Home / Romansa / Istri Badas VS Pelakor Keji / Kabanata 91 - Kabanata 100

Lahat ng Kabanata ng Istri Badas VS Pelakor Keji: Kabanata 91 - Kabanata 100

140 Kabanata

91

Adikku Nio muncul dengan wajah tegang. Anak laki-laki yang sedang di masa pertengahan remaja itu memasuki ruangan dengan langkahnya gusar."Ayah. Mas Aiden, menemukan banyak hewan langka di sana. Mereka ingin berbicara dengan Kakak." Nio melirikku dengan kedua alis menurun dan dahi berkerut.Kulihat tangannya tremor memegang ponsel yang masih menyala. Ayah dan Ibu mendengkus. “Hewan langka?” tanyaku pelan, menatap Nio yang tampak tak tenang. “Maksudmu, di wilayah tanah Timur?”Nio mengangguk, matanya berkedip cepat, seolah menahan rasa takut atau cemas yang begitu besar. “Iya, Kak. Hewan-hewan itu semuanya langka dan terlihat terluka. Mas Aiden bilang ini bisa jadi bukti dari apa yang sudah Kakak katakan tentang perdagangan ilegal di wilayah itu.”Tanpa banyak pertimbangan lagi aku meminta adikku mendekat. Namun, ayah langsung menghalau. "Tandatangani surat itu terlebih dulu, Nak." Ucapannya sangat tegas, membuatku tak berdaya. "Ayah, tolong jangan seperti ini.""Yang dikatakan ayahmu
last updateHuling Na-update : 2024-11-10
Magbasa pa

92

“Tidak, Ayah. Hanya aku yang tahu tempat itu dengan baik,” ucapku cepat, tanganku bergetar saat mencoba melepas jarum infus dari tangan. “Wilayah Alam Pusaka itu tempat yang tersembunyi, tidak bisa ditemukan begitu saja.”Ayah menatapku, wajahnya dipenuhi keraguan dan kekhawatiran. Ibu yang berdiri di belakangnya tampak ingin ikut menahanku. “Dea, kamu belum pulih. Apa kamu benar-benar yakin akan pergi ke sana dalam kondisi seperti ini?” tanya Ayah, nadanya penuh ketegasan yang lembut, tapi matanya memancarkan ketakutan.“Ayah, ini tentang nyawa. Mereka sudah terlalu lama disiksa di tempat itu. Aku tidak bisa duduk diam,” jawabku tegas, menatapnya dengan tatapan yang tak bisa digoyahkan.Nio yang berdiri di dekat pintu, mendengarkan perdebatan kami dengan ekspresi gelisah, tiba-tiba mendekat. “Ayah, biarkan Kak Dea pergi. Aku akan menemani Kak Dea, memastikan dia aman sampai di sana,” katanya dengan suara lantang, meski wajahnya tampak khawatir.Aku terdiam sesaat, tak menduga adikku
last updateHuling Na-update : 2024-11-11
Magbasa pa

93

“Ayah,” suaraku tercekat. Tanpa sempat berkata lebih lanjut, sosok itu tiba-tiba menoleh ke arahku dan tersenyum menyeramkan. Di tangannya tergenggam pusaka leluhur yang seharusnya Ayah bawa, dan aku baru menyadari jika Alam Pusaka belum tertutup sepenuhnya. Padahal aku sudah memperbaiki celahnya. Jadi, apa yang kurang?"Ayah. Sepertinya Alam Pusaka masih bocor. Kekuatanku belum memadai, makanya sosok itu muncul ke sini."Kami mendengar suara menggelegar di balik jendela. Pada saat yang sama pintu terbuka menampilkan Oma dan sesepuh yang memberiku pusaka beberapa waktu lalu. Ada Titik, Mbok Lastri, dan Dalbo di belakang mereka. Bahkan white yang menjaga kediamanku pun turut serta dalam rombongan mereka. "Nak, tugasmu belum selesai. Kamu harus secepatkan kembali ke Tanah Timur," ucap Oma dengan napas ngos-ngosan. Tongkat kayu yang ia pakai untuk menjaga keseimbangan seakan gagal melaksanakan fungsinya. Mama mertuaku menompang tubuh Oma yang akan limbung ke lantai. Sorot matanya tampak
last updateHuling Na-update : 2024-11-11
Magbasa pa

94

"Biar aku yan mengurusnya, Raden segera pergi ke Tanah Timur." Sesepuh menghadang sosok besar itu, membuka jalan untukku menyusul Aiden.Namun, aku tak bisa begitu saja meninggalkan Sesepuh menghadapi sosok bayangan yang tampak semakin kuat itu sendirian. Hatiku berdebar kencang, tapi aku tahu bahwa misi ini harus segera kuselesaikan, dan semakin lama aku menunda, semakin besar bahaya yang mengintai Alam Pusaka.“Sesepuh, terima kasih,” gumamku lirih, memaksakan diri untuk bergerak maju. White melangkah di sisiku, seakan mengerti keinginanku. Sesepuh menoleh sejenak, tersenyum tipis menguatkan keberanianku. “Cepat, Raden Ayu. Jangan biarkan bayangan kegelapan ini menahanmu," ujar Titik yang iku menyemangatiku.Aku melangkah menuju jalan setapak yang membawa ke arah Tanah Timur, sementara gema suara pertarungan di belakangku semakin nyaring. Sosok bayangan itu mengeluarkan suara tawa menyeramkan membuat bulu kuduk meremang. Namun, tingkahnya tak menghentikanku, justru langkah kakiku te
last updateHuling Na-update : 2024-11-11
Magbasa pa

95

Aku menoleh cepat ke arah sumber suara itu, merasakan getaran yang menjalar melalui tanah hingga ke telapak kakiku. Retakan-retakan besar mulai muncul di permukaan tanah, seolah-olah ada sesuatu yang hendak muncul dari bawah sana. Aiden, Ayah, dan aku saling bertatapan, menyadari bahwa waktu kami semakin terbatas.“Aiden, kita harus bergerak sekarang,” bisikku mendesak, tak bisa lagi menahan rasa panik yang mendesak di dada.Aiden mengangguk, rahangnya mengatur kuat, aku bisa melihat ia menggertakkan gigi dengan kuat. “Ayo, kita menuju gerbang Wilayah Alam Pusaka secepat mungkin.”Aku memimpin langkah diikuti Aiden dan Ayah. White, harimau penjaga suamiku, berlari di samping kami dengan langkah hati-hati tetapi penuh waspada, cakarnya mencakar tanah dengan tajam. Sesekali, White menoleh, memperhatikan bayangan-bayangan hitam yang semakin mendekat dari belakang, seolah menjadi pertanda bahwa makhluk-makhluk asing itu semakin berani masuk ke wilayah kami.Ketika kami semakin dekat ke ar
last updateHuling Na-update : 2024-11-11
Magbasa pa

96

Aku menoleh, dan hanya dalam hitungan detik, sebuah sosok bayangan menyerang dari belakang. Refleks, aku mengayunkan pusakaku ke arah sosok itu, menghasilkan kilatan cahaya yang membutakan. Sosok bayangan itu terdorong mundur, tetapi segera bangkit kembali, tak gentar dengan serangan balikku.Sementara itu, para pemangku adat bekerja cepat, mengarahkan hewan-hewan terakhir yang tersisa ke dalam gerbang. Namun, dengan setiap hewan yang melewati gerbang, kekuatan yang dibutuhkan untuk menahan gerbang tetap terbuka semakin besar. Napasku mulai tersengal, dan pandanganku terasa sedikit buram.Sesepuh mendekat, menatapku penuh kecemasan. “Raden Ayu, kamu sudah melakukan yang terbaik. Tinggalkan gerbang ini padaku, segera masuklah ke dalam. Ini saatnya kamu berlindung.”Aku menatap Sesepuh, menolak untuk menyerah. “Tidak, Sesepuh. Saya tidak bisa meninggalkan kalian di sini.”Sebelum Sesepuh bisa menanggapi, salah satu sosok hitam mendekat dengan kecepatan tinggi, mengangkat senjatanya dan
last updateHuling Na-update : 2024-11-11
Magbasa pa

97

Aku ingin berontak, ingin membantunya, tetapi kaki-kakiku tak mau bergerak. Aku hanya bisa melihat saat Aiden berusaha melawan makhluk-makhluk bayangan itu dengan sisa tenaga yang dimilikinya. Ia mengayunkan pedangnya dengan tegas, meski tubuhnya terlihat lemah dan kelelahan.“Ayo, Aiden! Kamu bisa melakukannya!” teriakku, suaraku pecah di udara yang dingin. Rasanya seolah aku bisa merasakan setiap pukulan yang diterimanya, setiap rasa sakit yang dia rasakan.Aku menatap Aiden dengan penuh kecemasan, hatiku tersayat saat melihat kondisinya yang terluka. Namun, keyakinan kuat tercetak jelas di wajahnya. Aiden berjuang mati-matian menghindari setiap serangan bayangan besar yang berusaha menghalanginya.Dengan napas tersengal, Aiden menghunus pusaka mengarahkannya ke sosok bayangan yang berdiri menjulang. Dalam sekejap, cahaya pusaka miliknya memancar, menembus kegelapan dan membuat sosok bayangan itu bergidik mundur beberapa langkah. Kilatan cahaya dari pusaka Aiden menciptakan lingkara
last updateHuling Na-update : 2024-11-11
Magbasa pa

98

"Ini belum selesai, Aiden! Rasakan ini!" Suara menggelegar itu membuat kami terpaku. Langit petang menghantarkan petir di sekitar kami. Tubuhku kembali meremang, begitu pula Aiden.Suara menggelegar itu menyelimuti kami, seolah-olah langit di atas ikut bergemuruh mendukung kekuatan gelap yang kini muncul di hadapan kami. Petir berkilat membelah langit petang, menerangi sosok besar yang baru saja melangkah keluar dari bayangan. Tubuhnya menjulang, hitam pekat, dengan sorot mata merah membara yang menatap tajam ke arah kami. Sosok itu tampak jauh lebih besar dan lebih mengancam dari bayangan-bayangan sebelumnya.Aiden dan aku saling menatap sejenak, menyadari betapa gentingnya situasi ini. “Dea, jangan terlalu dekat denganku. Dia memiliki kekuatan yang berbeda,” ujar Aiden, napasnya terdengar berat. Aku mengangguk, tapi tetap tak beranjak dari sisinya. “Kita harus menghadapi ini bersama. Pusaka kita mungkin bisa memancing kekuatannya untuk mundur.”Sosok itu menyeringai, menampakkan ta
last updateHuling Na-update : 2024-11-11
Magbasa pa

99

Kanjeng Ratu menatap kami dengan mata tajam seakan menembus ke dalam jiwaku. Gaun panjangnya berkibar pelan, sementara pasukan yang mengiringinya berdiri tegak dengan tatapan dingin dan penuh wibawa. Aura kekuatan memenuhi udara, membuat setiap helaan napasku terasa semakin berat.Aiden memegang tanganku erat, tubuhnya masih dalam posisi bersiap, seolah-olah bersiap menghadapi serangan lain. Ia melirikku penuh kebingungan. “Dea, siapa mereka? Dan kenapa mereka tampak tidak bersahabat?”Kanjeng Ratu tersenyum lembut, dan aura keagungan memancar dari sosoknya. Perlahan, ia melangkah mendekat ke arah kami, diiringi pasukan pelindung yang menyebar membentuk lingkaran, seolah memberikan penghormatan pada kami.“Raden Ayu, Raden Aiden,” suara Kanjeng Ratu terdengar teduh, menghentikan langkah Aiden yang sempat ragu. Tatapan matanya yang dalam mengarah ke kami berdua, dipenuhi rasa bangga dan kehangatan yang belum pernah kulihat sebelumnya.“Kalian berdua telah berhasil membawa kembali makhlu
last updateHuling Na-update : 2024-11-11
Magbasa pa

100

Ketika gerbang Wilayah Alam Pusaka perlahan terbuka, aku melihat ayah berdiri di sana bersama para sesepuh dan pemangku adat lainnya. Senyum lebar menghiasi wajah mereka. Wajah ayah terlihat lega sekaligus penuh rasa bangga. Sementara para sesepuh yang telah menanti dengan penuh kesabaran mulai memberikan salam penghormatan.“Dea, Aiden,” suara ayah terdengar penuh rasa syukur saat ia melangkah mendekat, memelukku erat. “Kalian berhasil melindungi Alam Pusaka. Ayah sangat bangga pada kalian.”Aku merasakan kehangatan mengalir dari pelukan ayah, menggantikan rasa lelah yang sempat menyelimuti tubuhku. Tatapannya penuh kelegaan, dan di sampingnya, para pemangku adat mengangguk dengan senyum bangga yang begitu tulus.Salah satu sesepuh maju dan menatap kami penuh penghargaan. “Kalian berdua telah menjalani ujian berat. Di mana tak banyak orang mampu melewatinya. Terima kasih, Raden Ayu dan Raden Aiden. Keberanian dan ketulusan kalian akan selalu dikenang oleh Alam Pusaka.”Aiden menunduk
last updateHuling Na-update : 2024-11-11
Magbasa pa
PREV
1
...
89101112
...
14
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status