Home / Romansa / Istri Badas VS Pelakor Keji / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Istri Badas VS Pelakor Keji: Chapter 71 - Chapter 80

140 Chapters

71

Aku tak bisa mengalihkan pandangan dari sosok macan kumbang itu. Nafasku tersengal, seluruh tubuh menegang. Sementara macan itu mulai bergerak maju dengan langkah perlahan, siap menerkam. Jarak kami tak lebih dari beberapa meter. setiap detik yang kulewatkan tanpa bergerak mungkin menjadi kesempatan bagi binatang itu untuk menyerang.Titik melayang mendekatiku, matanya berkilat waspada. “Raden, tenang. Jangan lakukan gerakan tiba-tiba,” bisiknya lembut, suaranya penuh kehati-hatian.Tubuhku bergetar, tapi aku mencoba menuruti kata-kata Titik. Sayangnya kakiku gemetar tak bisa diajak kompromi. Namun aku berusaha menyakinkan diri dan mengingat apa yang pernah kubaca jika bertemu hewan buas di hutan. Terpaksa kutatap langsung mata hewan itu. Aku berusaha menunjukkan bahwa aku bukan mangsa yang lemah.Macan itu berhenti sejenak, seolah menimbang gerakanku, tatapannya tetap tajam dan tak berkedip. Kami terlibat dalam pertarungan diam di bawah langit malam yang pekat, masing-masing saling m
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

72

Toporejo terdiam sejenak, menatap hutan di sekelilingnya, seakan memindai setiap sudut. “Punika tiyang ingkang nggegem drajat saha dhuwit. Pusaka ingkang panjenengan gadhahi dados pintu tumrap kasiliran tumrap pepunden Jawi. Tiyang punika mboten namung mburu raga panjenengan, nanging ugi batin saha kasampurnanipun.” [Orang itu adalah seseorang yang berambisi akan kekuasaan dan harta. Pusaka yang Anda miliki menjadi gerbang bagi mereka untuk menguasai leluhur Jawa. Mereka bukan hanya mengincar fisik Anda, tetapi juga jiwa dan kesempurnaan Anda.]Aku merasakan bulu kudukku berdiri mendengar kata-katanya. Seakan ini bukan sekadar persaingan atau kekuasaan biasa; ada sesuatu yang lebih besar, lebih mendalam.Toporejo menatapku kembali, kali ini dengan sorot penuh keyakinan. “Nanging aja wedi, Raden Ayu. Panjenengan sampun dados ingkang kapilih. Saged kula sumerep, sanadyan tantangan punika ageng, panjenengan inggih kedah terus maju. Kula saha sedaya danyang ten tanah Jawi punika bakal ngu
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

73

Suara desir angin mengiris malam, mengantar pedang yang meluncur tepat ke arahku. Kilauan senjata itu seperti kilat yang terpantul di mataku, mendekat dengan kecepatan yang membuat bulu kudukku berdiri. Detik-detik melambat, dan jantungku seperti berhenti sesaat, terperangkap dalam kepanikan yang seakan membeku di udara dingin.Tepat saat pedang itu nyaris menyentuh, Titik menerjang maju, tubuhnya berubah menjadi bayangan hitam pekat yang menghalau serangan, membuat pedang pria itu terpental dengan bunyi **dentang** nyaring. Pria itu terhuyung mundur, terkejut, namun dengan cepat ia menegakkan diri, menghunuskan pandangan penuh kebencian ke arah kami. Tiga sosok lain segera menyusul, mengepungku dari berbagai sisi.Aku menggenggam pusaka itu lebih erat, mencoba mengatur napas yang tersengal-sengal. Rasa dingin menjalar dari ujung pusaka ke telapak tanganku, menenangkan ketakutan yang menggelora. Di belakangku, gerbang batu yang baru saja kubuka memancarkan cahaya terang, seperti undan
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

74

“Buktikan keberanianmu,” bisik suara itu. “Atau tinggalkan pusaka ini selamanya.”Apa yang harus aku buktikan? Namun, belum sampai selesai kuberpikir. Tiba-tiba banyangan pekat itu menyerangku, hingga aku tersungkur menerima pukulannya.Dadaku terasa nyeri saat terhempas ke lantai keras. Napasku terhenti sejenak, tetapi aku segera bangkit, meskipun tubuhku masih bergetar oleh serangan tiba-tiba itu. Bayangan pekat itu mengelilingiku, seperti asap hitam yang mengerikan, memadat dan kemudian berubah menjadi sosok pria tinggi dengan wajah buram. Matanya bersinar merah, penuh ancaman, dan tangannya berbalut kabut hitam yang meliuk seperti ular.Aku menelan ludah, berusaha menahan rasa takut yang mulai menyelinap. Sebelum aku sempat bersiap, bayangan itu menyerang lagi, kali ini lebih cepat, seperti badai gelap yang menghempas ke arahku. Aku mengangkat pusaka di tanganku, berharap benda itu bisa memberiku perlindungan, tetapi serangannya begitu kuat. Tubuhku terlempar ke belakang, membentur
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

75

Sentuhan dingin di bahuku membuatku tersentak. Meski mataku masih disilaukan oleh cahaya putih, instingku langsung memerintahkan untuk bergerak, melompat menjauh dari siapa pun yang berada di belakangku. Namun, cengkraman di bahuku begitu kuat, seolah ingin mengikatku pada tempatku berdiri. Suara bisikan itu terdengar jelas, bergema dalam keheningan ruangan yang kini dipenuhi bayangan aneh yang bergerak-gerak dalam cahaya.Aku memberanikan diri untuk membuka mata, dan kulihat sosok bayangan tadi berdiri tepat di depanku, meski tubuhnya kini tampak pecah-pecah, seperti kaca yang retak, menyisakan celah-celah gelap di sekujur tubuhnya. Cahaya dari pusaka di tanganku terus mengalir ke arahnya, menyelimuti sosoknya yang mengerikan. Meski terlihat kesakitan, ia tak henti-hentinya menyeringai, seolah menganggap semua ini sebagai permainan.“Jangan kira kau menang,” bisiknya dengan nada penuh ancaman, suaranya seperti desis ular yang mengerikan.Aku menelan ludah, rasa takut dan amarah berpu
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

76

Rasa sakit menyengat di setiap inci tubuhku, seperti ribuan pisau tajam yang menembus kulit. Namun, di tengah badai bayangan yang menyerangku dari segala arah, aku tetap menggenggam pusaka itu erat-erat, meski tanganku mulai gemetar hebat. Pusaka di tanganku terasa semakin panas, nyalanya semakin terang hingga tak tertahankan, seolah merespons tekadku yang menguat seiring rasa sakit ini.“Aku tidak akan menyerah!” aku berteriak, suaraku menggelegar di ruang yang dipenuhi bayangan. Dengan seluruh energi yang tersisa, kutekan pusaka ke depan, membiarkan cahaya panasnya meledak dalam satu hentakan. Aku tak tahu apakah ini akan berhasil, tapi aku tak peduli lagi.Badai bayangan itu tersentak, gelombang cahaya dari pusaka menyapu mereka, menghantam ribuan bilah tajam yang mulai melebur dalam cahaya yang kian menyala-nyala. Sosok hitam di depanku meringis, retak-retak di tubuhnya semakin lebar, pecahan bayangan beterbangan dari tubuhnya seperti debu. Namun, alih-alih melemah, tatapannya sem
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

77

Suara lembut itu seperti belaian hangat yang menembus kegelapan di sekitarku, menenangkan tapi penuh kekuatan yang tak terbantahkan. Perlahan-lahan, kesadaranku mulai kembali, meski tubuhku terasa berat seperti tertimpa beban yang tak terlihat. Aku mencoba membuka mata, dan dalam remang-remang yang samar, kulihat sosok anggun yang berdiri di depanku. Jubahnya berwarna merah darah, dihiasi perhiasan emas berkilauan yang menyatu dengan kulitnya yang pucat, sementara matanya memancarkan ketegasan yang dalam dan menenangkan.“Kanjeng Ratu,” bisikku, tak percaya pada apa yang kulihat.Dia tersenyum tipis, penuh wibawa. “Kau telah melewati banyak cobaan, Raden Ayu. Tapi tugasmu belum selesai.”Jantungku berdegup cepat, memukul keras di dadaku. Napas masih berat dan tubuhku terasa lemah. “Apa yang harus kulakukan, Kanjeng Ratu?” tanyaku, meski suaraku masih gemetar.Ia melayangkan tangan halusnya ke arahku, dan tiba-tiba kabut hitam di sekitar kami mulai bergerak membentuk sebuah pintu berca
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

78

Saat kabut itu terpecah, aku bisa merasakan embusan angin segar dari dunia luar menyapu wajahku. Mataku yang sebelumnya terpejam karena tak tahan melihat cahaya terang-benerang perlahan terbuka. Keindahan pemandangan membuatku terpana. Rasanya aku seperti berada di surga. Kucubit lenganku, berusaha menyadarkan diri. Aku takut jika ini adalah mimpi. Titik yang sebelumnya menghilang entah ke mana, kini dari kejauhan melambaikan tangan padaku. Aku mulai mendekatikanya, tetapi selama berjalan ke arahnya, mataku tak bisa berkedip. Ada banyak hewan yang sudah dinyatakan punah. Di sini ada burung dodo yang berwarna-warni, badak bercula satu, Ibex pyrenean yang tengah berlari diburu harimau bali, Auroch Eurasia yang sedang merumput, bahkan Elang ekor putih dan sekelompok kupu-kupu biru besar yang menari-nari di udara.Aku terpana, melangkah perlahan sambil mengamati setiap detail keindahan yang belum pernah kusaksikan sebelumnya. Hewan-hewan itu berjalan dan terbang dengan damai, seolah tahu
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

79

Aku menganggukkan kepala, dan langsung mendekati celah itu. Kulihat mereka dengan seksama. Dari kejauhan ini terasa seperti lingkaran guntur yang berlubang hitam, tetapi semakin kumendekat aku bisa melihat bongkahan batu. Kumasukkan diriku ke lubang gelap itu.Tanpa sengaja aku menghela panjang karena tiba-tiba berada di dimensi lain. "Hutan asli!" kejutku. Saat meneoleh ke belakang aku tidak melihat apapun. Tameng dari Wilayah Alam Pusaka tidak bisa dilihat dari sini. Ku genggam pusakaku dengan erat sembari memejamkan mata, "masuk?" tanyaku entah pada siapa."Masuk, Raden," jawab Dalbo yang sudah di depanku dengan ringisan kecil. Aku terjerembat dan hampir terjatuh, keran tiba-tiba dia depan wajahku."Bikin kaget saja!" Dalbo hanya bisa meringis. Sepertinya itu cara dia tersenyum, tapi pandanganku menjadi aneh karena posturnya yang abnormal. Titik cekikikan melihatku, sedangkan Mbok Lasti dan Kanjeng Ratu beserta para jajarannya menahan tawa. Itu terlihat dari bibir mereka yang terk
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

80

Lorong di depanku gelap dan berkelok panjang, seperti mulut gua yang menyembunyikan rahasia kelam di dalamnya. Bau besi dan kelembapan yang menusuk hidung semakin kuat seiring langkahku yang terayun maju. Ditemani gemerisik kecil dari tetesan air yang jatuh dari dinding batu, suasana di sekitar lorong ini begitu mencekam, membuat setiap napas yang kuhirup terasa berat. Di ujung sana, cahaya redup memantul di lantai, mengundangku untuk mendekat. Aku melangkah hati-hati, menajamkan pendengaranku di setiap langkah. Ruangan ini terlalu tenang, tapi ketenangannya adalah ketenangan yang mencekam, seperti peringatan tak terlihat. Saat semakin mendekat ke arah cahaya, kulihat lorong ini mulai bercabang dan bercabang lagi, membentuk labirin panjang yang seolah dibuat untuk membuat siapa pun tersesat. Tiba-tiba, sayup-sayup, suara percakapan terdengar di depan sana. Aku menahan napas, menghentikan langkah dan menajamkan pendengaran. Bahasa mereka terdengar kasar, nadanya mengancam, diiringi b
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status