Share

104

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 23:35:41

Napasku tercekat ketika melihat sosok Wendy yang melangkah maju. Entah dari kapan wanita itu sudah berada di sini. Wajahnya dipenuhi amarah dan sorot mata penuh dendam. Ada kegilaan dalam tatapannya yang membara. Awalnya aku kira dia mengarah padaku, tapi sekejap tiba-tiba sorot matanya fokus pada Aiden, suamiku. Tubuhku yang sebelumnya terasa kaku, seperti dibekukan oleh teror yang memancar dari matanya mendadak menghadangnya begitu saja. Rasa kegilaan mulai merasukiku!

Dan tiba-tiba saja, tanpa peringatan, rasa sakit yang mengerikan menghantam pelipisku. Aku tersentak, kepalaku berdenyut hebat, pandanganku mulai kabur. Rasa perih dan panas menyebar di sekitar pelipis, dan pandanganku berputar, dunia seolah goyah di sekelilingku.

Telingaku menangkap suara teriakan ayahku yang penuh rasa takut dan panik, suaranya menggema, menembus hiruk pikuk kantor yang ramai. "Tidak! Dea!!!" teriaknya, nada suaranya seolah berusaha menahan bencana yang sudah terlanjur terjadi.

"Apa-apaan kamu, Wend
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   105

    Suara di sekelilingku mulai redup. Kesadaran yang sempat hilang kini tenggelam dalam suara langkah kaki Ayah yang terburu-buru. Napas Ayahku terdengar mengehembus cepat, bahkan aku bisa merasakan detak jantungnya yang berderu cepat. Rasa nyeri terus menggerogoti tubuhku, terutama di perut. Di sana terasa hangat oleh darah yang tak kunjung berhenti mengalir. Rasanya setiap detik semakin menguras energiku. Pandanganku sangat gelap, tetapi aku bisa merasakan pelukan kuat Ayah yang terus membopongku, memberikan kehangatan di tengah rasa dingin yang semakin merayapi. "Ayah," gumamku lirih, nyaris tak terdengar. Aku berusaha tetap mempertahankan kesadaranku yang ada di ujung batas. "Ssstt, Iya, Sayang. Ayah ada di sini. Bertahanlah, kita hampir sampai. Jangan pernah menyerah, Dea," suaranya terdengar begitu bergetar, seperti ia sedang menahan rasa sakit yang sama denganku. Di sepanjang jalan, aku bisa merasakan deru mesin mobil. "Lebih cepat lagi!" teriak Ayahku. Beliau sepertinya sangat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   106

    Gemerisik dokter dan perawat adalah satu-satunya yang menembus batas antara kesadaranku yang kian redup dari dunia nyata. Aku mendengar suara mesin-mesin yang berdentang halus, mencoba menjaga detak jantungku yang semakin lemah. Setiap detik yang berlalu terasa seperti tarikan halus antara hidup dan mati, seolah tubuhku harus memilih antara menyerah pada rasa sakit yang tak kunjung berhenti atau berjuang untuk bertahan.Rasa dingin menjalar di setiap inci tubuhku, tetapi samar-samar aku bisa merasakan kehangatan dari tangan ayah yang mungkin saja masih berada di ruang tunggu. Aku mencoba mencari sedikit kekuatan dari bayangannya, mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatan untuk tetap berada di sini.Suara perawat yang mengatakan, "Tekanan darahnya turun." Menyentakku kembali ke kesadaran yang nyaris pudar. Aku bisa membayangkan wajah dokter utama yang kini bekerja semakin cepat, matanya mungkin penuh konsentrasi di balik masker yang menutupi wajahnya. Para perawat di sekelilingnya tampak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   107

    "Nak, kedua matamu masih diperban. Jadi, sabar dulu ya, Nak," jawab Ayahku yang terdengar nada bergetar di akhir kalimat. Pengheliatanku sangat gelap sekarang. Rasanya sangat sesak karena tidak bisa melihat apapun. Aku mengangguk pelan, meski rasa sesak itu terus menghimpitku. Gelapnya dunia di sekelilingku seperti menyelimuti neraka ketidakpastian. Aku meraba-raba ujung selimut yang menutupi tubuhku, mencoba mencari rasa aman di tengah rasa putus asa yang perlahan-lahan merayap.Setelah beberapa hari bangun dari koma. Dokter berkali-kali mengecek keadaanku tanpa banyak memberi kejelasan apa yang terjadi pada tubuhku. Keluargaku pun engga mengatakan apapun tentang kondisiku. Mereka hanya memberikan semangat agar aku lekas sembuh.“Ayah, bagaimana kalau aku tidak bisa melihat lagi?” tanyaku lirih, suara yang bahkan aku sendiri nyaris tidak bisa mendengarnya. Sekarang aku benar-benar jengah dengan bungkamnya semua orang.Ayah menggenggam tanganku erat. “Jangan bicara seperti itu, Dea.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   108

    Setelah mendapat rujukan dari dokter. Aku bersama keluargaku langsung terbang ke Amerika. Sebenarnya aku sangat penasaran bagaimana kabar Aiden, dan kasus yang ia tangani. Namun, Ayah bersikeras untuk bungkam. Kondisiku yang tidak bisa melihat apapun sangat menyulitkan rutinitas keseharianku."Ayah sudah mengacukan perceraian kalian ke pengadilan. Sekarang kamu fokus ke pengobatanmu saja, Nak. Jangan tanyakan apapun soal mereka. Cukup sampai sini saja penderitaanmu," ujar Ayah. Aku tak ingin menjawab apapun soal perceraian tersebut. Lagipula, kami tidak saling mencintai, dan pernikahan ini dilaksanakan atas dasar terpaksa. Kuturuti permintaan Ayah untuk fokus ke pengobatan. Smartphone yang biasanya tak lepas dari genggamanku pun entah hilang ke mana.Saat aku tertidur, tanpa sengaja kudengar suara berbisik antara Ayah dan Ibu."Aku sudah diberitahu Kanjeng Ratu soal masalah yang akan dihadapi putri kita. Tapi aku tidak menyangka ia akan mendapatkan penusukan tersebut. Kukira hanya ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   109

    Aku terbaring diam di tempat tidur, mencoba mencerna semua yang baru saja kudengar. Sony dan komplotannya tertangkap? Seharusnya itu menjadi kabar baik. Akan tetapi, kenapa hatiku terasa kosong? Pikiran tentang hukuman mereka berbaur dengan pertanyaan tentang masa depan pernikahanku yang kini terancam bubar.Ayah berbicara dengan nada penuh keyakinan bahwa perceraian ini adalah langkah terbaik. Namun, setiap kali memikirkan Aiden, ada rasa yang sulit kugambarkan. Apakah aku benar-benar ingin ini berakhir?Pernikahan kami memang dimulai dengan paksaan, tetapi di antara semua kekacauan yang terjadi, Aiden menunjukkan bahwa dia peduli. Bahkan ketika tubuhku hampir tak berdaya, aku masih mengingat bagaimana dia melindungiku dari bahaya.Suara langkah kaki Ibu yang mendekat membuyarkan lamunanku. Dia duduk di sisi tempat tidurku, tangannya dengan lembut menggenggam jemariku. "Dea, fokus saja pada kesembuhanmu. Ayahmu hanya ingin yang terbaik untukmu," ujarnya pelan, tetapi aku bisa menangka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   110

    Pernyataan Nio membuatku terpaku. Jadi, meski aku berada jauh dari sana, aku masih terhubung dengan kasus ini. Apa karena itu Ayah bersikeras memutus semua hubungan dengan Aiden dan keluarganya? Pertanyaan itu terus berputar di benakku, membuat perasaan campur aduk tak kunjung mereda.“Dea,” suara Ayah tiba-tiba memecah keheningan. Dia muncul dari pintu, wajahnya serius. “Kita perlu bicara.”Aku menoleh ke arahnya, mencoba membaca ekspresi di wajahnya, meskipun tak bisa melihat. “Ayah tahu tentang rumor itu, kan?” tanyaku langsung.Ayah mendesah panjang sebelum menjawab. “Iya. Dan karena itulah, Ayah ingin memastikan kamu tetap di sini, jauh dari semua kekacauan itu. Mereka tidak boleh menggunakanmu sebagai alat untuk menekan kasus ini.”“Tapi, Ayah,” aku mencoba menahan emosiku yang mulai muncul. “Jika kesaksianku bisa membantu menghukum mereka, kenapa aku harus diam saja? Apa aku harus membiarkan mereka lolos?”Ayah mendekat, berlutut di depanku, tangannya menggenggam jemariku denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   111

    Malam itu, aku duduk di kursi kamar hotel, jantungku berdebar keras. Apakah aku benar-benar akan melakukan ini? Suara-suara kecil dalam pikiranku terus berdebat. Tapi di satu sisi, ada keberanian yang menguat, membisikkan bahwa aku harus melangkah. Nio berdiri di sudut ruangan, menatapku dengan wajah serius. "Semua sudah diatur, Kak. Mobil akan menjemput kita pukul tiga pagi. Aku sudah mengamankan paspor dan tiketnya. Kita harus bergerak cepat, sebelum Ayah dan Ibu sadar."Aku mengangguk pelan, meski rasa bersalah menyusup di hati. "Terima kasih, Nio. Aku tahu ini sulit, tapi aku tidak bisa hanya diam di sini. Mereka harus tahu bahwa aku tidak menyerah begitu saja.""Aku mengerti, Kak," jawabnya. "Tapi kamu juga harus hati-hati. Kalau sampai Ayah tahu, kita berdua akan kena amukan besar."Aku tersenyum tipis, berusaha menenangkan adikku. "Aku janji, ini bukan tindakan nekat. Aku hanya ingin membantu."***Saat pagi mulai menyergap di langit Amerika, mobil jemputan tiba tepat waktu. D

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   112

    Suasana langsung berubah tegang setelah Devano mengucapkan kalimat itu. Jantungku serasa berhenti berdetak, tubuhku membeku di kursi. Aiden diserang? Pikiran itu bergema di kepalaku"Apa maksudmu, Devano? Siapa yang menyerangnya?" tanyaku. Pandanganku yang gelap membuat suasana terasa sangat mencekam."Aku tidak tahu detailnya. Aku hanya diberitahu bahwa dia diserang di lokasi persembunyian saksi yang sedang kita lindungi. Mereka bilang keadaannya kritis." Suara Devano terdengar begetar."Di mana dia sekarang?" Aku mencoba berdiri, tetapi Nio menahan lenganku dengan lembut. Aku masih tidak bisa melihat apa-apa, tetapi instingku memaksa untuk segera bergerak."Dia dibawa ke rumah sakit terdekat," jawab Devano. "Tapi kita harus berhati-hati. Mungkin ini bagian dari rencana mereka, maka mungkin saja mereka juga mengincar saksi lain, termasuk kamu.""Aku harus ke sana!" seruku, mengabaikan kekhawatiran Devano. "Aku tidak peduli seberapa berbahayanya. Aiden ada di sana, dan aku harus melih

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   130

    Aku duduk di salah satu kursi, Oma berada di kursi rodanya sebelah kananku dan Mama Rita ada di depan kami. Kedua wanita itu menceritakan masa lampau tentang kenangan mereka. Bagaimana sejarah keluarganya memiliki perusahaan bertaraf internasional, asal muasal Oma bisa menikah dengan Opa, hingga pernikahan Papa dan Mama mertua. Semua terdengar seperti roller coaster. Namun, semua cerita tersebut memiliki happy ending. "Oma senang sekali bisa menghabiskan waktu dengamu, Dea." Tangan yang sudah keriput itu mengenggam tanganku dengan erat. Aku memberikan senyum terbaikku, karena aku pun merasakan hal yang sama dengan Oma. "Dea juga, Oma. Dea senang sekali bisa menghabiskan waktu bersama Oma dan Mama. Apalagi suasananya sangat tenang, jadi Dea ngerasa bisa lebih dekat dengan Oma dan Mama," ujarku dengan tulus. Rasanya sangat terharu merasakan moment yang membahagiakan seperti ini. Hari ini kondisi Oma bisa dikatakan paling baik dari pada sebelumnya. Jadi beliau bisa mengobrol sangat lam

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   129

    Buat apa aku keluar? Aku sangat takjub dengan pertanyaannya. Memang sudah sepantasnya ia keluar dari kamarku. Aiden sangat tidak tau sopan-santun. Apa aku perlu menjelaskan semuanya agar dia mengerti."Ini kan kamarku," jawabku yang melesat begitu saja."Ini kamar kita."Alisku tertaut rapat, enggan mendengar kalimat itu. "Kita sudah bercerai, Aiden. Jadi sudah sepantasnya kamu menjaga jarak denganku."Terdengar helaan napas yang panjang dari pria itu. Kuharap tak ada perdebatan panjang di antara aku dengannya. "Kita belum bercerai dan tidak akan bercerai. Jadi ayo tidur sekarang." Ia menarikku ke dalam pelukannya."Aiden lepaskan!" rontaku yang hampir saja terjatuh dari ranjang."Hati-hati, Dea!" kejut pria itu. Ia kemudian menghela napas. "Syukurlah belum sampai jatuh," ujarnya dengan tangan yang menahan punggungku. "Aku lepaskan, tapi kamu yang tenang." Ia mengarahkanku tiduran di ranjang. Kemudian selimut ia tarik menutupi tubuhku. Aku bisa mendengar bunyi klik dari nakas sebela

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   128

    Guiding Block atau blok pemandu ada di rumah ini? Aku sangat terkejut mendapati hal itu. Bagaimana bisa mereka memasang lantai pemandu untuk tunanetra. Bukan bagaimana bisa, tapi kenapa? Padahal selama ini aku tidak pernah ke sini. Sejak kapan Guiding Block atau blok pemandu ini di pasang?"Hati-hati Dea. Sekarang kita sudah di ruang tamu," ujar Aiden. Aku pun bisa merasakan perbedaan tekstur Guiding Block. Sebelumnya terdiri garis panjang, sekarang polkadot kecil. Ku geser tongkatku ke kanan dan ke kiri. Kemudian maju lagi, dan blok pemandu membelok beberapa langkah. Di sana ada block polkadot lagi. "Ruang keluarga," jelas Aiden. "Sebelah kiri adalah taman, kanan lift ke lantai dua dan ruang makan." Saat aku berbelok kanan dan menemukan garis polkadot, Aiden berkata lagi. "Kiri lift, kanan ruang makan."Kupilih untuk ke lift. "Di sebelah kanan, tombolnya." Kuraba dinging tersebut sesuai intruksi Aiden. ketika sudah menekan bel tersebut, terdengar suara. "Pintu terbuka." Kami ber

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   127

    "Oma!" pekik Aiden mendadak. Ia segera menggeretku kembali mendekati Oma, kemudian berkata, "Sebentar, biar aku panggil dokter dulu. Kamu temani Oma dulu, De." Pria itu segera bergegas, cukup lama aku harus memproses apa yang sedang terjadi. Namun, kepalaku terasa kehantam sesuatu dan aku pun bisa mendengar Oma sedang berdesis seakan memanggilku. Rasa bersalahku langsung membuncah mendapati kondisi yang terjadi saat ini."Dea di sini, Oma. Maaf baru menemui Oma sekarang," ujarku tak berdaya. Aku tidak tau bagaimana ekspresinya. Kuharap ia bisa memaafkanku."Ya tuhan, Bu!" histeris Mama Mertua yang baru saja masuk. "Akhirnya Ibu sadar juga.""Biar kami periksa dulu, Bapak dan Ibu silakan keluar terlebih dahulu," sela seseorang yang kutebak itu adalah dokter. Aku ingin bergerak menjauh, tetapi sulit. Akhirnya Aiden menuntunku dengan hati-hati keluar dari ruang inap Oma."Alhamdulillah Ibu sudah sadar," isak Mama Mertuaku saat Pak Gito baru sampai. "Alhamdulillah. Mungkin ini berkah, ka

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   126

    6 bulan? Itu berarti satu tahun kan? Kami sudah bercerai satu tahun. Meskipun pengadilan tak menyetujuinya, tetapi kurasa kami bisa dikatakan cerai. Tak ada hubungan apapun antara aku dengan Aiden. Semua sudah berakhir."Aku tidak bisa melihatnya, Yah. Aku tak ingin melihatnya. Dan jangan meminta apalagi memaksaku melakukan sesuatu. Aku sangat lelah." Gerutuanku yang selama ini kusembunyikan melesat begitu saja. Aku bisa merasakan kesedihan Ayahku. "Dea, aku mohon beri aku satu kesempatan terakhir. Aku ingin menebus semua bantuanmu." Jantungku berpacu kencang mendengar suara tersebut. "Tolong, De. Aku benar-benar meminta tolong padamu. Beri aku kesempatan." Aiden mengatakannya dengan serak. Aku bingung harus berbuat apa."Aku mencintaimu, De. Maafkan aku," lanjutnya lirih. Hatiku terasa sakit mendengar permohonannya yang terasa nylekit tersebut. Tanpa berlama-lama lagi, kupilih untuk kembali ke kamar. Nahasnya ketika akan menutup pintu, mendadak Ayah menyela. "Oma jatuh sakit, Sayan

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   125

    "Di mana ayahku?" tanyaku pada orang yang mendadak mengajakku pulang."Sudah pulang. Pak Wijaya minta aku menjemputmu." Suara bariton itu memekik telingaku yang enggan mendengarnya. Segera kurogoh ponselku di dalam saku. Tongkat yang ebelumnya kugenggam, kini berganti terhimpit lengan. Ponsel yang sudah dimodif sedemikian rupa untuk tuna netra sepertiku, sangat membantu disabilitas sepertiku di dunia yang di kelilingi teknologi canggih ini. Setiap kali kusentuh bagian layar akan keluar suara yang menunjukkan aplikasi dan nama kontak. Karena nomor ayah ada di urutan pertama jadi memudahkanku mengaksesnya. Tak butuh waktu lama, teleponku langsung mendapat jawaban."Hallo, Nak. Ayah yang menyuruh Aiden menjemputmu. Kamu pulanglah dengannya."Belum sempat aku berkata apapun, sambungan telepon pun terputus. Hanya helaan napas yang bisa kulakukan. Aiden menggandeng tanganku menuju mobilnya. Selama di perjalanan dia berusaha menjalin komunikasi denganku, tetapi aku enggan menyahutinya."Ba

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   124

    Aku terdiam mendengar permintaan Aiden, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Satu kesempatan?" gumamku, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan hati yang bergejolak. “Dea.” Suaranya semakin mendekat, dan aku bisa merasakan kehangatan tubuhnya saat dia duduk lebih dekat. Tangannya menyentuh lembut jemariku yang masih menggenggam tongkat. Sentuhannya membawa campuran perasaan yang sulit dijelaskan. Entah kenapa ada kemarahan, kesedihan, dan kerinduan yang tak kuinginkan.“Maafkan aku, Dea,” lanjutnya, nadanya penuh penyesalan. Aku menggeleng pelan, meskipun aku tahu dia tak bisa melihat gerakanku. “Pergi dari sini. Aku tidak mau bertemu denganmu lagi.” Kata-kataku menghantam udara seperti bilah tajam. Aku merasakan genggamannya mengendur sejenak, seolah-olah kata-kataku telah memukulnya tepat di tempat yang paling lemah. Aku langsung berdiri, tangan mantan suamiku sempat menahanku. Namun, kukibaskan sek

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   123

    Aku merenung sejenak menerka siapa yang berniat menemuiku. Terdengar Ayah membukakan pintu selebar mungkin. "Ayo, Nak."Kulontarkan tongkatku untuk menuntun langkah kakiku. Semenjak tidak bisa melihat, kupaksakan diriku untuk tetap mandiri. Setelah sekian bulan berlalu, akhirnya Mama dan Ayah membiarkan apapun yang kulakukan. Pada awalnya, mereka akan memaksa untuk menuntunku. Syukurnya lambat laun, Ayah dan Mama hanya membiarkanku berjalan sendiri, tetapi aku tau jika mereka mengawasiku dari kejauhan untuk memastikan tidak terjadi masalah serius.Suara ketukan sandal dan tongkat menggema ke penjuru ruangan. Aku masih menerka-nerka siapa yang datang ke rumah, tapi sampai sekarang aku tidak mendengar suara orang lain di ruangan ini. Bahkan ketika aku sudah duduk cukup lama. Hanya genggangaman Ayah yang semakin mengendur dan perlahan menjauh."Ayah," panggilku pelan karena ku dengar beliau berpindah tempat. Perlahan aku bisa merasakan seseorang bernapas di sampingku. Kutolehkan sedikit

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   122

    "Dia sedang sibuk mengurus perusahaannya. Ternyata sahabat dia sendiri yang menggelapkan uang di cabang perusahaannya, penipuan investor dan banyak lagi. Banyak orang yang terlibat dalam kejahatan itu. Dan sekarang keluarga Gito sedang kalap menyelamatkan semua usaha mereka dan warisan," jelas Ayah yang membuatku sedikit lega. Kata-kata Ayah menggema dalam pikiranku, menyisakan kekosongan yang sulit dijelaskan. Namun, entah kenapa, ada sedikit kelegaan yang mengalir di dadaku. Setidaknya Aiden sedang sibuk dengan dunianya sendiri, mungkin itu alasan mengapa dia tak mencariku atau mencoba menghubungiku."Apa itu Elvaro?" tanyaku yang teringat dengan tingkah aneh pria itu. Nama itu muncul begitu saja di benakku, seperti serpihan teka-teki yang terlupakan. Ditambah Dalbo dan Titik sempat melaporkan beberapa kecurigaan mereka saat aku ada di kantor suamiku. Ah... salah, tapi mantan suami.Ayah mendengkus, seakan jengah dengan informasi yang ia simpan. "Iya. Dia juga bekerja sama dengan We

DMCA.com Protection Status