Semua Bab Istri Badas VS Pelakor Keji: Bab 111 - Bab 120

140 Bab

111

Malam itu, aku duduk di kursi kamar hotel, jantungku berdebar keras. Apakah aku benar-benar akan melakukan ini? Suara-suara kecil dalam pikiranku terus berdebat. Tapi di satu sisi, ada keberanian yang menguat, membisikkan bahwa aku harus melangkah. Nio berdiri di sudut ruangan, menatapku dengan wajah serius. "Semua sudah diatur, Kak. Mobil akan menjemput kita pukul tiga pagi. Aku sudah mengamankan paspor dan tiketnya. Kita harus bergerak cepat, sebelum Ayah dan Ibu sadar."Aku mengangguk pelan, meski rasa bersalah menyusup di hati. "Terima kasih, Nio. Aku tahu ini sulit, tapi aku tidak bisa hanya diam di sini. Mereka harus tahu bahwa aku tidak menyerah begitu saja.""Aku mengerti, Kak," jawabnya. "Tapi kamu juga harus hati-hati. Kalau sampai Ayah tahu, kita berdua akan kena amukan besar."Aku tersenyum tipis, berusaha menenangkan adikku. "Aku janji, ini bukan tindakan nekat. Aku hanya ingin membantu."***Saat pagi mulai menyergap di langit Amerika, mobil jemputan tiba tepat waktu. D
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-18
Baca selengkapnya

112

Suasana langsung berubah tegang setelah Devano mengucapkan kalimat itu. Jantungku serasa berhenti berdetak, tubuhku membeku di kursi. Aiden diserang? Pikiran itu bergema di kepalaku"Apa maksudmu, Devano? Siapa yang menyerangnya?" tanyaku. Pandanganku yang gelap membuat suasana terasa sangat mencekam."Aku tidak tahu detailnya. Aku hanya diberitahu bahwa dia diserang di lokasi persembunyian saksi yang sedang kita lindungi. Mereka bilang keadaannya kritis." Suara Devano terdengar begetar."Di mana dia sekarang?" Aku mencoba berdiri, tetapi Nio menahan lenganku dengan lembut. Aku masih tidak bisa melihat apa-apa, tetapi instingku memaksa untuk segera bergerak."Dia dibawa ke rumah sakit terdekat," jawab Devano. "Tapi kita harus berhati-hati. Mungkin ini bagian dari rencana mereka, maka mungkin saja mereka juga mengincar saksi lain, termasuk kamu.""Aku harus ke sana!" seruku, mengabaikan kekhawatiran Devano. "Aku tidak peduli seberapa berbahayanya. Aiden ada di sana, dan aku harus melih
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-18
Baca selengkapnya

113

Suasana di sekitarku terasa semakin hening, hanya bisikan samar itu yang terus bergema di telingaku. "Jangan biarkan semuanya sia-sia." Suara itu terdengar seperti datang dari jarak yang jauh, tetapi entah bagaimana, terasa sangat dekat, seperti langsung menyentuh jiwaku. Aku menggenggam tangan Nio lebih erat, mencoba mencari kekuatan dari kehadirannya. Tapi suara itu tetap ada, menghantui pikiranku. "Siapa itu?" bisikku pada diri sendiri, takut jika Nio atau Devano mendengar dan menganggapku tidak waras.“Dea, kamu baik-baik saja?” Nio bertanya, suaranya penuh kekhawatiran.Aku hanya mengangguk pelan, tidak ingin membuatnya lebih khawatir. Namun, rasa dingin yang tadi kurasakan semakin nyata, membuat bulu kudukku meremang. Aku mencoba mengabaikannya, memfokuskan pikiran pada Aiden yang sedang berjuang di ruang pemulihan.***Beberapa jam berlalu, tetapi rasanya seperti berabad-abad. Setiap detik terasa menyesakkan, penuh dengan ketidakpastian. Devano terus berbicara dengan orang-ora
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-18
Baca selengkapnya

114

Kalimat Devano menggantung di udara, membawa atmosfer yang begitu menyesakkan untukku. Tubuhku terasa menegang, sementara tangan Aiden yang lemah masih tergenggam erat di tanganku."Bagaimana mungkin mereka bisa kabur lagi?" tanyaku dengan nada lirih, hampir seperti berbisik, seolah takut jawaban itu akan membawa berita yang lebih buruk.Devano menghela napas panjang. Dia tampak kelelahan menghadapi semua situasi ini. Pada akhirnya pria itu berkata, "Mereka tidak bertindak sendiri. Ada pihak yang sangat kuat membantu mereka keluar, dan aku yakin jaringan ini jauh lebih besar dari yang kita bayangkan.""Kita sedang berbicara tentang konspirasi besar?" Nio yang sebelumnya diam akhirnya angkat bicara. Adik yang masih dalam masa remaja itu mampu menelaah dan menanyakan apa yang terjadi. Aku bisa merasakan adikku sedang critical thinking, dan aku sangat bangga mendengarnya."Lebih dari itu," tegas Devano. "Mereka sudah merencanakan ini sejak awal. Kaburnya kali ini bukan sekadar untuk mela
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

115

Setelah 3 hari berlalu, suasana ruangan pertemuan masih tegang, saat Devano akhirnya menghela napas panjang. “Pak Wijaya,” kata Devano dengan suara rendah tetapi tegas, “Berkat relasi Anda, kita akhirnya berhasil mendapatkan lokasi mereka. Informan yang Anda percayai telah mengidentifikasi persembunyian Sony dan Hendro. Mereka berada di sebuah vila terpencil di wilayah selatan. Saat ini pihak berwenang sedang bergerak untuk menangkap mereka.” Ayah terdengar sedikit lega, meski kekhawatiran masih terpancar masih menyelimuti ruangan ini. “Akhirnya,” gumamnya. “Dea, Ayah berjanji tidak akan membiarkan mereka bebas lagi. Kali ini, kita akan menyelesaikan ini dengan hukum.” Aku menatap Ayah, merasakan ketegasan dalam suaranya. Meski tubuhku masih lemah, hatiku terasa lebih ringan mendengar perkembangan ini. Mungkin, akhirnya ada harapan untuk menutup lembaran kelam ini. Beberapa minggu kemudian, aku duduk di sebuah ruang tunggu di gedung pengadilan. Kedua mataku masih ditutup perban,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya

116

Setiap orang di ruangan seperti menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Pengacara Sony berdiri dengan percaya diri, menyodorkan dokumen tambahan yang membuat hakim terlihat serius saat membacanya. Bisikan-bisikan kecil dari para penonton sidang mulai memenuhi ruangan.“Yang Mulia,” kata pengacara itu, suaranya tegas namun penuh intrik, “Dokumen ini menunjukkan bahwa Sony dan Hendro hanyalah pion dalam permainan ini. Ada individu yang lebih besar, lebih berkuasa, yang berada di balik kegiatan ini. Orang itu telah mengarahkan semua operasi ilegal yang melibatkan perdagangan hewan langka, hingga ancaman pada saksi utama, Saudari Dea.”Aku merasa tangan Ayah menggenggam erat bahuku, seolah ingin memastikan aku tetap tenang. Namun, pikiranku berputar, mencoba mencerna pernyataan itu. Individu yang lebih besar? Siapa lagi?Hakim mengetukkan palunya pelan, meminta ketenangan di ruang sidang. "Apakah Anda memiliki bukti kuat untuk mendukung klaim ini?" tanyanya dengan suara
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya

117

Aku menatap Ayah dengan raut penuh pertanyaan, tapi aku tahu dia tak akan memberiku jawaban lebih dari itu. "Istirahatlah, Sayang. Kita akan bicara lagi besok pagi," katanya dengan nada yang lebih lembut, sebelum melangkah keluar dari kamar.Kata-katanya terasa menggantung, menyisakan banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku. Perkembangan baru? Apa itu berarti ada harapan untuk penglihatanku? Tapi bagaimana dengan kasus ini? Apakah benar aku harus pergi sekarang, meninggalkan semua ini di tengah jalan?Aku menghela napas panjang, berusaha meyakinkan diri bahwa semua ini adalah keputusan terbaik. Namun, tidur tetap menjadi hal yang mustahil malam itu. Suara di ruang tamu hotel, samar-samar terdengar dari balik pintu, menunjukkan diskusi serius antara Ayah dan seseorang. Aku berusaha menutup telinga, tetapi rasa ingin tahu tetap mengalahkan.***Keesokan harinya, suasana sarapan terasa canggung. Ayah dan Ibu tampak saling membisu, sementara Nio, yang biasanya penuh semangat, memilih
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

118

Ruangan operasi dipenuhi oleh suasana yang hening, hanya suara monitor detak jantung yang berdentang lembut. Lampu-lampu terang menyinari meja operasi, membuat setiap sudutnya terlihat steril dan berkilau. Aku berbaring dengan tubuh tertutup kain bedah, hanya menyisakan area wajahku yang terlihat. Meski tak bisa melihat apa-apa, aku merasakan udara dingin dari ventilasi ruangan menyentuh kulitku. “Baik, kita mulai sekarang,” suara dokter terdengar tegas tapi tenang. Beliau mencoba memberikan rasa aman di tengah kegelisahanku. “Mrs.Dea, Anda tidak akan merasakan sakit, tapi kami akan tetap memberikan anastesi lokal untuk kenyamanan.” Aku mengangguk pelan, meskipun jantungku berdegup kencang. Tubuhku terasa kaku di bawah tekanan emosional. Rasanya seperti berada di antara harapan besar dan ketakutan yang sulit diprediksi. “Tarik napas perlahan, Nona Dea,” seorang perawat berkata lembut di telingaku, membantu menenangkan. Aku mencoba mengikuti instruksinya, menarik napas dalam-dalam, l
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

119

Setelah dibawa ke kamar pemulihan, aku berbaring di atas ranjang. Wajahku yang masih tertutup perban, tapi aku merasakan sedikit kehangatan dari jendela kamar yang diterangi sinar matahari. Rasanya aneh, aku tidak tahu apakah itu pagi atau siang. Bagiku dunia seperti tempat yang jauh dan tak terjangkau.Ayah duduk di kursi sebelah tempat tidur. Beliau menggenggam tanganku erat. "Kamu sangat kuat, Nak. Operasi ini adalah langkah besar. Dokter bilang kemungkinan kamu akan sembuh total." Suaranya penuh optimisme, tetapi ada hati-hati di balik kalimatnya.Aku tersenyum kecil, meskipun dalam hati ada rasa gelisah yang sulit dihilangkan. "Ayah," panggilku pelan, mencoba mencari celah untuk bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia."Ya, Sayang?"Aku terdiam sejenak, lalu menarik napas panjang. "Bagaimana kabar di sana? Tentang kasus itu." Rasanya sangat berat mengatakan keingintahuanku. Namun, aku harus mencobanya, "Sony, Hendro, dan semua kejahatan mereka. Apa semuanya suda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

120

Entah sudah berapa lama aku terkapar dalam kegelapan. Samar-samar aku mendengar isakan tangis perempuan meranyap di indera pendengaranku."Kenapa nasib putri kita seperti ini, Mas?" itu suara ibuku.Ayah menghela napasnya panjang. "Aku juga tidak tahu, Bu. Padahal kamu tahu sendiri bagaimana aku menjaga putri kita." "Kenapa putri kita digariskan takdir yang sangat tragis begini. Kenapa tidak aku saja, Ya Allah! Kenapa putriku harus semenderita ini! Apa salah dia!" Ibu terdengar meraung di sana."Bu, tenang. Kita sedang berada di rumah sakit.""Tenang bagaimana, Yah?! Dea sudah koma selama dua bulan! Kamu minta aku tenang! Putri kita sedang berada di antara hidup dan mati!" Hah? Dua bulan? Selama itukah aku terkapar di sini. Aku masih tidak bisa melihat apapun. Bahkan aku untuk menggerakkan tubuh saja sulit. Suaraku terasa hilang begitu saja. Akhirnya aku hanya bisa mengerang pelan untuk memberitahu orang tuaku kalau aku sudah siuman.Butuh banyak tenaga untukku memberikan sinyal pad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status