, dan setiap detik terasa begitu b

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   137

    Pagi itu, di ruang tamu yang hangat, suasana terasa berbeda. Aiden, suamiku duduk di depan keluarga besarnya, seakan hendak mengungkapkan sesuatu yang penting. Aku berada di sampingnya dengan tenang, meski tampak sedikit cemas. Keluarga sudah berkumpul, mendengar dengan penuh perhatian."Aiden, kamu tampaknya tidak seperti biasanya," kata Oma menyelidik situasi. "Ada apa? Kamu biasanya lebih ceria kalau bicara soal perusahaan."Aiden menarik napas dalam-dalam. "Aku dan Dea akan pergi berbulan madu," ucapnya dengan nada yang mantap, tetapi ada keraguan yang samar terbersit. Semalam kami sudah mengobrol, dan ia sempat mengungkapkan keresahan. Takut kalau tempat itu akan menstimulus traumaku. Namun, aku meyakinkannya. karena di sana aku bisa melihat pemandangan banyak hal karena diselimuti alam gaib. "Ke mana?" tanya Mama Rita, tertarik. "Ada tujuan spesial, Nak?""Alam Pusaka," jawab suamiku, membuat suasana hening seketika. Dea menundukkan kepala, berusaha menahan perasaan yang datang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   136

    Malam itu, suasana ruang makan sudah penuh kehangatan. Aroma makanan khas keluarga memenuhi udara, membuat perutku yang tadinya gelisah kini mulai terasa lapar. Semua orang sudah duduk di tempatnya masing-masing, berbincang dengan riang. Aku dan Aiden datang terakhir, menambahkan kursi di sisi meja untuk kami berdua. Mama Rita langsung tersenyum hangat melihat kami. “Akhirnya kalian datang. Kami sudah hampir mulai, loh.” Aiden membantu menarik kursiku dengan lembut, memastikan aku duduk dengan nyaman sebelum ia duduk di sebelahku. “Maaf, kami agak terlambat,” katanya dengan nada santai. “Dea tadi masih butuh waktu untuk bersiap.” Andre yang duduk di ujung meja, bercanda sambil tertawa kecil. “Ah, Aiden. Kamu makin romantis saja.” Semua orang di meja tertawa, kecuali aku yang hanya bisa tersenyum gugup. Rasanya sulit menyesuaikan diri dengan perhatian sebanyak ini. Namun, Aiden, yang sejak tadi menggenggam tanganku di bawah meja, memberiku rasa percaya diri. Setelah semua mak

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   135

    Aku terdiam sejenak, merasakan pipiku mulai memanas mendengar ajakan Aiden. Suaranya begitu lembut dan menggoda, tetapi ada sesuatu di dalamnya yang membuat jantungku berdebar lebih cepat.“Aiden,” panggilku pelan, berusaha menyembunyikan rasa gugupku. “Kamu tahu aku tidak terlalu suka dengan ide itu. Lagipula, aku belum terbiasa dengan semua ini.”Aiden tertawa kecil, lalu duduk di sampingku. “Sayang, aku tidak memaksamu. Aku hanya ingin membuatmu nyaman. Setelah semua yang kita lalui, aku merasa kita pantas menikmati momen yang tenang bersama.”Aku merasakan tangannya menggenggam jemariku dengan lembut, seakan memberikan kehangatan yang menenangkan. “Kita tidak harus buru-buru, Dea. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini, sepenuhnya untukmu.”Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk merespons. “Kamu terlalu manis, Aiden. Kamu bisa gendong aku?”Aiden terdiam sejenak, lalu aku mendengar tawanya yang lembut dan penuh kehangatan. “Tentu saja, Sayang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   134

    "Titik!" pekikku tak sadar. Makhluk halus yang hendak pergi itu langsung berbalik ke arahku."Raden Ayu!" kagetnya. Dia kemudian berteriak. "Woy! Dalbo! Raden Ayu bisa melihatku!"Dalam hitungan sekejap sosok yang panggil pun datang. "Benar Raden bisa melihat kami?""Benar, Dalbo. Bagaimana kabar kalian.""Kami semua baik, Raden Ayu," jawab Dalbo. "Yang dikatakan Kanjeng Ratu benar-benar terjadi," ujar Titik. Aku bisa melihat bagaimana ekspresinya. Namun tiba-tiba seseorang keluar dari kamar mandi."Aiden?""Iya, Sayang?" ia mendekat ke arahku. "Kenapa masih memanggilku dengan nama? Panggil Sayang dong." Kemudian hendak menciumku, tetapi segera kutahan."Apa kamu tidak malu dilihat mereka?" cegahku karena Dalbo dan Titik terperangah melihat kami."Mereka?""Titik dan Dalbo. Mereka sedang di sini kan? Bahkan mereka terkejut melihat kamu mau menciumku."Aiden bergeming. "Kamu bisa melihat mereka? Bukannya Ayah bilang kalau kamu bahkan tidak bisa melihat apapun termasuk dunia gaib?""Se

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   133

    Aku menenggak salivaku dengan paksa. Saling mencintai? Waktu seakan berhenti saat tebakan tersebut terlontar padaku. Sedangkan Aiden tampak enteng menjawab pertanyaan tersebut."Aku memang cinta sama De, Oma. Tapi belum tentu dengan Dea." Pria itu melepaskan keluhan hatinya yang kukira tak akan dibahas lagi.Ruangan mendadak hening setelah pengakuan Aiden. Nahasnya aku pun gugup, "A-aku..." Kalimat itu menggantung, rasa bingung menderai kepalaku."Kalau begitu, kamu harus berjuang lebih cerdas lagi Aiden," sahut Oma. "Begitu ya, Oma?""Iya dong, Aiden. Zaman sekarang kerja keras doang kan nggak cukup," kekeh Oma."Siap, Oma!" ucap Aiden yang langsung berdiri. Entah apa yang dia lakukan, tetapi semua orang tergelak karea dia. Saat gemuruh tawa mulai mereda, Oma bertanya padaku dengan lembut."Dea," panggilnya lembut penuh kasih."Iya, Oma?""Apa kamu nyaman bersama Aiden?" Aku terdiam sesaat. Pertanyaan tersebut terasa tak membebankan dibandingkan sebelumnya. "Nyaman, Oma.""Syukurla

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   132

    "Gausah pegang-pegang istriku. Pegang istrimu sendiri sana!" nyolot Aiden. "Yaelah. Jabat tangan doang," balas Andre. Sayangnya aku cukup terkejut saat orang lain memanggil namaku. "Hai, Dea. Sudah lama tidak bertemu." Kali ini suaranya terdengar lembut. Itu adalah Ghiselle. Perempuan yang sebelumnya memusuhi dengan terang-terangan. Namun, hari ini aku merasakan frekuensi yang cukup nyaman daripada pertemuan terakhir kami."Iya. Ghiselle." Baru saja menjawab, "Iya Dea. Ak-" ucapan wanita itu terputus karena Mama Rita memanggil kami untuk segera bergabung ke ruang makan."Ayo, De," ajak Aiden kembali membawaku berjalan tanpa tongkat. Langkah kakinya yang lebar sudah ia kontrol mengikuti langkah kakiku. Aku bisa merasakan perubahannya yang sebelumnya kikuk menjadi sangat santai hari ini. Sepertinya ia sudah sangat cocok menjadi relawan untuk orang tuna netra sepertiku. Dia bahkan bisa mengingat detail kecil keperluan sehari-hari. Banyak hal yang ia rubah agar menjadi tempat inklusi ba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status