Share

81

Author: Dentik
last update Last Updated: 2024-11-06 21:03:10

Aku beringsut lebih dekat, karena penasaran dengan dua orang yang baru saja datang. Suara percakapan itu semakin jelas, dengan nada yang tegas dan penuh ancaman. Aku mataku menyipit dan menahan napas. Aku merasa akan terjadi sesuatu yang penting. Sebelumnya aku merekam memakai kamera biasa, kali ini aku ingin melakukan live streaming. Internet tiba-tiba tersambung di salah satu roater bunker. Tak ada sandi dan aku bisa membuka sosial mediaku. Segera kutulis caption. [Bantu rekam layar!]

Setelah memastikan rekaman di ponselku berjalan tanpa suara. Sosok di depanku mulai berbicara dengan nada penuh amarah dan kesombongan. Ku usahakan untuk melihat wajah mereka. Nahasnya jantungku seakan terhenti sejenak saat mengetahui orang itu. Mereka adalah Sony, ayah Wendy dan Ghiselle.

"Tanah Timur itu harus segera kita ambil alih," kata Sony dengan suara rendah. "Aiden memang bodoh jika berpikir tanah itu hanya sebidang lahan tak berarti. Padahal, semua harta karun dan kekayaan hewan langka ada d
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   82

    “Sayang sekali aku tidak bisa menghabisinya saat ada di jurang hutan ini. Sepertinya aku terlalu percaya diri,” kata Hendro, melirik Sony sambil tersenyum kecut. Alis Sony langsung tertaut rapat. "Siapa yang kamu maksud?""Dea," jawab Hendro sangat datar.Sony menendang salah satu kerangkeng hingga membuat hewan di dalamnya meraung keras. "Bukankah dia sudah mati diserang macan?"Hendro menggeleng. "Kalau memang diserang? Kenapa aku bisa bertemu dengannya saat di jurang itu. Apalagi tiba-tiba dia menghilang begitu saja.""Mustahil! Sebenarnya apa yang terjadi?"Hendro yang menyerangku di gerbang Wilayah Alam Pusaka segera menggeleng. Kali ini aku menyadari jika kedua orang itu memiliki selisih paham, sehingga Hendro yang membeberkan semuanya. Pria itu memilih diam, padahal saat bertemu ia mengincar pusakaku."Entahlah. Sekarang timku sedang mencari keberadaannya. Aku meminta mereka menyamar menjadi tim sar untuk mengelabui keluarga Aiden." Hendro mengusap tangannya yang baru saja diin

    Last Updated : 2024-11-06
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   83

    Tubuhku seketika menegang saat suara penjaga itu meneriakkan keberadaanku. Keringat dingin menetes di pelipis, dan detak jantungku semakin kencang. Aku tak punya banyak waktu. Genggamanku pada pusaka di tangan semakin erat, berharap benda ini bisa menjadi pelindung terakhirku.Langkah kaki berat mereka semakin mendekat. Aku tahu bahwa aku tak akan bisa berlari jauh dalam kondisi lorong yang penuh jebakan ini. Namun, tekad untuk membawa kebenaran ini ke dunia luar membuatku harus berpikir cepat. Tanpa membuang waktu, aku melihat ke sekeliling, mencoba mencari cara untuk kabur. Dinding batu di sebelah kiriku tampak tak rata, dengan beberapa celah yang mungkin bisa kugunakan untuk bersembunyi.Aku menghamburkan diri ke salah satu celah itu dan bersembunyi, menahan napas dan berusaha agar suara detak jantungku yang memburu tidak terdengar oleh mereka. Terdengar suara langkah mereka yang semakin dekat, dan kurasakan udara di sekelilingku menjadi semakin mencekam. Sementara itu, live-stream

    Last Updated : 2024-11-06
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   84

    Kupacu kakiku menyusuri lorong yang panjang ini. Tetesan air masih terdengar di tengah derap langkah kejaran dari anak buah Sony. Peluh kian deras membasahi tubuhku. Deru napas semakin berderu kencang tak bisa mengontrol diri.Suara dedaunan menandakan membuat diriku semakin bersemangat. Hutan ini berbeda dari Wilayah Alam Pusaka yang tadi kulihat, ini adalah hutan biasa, namun suasananya masih terasa mencekam. Cahaya matahari mulai pudar di balik pepohonan, meninggalkan sisa-sisa sinar yang redup, membuat hutan ini tampak semakin gelap. Aku tak tahu arah pasti ke mana aku berlari, tapi di belakangku beberapa orang berusaha melompat untuk menyeretku. Nahasnya, di sini ada banyak jebakan, dan mereka dijatuhi kerangkeng besar dari atas."Sial! Cepat tangkap wanita itu! Dia akan kabur lebih jauh!" teriak salah satu dari mereka. Ada tiga orang masung ke jeruji besi yang kutafsir itu adalah perangkap untuk menangkan hewan yang keluar dari Wilayah Alam Pusaka. Kugenggam erat ponsel dan slin

    Last Updated : 2024-11-07
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   85

    Aku masuk ke dalam mobil dengan penampilan lusuh bagai pemulung dadakan. Ponselku masih menyala segera kutaruh di dashboard. "Aku masih di dalam hutan. Sekang aku sudah di dalam mobilku. Entah siapa yang memindahkannya ke sini," ucapku seraya memasang sabuk pengaman.Selama itu aku melihat berbagai reaksi komentar yang berjalan sangat cepat. Aku tidak bisa membacanya, jadi aku akan langsung mengatakan informasi penting mengenai keberadaanku."Siapapun tolong jemput aku. Aku ada di hutan timur sekitar Surakarta." Aku mulai menyalakan mesin. "Doakan aku agar selamat sampai tujuan. Kalian sudah merekamnya kan? Aku sangat berterima kasih, karena kalian masih menonton live streamingku." Aku melihat botol minum di kursi penumpang. Rasanya aku sangat haus, tetapi kuurungkan niatku. Aku takut jika itu adalah minuman beracun, karena saat keluar dari mobil ini aku masih mengingat membawa botol minum satu-satunya. Jadi dapat dipastikan ini bukan minumanku."Tubuhku sangat lemas sekarang, tapi ak

    Last Updated : 2024-11-07
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   86

    Kesadaranku perlahan-lahan memudar, tenggelam dalam kegelapan yang tenang. Di antara rasa sakit yang menyayat dan rasa dingin yang menyeruak dari tubuhku, hanya satu hal yang masih bisa kurasakan dengan jelas genggaman tangan Aiden. Hangat, erat, dan penuh ketakutan. Di tengah rasa putus asa, genggaman itu seakan menjadi jembatan yang menahanku di dunia ini, meski hanya seutas benang yang rapuh.“Dea… bertahanlah. Kumohon,” bisik Aiden, suaranya terdengar bergetar, seakan menahan kesedihan yang tak tertahankan.Aku ingin merespons, ingin mengatakan bahwa aku mendengarnya, bahwa aku masih di sini. Tapi tubuhku seakan terperangkap, suaraku tenggelam dalam kegelapan yang semakin pekat. Segalanya terasa jauh, seolah aku telah berada di antara dua dunia. Rasa sakit perlahan menghilang, berganti dengan keheningan yang berat, dan dalam kegelapan itu, suara-suara sirene mulai memudar, jauh dan semakin jauh.Namun, di saat aku hampir menyerah pada keheningan itu, bayangan samar mulai muncul di

    Last Updated : 2024-11-08
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   87

    Ketika aku membuka mata, yang terlihat hanya cahaya samar di sekelilingku. Sisi kiri pandanganku gelap, terasa berat dan tertutup sesuatu. Kepalaku terasa berdenyut nyeri, seolah-olah baru saja melewati badai besar yang tak kunjung reda.Di sebelahku, terdengar suara lirih yang penuh kekhawatiran. “Dea, Nak, kamu sudah sadar?” tanya seseorang dengan lembut. sudah lama aku tak mendengarnya, itu adalah suara Ibuku, Nala. Aku berusaha menoleh, meski sedikit pergerakan saja membuat rasa sakit menyebar ke seluruh tubuh.“Ibu?” suaraku nyaris tak terdengar, seperti bisikan.Ibu segera menggenggam tanganku dengan lembut, mengusapnya dengan jari-jarinya yang gemetar. Matanya yang lembut menatapku dengan penuh kecemasan. Di sebelahnya, Ayahku, Wijaya, berdiri, menundukkan wajahnya yang terlihat lelah dan penuh penyesalan.“Iya, Nak. Ini Ibu. Kami di sini, semua baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir apa pun,” kata Ibu, berusaha terdengar tegar, meski nada suaranya bergetar.Ayahku, yang sel

    Last Updated : 2024-11-09
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   88

    Ibu menggenggam tanganku cukup erat. Ditambah suasana semakin dibuat waspada dengan kedatangan Mertuaku. Wanita paruh baya itu masuk ke ruanganku dengan langkah perlahan. Ibu menoleh sejenak ketika mama mertua masuk, wajahnya penuh ketegangan. Aku mengenali tatapan dingin tetapi cemas di wajah mertuaku, dia mencoba menyembunyikan emosinya di balik penampilan tegar.“Dea,” suara lembutnya terdengar di ruangan, penuh kecanggungan tetapi juga menyimpan sebuah arti. Mertuaku melangkah lebih dekat, pandangannya bergeser dari wajahku yang berbalut perban ke tangan ibu yang menggenggam erat tanganku.Aku mengangguk pelan, mencoba tersenyum meski sulit, menahan nyeri yang masih terasa di sekujur tubuhku. “Mama, terima kasih sudah datang.”Mama Rita terdiam sejenak, seolah mencari kata-kata yang tepat. Dia duduk di kursi di sebelah ranjang, pandangannya tak lepas dariku. “Dea, kami semua sangat khawatir. Kami tidak menyangka semua ini bisa terjadi.” Suaranya terdengar bergetar, dan tatapan taj

    Last Updated : 2024-11-10
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   89

    Setelah Mama Rita meninggalkan ruangan, keheningan menyelimuti sekitarku. Rasa nyeri yang masih tertinggal di tubuh membuatku sulit rileks. Namun, di balik ketidaknyamanan, pikiranku mulai dipenuhi pertanyaan yang belum terjawab. Aiden, masih berada di tanah Timur. Ada hal yang perlu dia selesaikan. Apa sebenarnya yang dia lakukan di sana? Apakah akhirnya dia mengetahui rahasia besar di balik rencana busuk Hendro dan Sony? Aku menggenggam selimutku dengan erat, mengenang semua yang kudengar dari rekaman rahasia yang kupublikasikan. Ketakutan di hatiku semakin menguat saat mengingat bagaimana Hendro dengan kejam mengatakan rencana mereka, bagaimana hewan-hewan malang itu diperlakukan, dan bagaimana komplotan Sony tidak hanya berencana mengambil tanah Timur, tetapi juga merusak hidup kami dengan cara yang sangat brutal.“Maafkan aku, Dea, karena membiarkan ini terjadi,” gumamku pelan, seolah menyalahkan diri sendiri karena tidak melihat tanda-tanda sejak awal.Namun, di tengah segala

    Last Updated : 2024-11-10

Latest chapter

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   END

    Dokter itu tertawa lembut, seolah ingin menenangkan kami. "Dea, hasil tes menunjukkan bahwa kamu hamil. Kamu berada dalam kondisi yang sangat baik, meskipun sempat mengalami mual dan kelelahan. Namun, jangan khawatir. Kondisi ini sangat normal, terutama jika ada perubahan fisik atau emosional."Aku terdiam, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Hamil? Aku hamil? Pikiranku terasa berputar. Tidak ada yang pernah menyebutkan ini sebelumnya, dan tentu saja, aku tidak pernah memikirkan hal ini."Aiden." aku berbisik, suaraku gemetar. "Aku hamil?"Aiden menggenggam tanganku lebih erat. "Iya, Sayang. Kamu hamil. Ini berita yang luar biasa, kamu jangan cemas. Kita akan menghadapinya bersama-sama."Aku terdiam, merasakan campuran perasaan yang sangat dalam. Di satu sisi, ada kebahagiaan yang tak terlukiskan, namun di sisi lain, aku merasa cemas. Bagaimana kami akan menjalani semua ini? Apa arti semua ini untuk kami? Dan yang terpenting, apakah kami siap dengan segala perubah

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   139

    Dengan langkah yang berat, Aiden menarikku pergi dari pinggir sungai yang seakan berusaha menahan kami. Aku bisa merasakan kekuatan Alam Pusaka yang menahan kami, seolah tempat ini tidak ingin kami pergi begitu saja. Suasana yang tadinya penuh keindahan kini terasa penuh dengan ancaman yang tak terduga. Namun aku percaya pada suamiku, dan aku tahu, ia tidak akan membiarkan aku terluka.Akhirnya, setelah perjuangan panjang, kami tiba di batas Alam Pusaka, tempat yang menjadi pemisah antara dua dunia. Keindahan yang dulu kurasakan kini perlahan memudar, digantikan oleh rasa lega yang datang saat kami kembali ke dunia manusia.Tiba-tiba, aku merasakan tubuhku sedikit lebih baik. Rasa mual yang semula mengguncang perlahan mulai hilang, dan aku bisa merasakan kembali kekuatan dalam tubuhku. Aiden melepaskan pelukannya, meskipun aku bisa merasakan ketegangan yang masih ada di tubuhnya."Kita sudah kembali," katanya dengan suara yang lebih tenang, namun masih terdengar kelelahan. "Tapi aku r

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   138

    Selama di Alam Pusaka. Aku bisa melihat keindahan yang tidak bisa kulihat selama di dunia manusia. Meskipun aku tidak bisa melihat Aiden secara jelas, setidaknya aku bisa melihatnya dalam bentuk bayangan. "Aku senang sekali melihatmu berlari dan menari seperti ini, Sayang. Ada perasaan sedih juga karena biasanya aku yang membantumu melakukan aktivitas sehari-hari. Di sini, kamu bisa melakukannya sendiri," ucap suamiku lembut, suaranya mengalir seperti aliran sungai yang jernih di depan kami, menenangkan sekaligus menghangatkan.Kami duduk di pinggir sungai yang indah, airnya yang jernih mengalir begitu tenang. Suasana ini begitu damai, dan aku merasa seolah dunia ini hanya milik kami berdua. Di sini, aku tidak merasa terbebani oleh keterbatasan penglihatanku. Alam Pusaka, dengan segala keajaibannya, memberiku kebebasan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku bisa merasakan udara yang lebih segar, aroma bunga yang jarang ditemukan di dunia manusia, dan setiap detik terasa begitu b

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   137

    Pagi itu, di ruang tamu yang hangat, suasana terasa berbeda. Aiden, suamiku duduk di depan keluarga besarnya, seakan hendak mengungkapkan sesuatu yang penting. Aku berada di sampingnya dengan tenang, meski tampak sedikit cemas. Keluarga sudah berkumpul, mendengar dengan penuh perhatian."Aiden, kamu tampaknya tidak seperti biasanya," kata Oma menyelidik situasi. "Ada apa? Kamu biasanya lebih ceria kalau bicara soal perusahaan."Aiden menarik napas dalam-dalam. "Aku dan Dea akan pergi berbulan madu," ucapnya dengan nada yang mantap, tetapi ada keraguan yang samar terbersit. Semalam kami sudah mengobrol, dan ia sempat mengungkapkan keresahan. Takut kalau tempat itu akan menstimulus traumaku. Namun, aku meyakinkannya. karena di sana aku bisa melihat pemandangan banyak hal karena diselimuti alam gaib. "Ke mana?" tanya Mama Rita, tertarik. "Ada tujuan spesial, Nak?""Alam Pusaka," jawab suamiku, membuat suasana hening seketika. Dea menundukkan kepala, berusaha menahan perasaan yang datang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   136

    Malam itu, suasana ruang makan sudah penuh kehangatan. Aroma makanan khas keluarga memenuhi udara, membuat perutku yang tadinya gelisah kini mulai terasa lapar. Semua orang sudah duduk di tempatnya masing-masing, berbincang dengan riang. Aku dan Aiden datang terakhir, menambahkan kursi di sisi meja untuk kami berdua. Mama Rita langsung tersenyum hangat melihat kami. “Akhirnya kalian datang. Kami sudah hampir mulai, loh.” Aiden membantu menarik kursiku dengan lembut, memastikan aku duduk dengan nyaman sebelum ia duduk di sebelahku. “Maaf, kami agak terlambat,” katanya dengan nada santai. “Dea tadi masih butuh waktu untuk bersiap.” Andre yang duduk di ujung meja, bercanda sambil tertawa kecil. “Ah, Aiden. Kamu makin romantis saja.” Semua orang di meja tertawa, kecuali aku yang hanya bisa tersenyum gugup. Rasanya sulit menyesuaikan diri dengan perhatian sebanyak ini. Namun, Aiden, yang sejak tadi menggenggam tanganku di bawah meja, memberiku rasa percaya diri. Setelah semua mak

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   135

    Aku terdiam sejenak, merasakan pipiku mulai memanas mendengar ajakan Aiden. Suaranya begitu lembut dan menggoda, tetapi ada sesuatu di dalamnya yang membuat jantungku berdebar lebih cepat.“Aiden,” panggilku pelan, berusaha menyembunyikan rasa gugupku. “Kamu tahu aku tidak terlalu suka dengan ide itu. Lagipula, aku belum terbiasa dengan semua ini.”Aiden tertawa kecil, lalu duduk di sampingku. “Sayang, aku tidak memaksamu. Aku hanya ingin membuatmu nyaman. Setelah semua yang kita lalui, aku merasa kita pantas menikmati momen yang tenang bersama.”Aku merasakan tangannya menggenggam jemariku dengan lembut, seakan memberikan kehangatan yang menenangkan. “Kita tidak harus buru-buru, Dea. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini, sepenuhnya untukmu.”Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk merespons. “Kamu terlalu manis, Aiden. Kamu bisa gendong aku?”Aiden terdiam sejenak, lalu aku mendengar tawanya yang lembut dan penuh kehangatan. “Tentu saja, Sayang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   134

    "Titik!" pekikku tak sadar. Makhluk halus yang hendak pergi itu langsung berbalik ke arahku."Raden Ayu!" kagetnya. Dia kemudian berteriak. "Woy! Dalbo! Raden Ayu bisa melihatku!"Dalam hitungan sekejap sosok yang panggil pun datang. "Benar Raden bisa melihat kami?""Benar, Dalbo. Bagaimana kabar kalian.""Kami semua baik, Raden Ayu," jawab Dalbo. "Yang dikatakan Kanjeng Ratu benar-benar terjadi," ujar Titik. Aku bisa melihat bagaimana ekspresinya. Namun tiba-tiba seseorang keluar dari kamar mandi."Aiden?""Iya, Sayang?" ia mendekat ke arahku. "Kenapa masih memanggilku dengan nama? Panggil Sayang dong." Kemudian hendak menciumku, tetapi segera kutahan."Apa kamu tidak malu dilihat mereka?" cegahku karena Dalbo dan Titik terperangah melihat kami."Mereka?""Titik dan Dalbo. Mereka sedang di sini kan? Bahkan mereka terkejut melihat kamu mau menciumku."Aiden bergeming. "Kamu bisa melihat mereka? Bukannya Ayah bilang kalau kamu bahkan tidak bisa melihat apapun termasuk dunia gaib?""Se

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   133

    Aku menenggak salivaku dengan paksa. Saling mencintai? Waktu seakan berhenti saat tebakan tersebut terlontar padaku. Sedangkan Aiden tampak enteng menjawab pertanyaan tersebut."Aku memang cinta sama De, Oma. Tapi belum tentu dengan Dea." Pria itu melepaskan keluhan hatinya yang kukira tak akan dibahas lagi.Ruangan mendadak hening setelah pengakuan Aiden. Nahasnya aku pun gugup, "A-aku..." Kalimat itu menggantung, rasa bingung menderai kepalaku."Kalau begitu, kamu harus berjuang lebih cerdas lagi Aiden," sahut Oma. "Begitu ya, Oma?""Iya dong, Aiden. Zaman sekarang kerja keras doang kan nggak cukup," kekeh Oma."Siap, Oma!" ucap Aiden yang langsung berdiri. Entah apa yang dia lakukan, tetapi semua orang tergelak karea dia. Saat gemuruh tawa mulai mereda, Oma bertanya padaku dengan lembut."Dea," panggilnya lembut penuh kasih."Iya, Oma?""Apa kamu nyaman bersama Aiden?" Aku terdiam sesaat. Pertanyaan tersebut terasa tak membebankan dibandingkan sebelumnya. "Nyaman, Oma.""Syukurla

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   132

    "Gausah pegang-pegang istriku. Pegang istrimu sendiri sana!" nyolot Aiden. "Yaelah. Jabat tangan doang," balas Andre. Sayangnya aku cukup terkejut saat orang lain memanggil namaku. "Hai, Dea. Sudah lama tidak bertemu." Kali ini suaranya terdengar lembut. Itu adalah Ghiselle. Perempuan yang sebelumnya memusuhi dengan terang-terangan. Namun, hari ini aku merasakan frekuensi yang cukup nyaman daripada pertemuan terakhir kami."Iya. Ghiselle." Baru saja menjawab, "Iya Dea. Ak-" ucapan wanita itu terputus karena Mama Rita memanggil kami untuk segera bergabung ke ruang makan."Ayo, De," ajak Aiden kembali membawaku berjalan tanpa tongkat. Langkah kakinya yang lebar sudah ia kontrol mengikuti langkah kakiku. Aku bisa merasakan perubahannya yang sebelumnya kikuk menjadi sangat santai hari ini. Sepertinya ia sudah sangat cocok menjadi relawan untuk orang tuna netra sepertiku. Dia bahkan bisa mengingat detail kecil keperluan sehari-hari. Banyak hal yang ia rubah agar menjadi tempat inklusi ba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status