“Tidak, Ayah. Hanya aku yang tahu tempat itu dengan baik,” ucapku cepat, tanganku bergetar saat mencoba melepas jarum infus dari tangan. “Wilayah Alam Pusaka itu tempat yang tersembunyi, tidak bisa ditemukan begitu saja.”Ayah menatapku, wajahnya dipenuhi keraguan dan kekhawatiran. Ibu yang berdiri di belakangnya tampak ingin ikut menahanku. “Dea, kamu belum pulih. Apa kamu benar-benar yakin akan pergi ke sana dalam kondisi seperti ini?” tanya Ayah, nadanya penuh ketegasan yang lembut, tapi matanya memancarkan ketakutan.“Ayah, ini tentang nyawa. Mereka sudah terlalu lama disiksa di tempat itu. Aku tidak bisa duduk diam,” jawabku tegas, menatapnya dengan tatapan yang tak bisa digoyahkan.Nio yang berdiri di dekat pintu, mendengarkan perdebatan kami dengan ekspresi gelisah, tiba-tiba mendekat. “Ayah, biarkan Kak Dea pergi. Aku akan menemani Kak Dea, memastikan dia aman sampai di sana,” katanya dengan suara lantang, meski wajahnya tampak khawatir.Aku terdiam sesaat, tak menduga adikku
Huling Na-update : 2024-11-11 Magbasa pa