Share

88

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-10 21:27:21

Ibu menggenggam tanganku cukup erat. Ditambah suasana semakin dibuat waspada dengan kedatangan Mertuaku. Wanita paruh baya itu masuk ke ruanganku dengan langkah perlahan. Ibu menoleh sejenak ketika mama mertua masuk, wajahnya penuh ketegangan. Aku mengenali tatapan dingin tetapi cemas di wajah mertuaku, dia mencoba menyembunyikan emosinya di balik penampilan tegar.

“Dea,” suara lembutnya terdengar di ruangan, penuh kecanggungan tetapi juga menyimpan sebuah arti. Mertuaku melangkah lebih dekat, pandangannya bergeser dari wajahku yang berbalut perban ke tangan ibu yang menggenggam erat tanganku.

Aku mengangguk pelan, mencoba tersenyum meski sulit, menahan nyeri yang masih terasa di sekujur tubuhku. “Mama, terima kasih sudah datang.”

Mama Rita terdiam sejenak, seolah mencari kata-kata yang tepat. Dia duduk di kursi di sebelah ranjang, pandangannya tak lepas dariku. “Dea, kami semua sangat khawatir. Kami tidak menyangka semua ini bisa terjadi.” Suaranya terdengar bergetar, dan tatapan taj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   89

    Setelah Mama Rita meninggalkan ruangan, keheningan menyelimuti sekitarku. Rasa nyeri yang masih tertinggal di tubuh membuatku sulit rileks. Namun, di balik ketidaknyamanan, pikiranku mulai dipenuhi pertanyaan yang belum terjawab. Aiden, masih berada di tanah Timur. Ada hal yang perlu dia selesaikan. Apa sebenarnya yang dia lakukan di sana? Apakah akhirnya dia mengetahui rahasia besar di balik rencana busuk Hendro dan Sony? Aku menggenggam selimutku dengan erat, mengenang semua yang kudengar dari rekaman rahasia yang kupublikasikan. Ketakutan di hatiku semakin menguat saat mengingat bagaimana Hendro dengan kejam mengatakan rencana mereka, bagaimana hewan-hewan malang itu diperlakukan, dan bagaimana komplotan Sony tidak hanya berencana mengambil tanah Timur, tetapi juga merusak hidup kami dengan cara yang sangat brutal.“Maafkan aku, Dea, karena membiarkan ini terjadi,” gumamku pelan, seolah menyalahkan diri sendiri karena tidak melihat tanda-tanda sejak awal.Namun, di tengah segala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   90

    Aku memandang Ayah dengan tatapan bingung, lalu mengalihkan pandangan ke dokumen yang disodorkannya. Ada sesuatu yang berat dalam raut wajahnya, seolah ia menahan rasa sedih yang mendalam.Perlahan, aku meraih dokumen itu. Jemariku menyentuh pinggiran dokumen itu, tetapi belum berani membuka isinya. Seolah ada sesuatu yang berat, menghimpit dadaku bahkan sebelum aku tahu apa yang tertulis di sana."Ayah, ini apa?" tanyaku pelan, suaraku nyaris berbisik, mencoba menahan rasa takut yang tiba-tiba menjalar.Ayah menghela napas panjang, matanya memandangku dengan sorot iba yang menyakitkan. Tak ada jawaban darinya. Terpaksa kulihat selembar dokumen itu. Kata-kata yang tertera di bagian atas langsung membuat napasku tercekat. "Surat Perceraian."Tenggorokanku terasa kering seketika, dan tangan yang menggenggam dokumen itu bergetar. “Ayah ini dari Aiden?” tanyaku, suaraku nyaris hanya bisikan.Ayah menunduk sejenak, menarik napas dalam, kemudian menggelengkan kepala. “Tidak, Dea. Ayah menem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   91

    Adikku Nio muncul dengan wajah tegang. Anak laki-laki yang sedang di masa pertengahan remaja itu memasuki ruangan dengan langkahnya gusar."Ayah. Mas Aiden, menemukan banyak hewan langka di sana. Mereka ingin berbicara dengan Kakak." Nio melirikku dengan kedua alis menurun dan dahi berkerut.Kulihat tangannya tremor memegang ponsel yang masih menyala. Ayah dan Ibu mendengkus. “Hewan langka?” tanyaku pelan, menatap Nio yang tampak tak tenang. “Maksudmu, di wilayah tanah Timur?”Nio mengangguk, matanya berkedip cepat, seolah menahan rasa takut atau cemas yang begitu besar. “Iya, Kak. Hewan-hewan itu semuanya langka dan terlihat terluka. Mas Aiden bilang ini bisa jadi bukti dari apa yang sudah Kakak katakan tentang perdagangan ilegal di wilayah itu.”Tanpa banyak pertimbangan lagi aku meminta adikku mendekat. Namun, ayah langsung menghalau. "Tandatangani surat itu terlebih dulu, Nak." Ucapannya sangat tegas, membuatku tak berdaya. "Ayah, tolong jangan seperti ini.""Yang dikatakan ayahmu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   92

    “Tidak, Ayah. Hanya aku yang tahu tempat itu dengan baik,” ucapku cepat, tanganku bergetar saat mencoba melepas jarum infus dari tangan. “Wilayah Alam Pusaka itu tempat yang tersembunyi, tidak bisa ditemukan begitu saja.”Ayah menatapku, wajahnya dipenuhi keraguan dan kekhawatiran. Ibu yang berdiri di belakangnya tampak ingin ikut menahanku. “Dea, kamu belum pulih. Apa kamu benar-benar yakin akan pergi ke sana dalam kondisi seperti ini?” tanya Ayah, nadanya penuh ketegasan yang lembut, tapi matanya memancarkan ketakutan.“Ayah, ini tentang nyawa. Mereka sudah terlalu lama disiksa di tempat itu. Aku tidak bisa duduk diam,” jawabku tegas, menatapnya dengan tatapan yang tak bisa digoyahkan.Nio yang berdiri di dekat pintu, mendengarkan perdebatan kami dengan ekspresi gelisah, tiba-tiba mendekat. “Ayah, biarkan Kak Dea pergi. Aku akan menemani Kak Dea, memastikan dia aman sampai di sana,” katanya dengan suara lantang, meski wajahnya tampak khawatir.Aku terdiam sesaat, tak menduga adikku

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   93

    “Ayah,” suaraku tercekat. Tanpa sempat berkata lebih lanjut, sosok itu tiba-tiba menoleh ke arahku dan tersenyum menyeramkan. Di tangannya tergenggam pusaka leluhur yang seharusnya Ayah bawa, dan aku baru menyadari jika Alam Pusaka belum tertutup sepenuhnya. Padahal aku sudah memperbaiki celahnya. Jadi, apa yang kurang?"Ayah. Sepertinya Alam Pusaka masih bocor. Kekuatanku belum memadai, makanya sosok itu muncul ke sini."Kami mendengar suara menggelegar di balik jendela. Pada saat yang sama pintu terbuka menampilkan Oma dan sesepuh yang memberiku pusaka beberapa waktu lalu. Ada Titik, Mbok Lastri, dan Dalbo di belakang mereka. Bahkan white yang menjaga kediamanku pun turut serta dalam rombongan mereka. "Nak, tugasmu belum selesai. Kamu harus secepatkan kembali ke Tanah Timur," ucap Oma dengan napas ngos-ngosan. Tongkat kayu yang ia pakai untuk menjaga keseimbangan seakan gagal melaksanakan fungsinya. Mama mertuaku menompang tubuh Oma yang akan limbung ke lantai. Sorot matanya tampak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   94

    "Biar aku yan mengurusnya, Raden segera pergi ke Tanah Timur." Sesepuh menghadang sosok besar itu, membuka jalan untukku menyusul Aiden.Namun, aku tak bisa begitu saja meninggalkan Sesepuh menghadapi sosok bayangan yang tampak semakin kuat itu sendirian. Hatiku berdebar kencang, tapi aku tahu bahwa misi ini harus segera kuselesaikan, dan semakin lama aku menunda, semakin besar bahaya yang mengintai Alam Pusaka.“Sesepuh, terima kasih,” gumamku lirih, memaksakan diri untuk bergerak maju. White melangkah di sisiku, seakan mengerti keinginanku. Sesepuh menoleh sejenak, tersenyum tipis menguatkan keberanianku. “Cepat, Raden Ayu. Jangan biarkan bayangan kegelapan ini menahanmu," ujar Titik yang iku menyemangatiku.Aku melangkah menuju jalan setapak yang membawa ke arah Tanah Timur, sementara gema suara pertarungan di belakangku semakin nyaring. Sosok bayangan itu mengeluarkan suara tawa menyeramkan membuat bulu kuduk meremang. Namun, tingkahnya tak menghentikanku, justru langkah kakiku te

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   95

    Aku menoleh cepat ke arah sumber suara itu, merasakan getaran yang menjalar melalui tanah hingga ke telapak kakiku. Retakan-retakan besar mulai muncul di permukaan tanah, seolah-olah ada sesuatu yang hendak muncul dari bawah sana. Aiden, Ayah, dan aku saling bertatapan, menyadari bahwa waktu kami semakin terbatas.“Aiden, kita harus bergerak sekarang,” bisikku mendesak, tak bisa lagi menahan rasa panik yang mendesak di dada.Aiden mengangguk, rahangnya mengatur kuat, aku bisa melihat ia menggertakkan gigi dengan kuat. “Ayo, kita menuju gerbang Wilayah Alam Pusaka secepat mungkin.”Aku memimpin langkah diikuti Aiden dan Ayah. White, harimau penjaga suamiku, berlari di samping kami dengan langkah hati-hati tetapi penuh waspada, cakarnya mencakar tanah dengan tajam. Sesekali, White menoleh, memperhatikan bayangan-bayangan hitam yang semakin mendekat dari belakang, seolah menjadi pertanda bahwa makhluk-makhluk asing itu semakin berani masuk ke wilayah kami.Ketika kami semakin dekat ke ar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   96

    Aku menoleh, dan hanya dalam hitungan detik, sebuah sosok bayangan menyerang dari belakang. Refleks, aku mengayunkan pusakaku ke arah sosok itu, menghasilkan kilatan cahaya yang membutakan. Sosok bayangan itu terdorong mundur, tetapi segera bangkit kembali, tak gentar dengan serangan balikku.Sementara itu, para pemangku adat bekerja cepat, mengarahkan hewan-hewan terakhir yang tersisa ke dalam gerbang. Namun, dengan setiap hewan yang melewati gerbang, kekuatan yang dibutuhkan untuk menahan gerbang tetap terbuka semakin besar. Napasku mulai tersengal, dan pandanganku terasa sedikit buram.Sesepuh mendekat, menatapku penuh kecemasan. “Raden Ayu, kamu sudah melakukan yang terbaik. Tinggalkan gerbang ini padaku, segera masuklah ke dalam. Ini saatnya kamu berlindung.”Aku menatap Sesepuh, menolak untuk menyerah. “Tidak, Sesepuh. Saya tidak bisa meninggalkan kalian di sini.”Sebelum Sesepuh bisa menanggapi, salah satu sosok hitam mendekat dengan kecepatan tinggi, mengangkat senjatanya dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11

Bab terbaru

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   END

    Dokter itu tertawa lembut, seolah ingin menenangkan kami. "Dea, hasil tes menunjukkan bahwa kamu hamil. Kamu berada dalam kondisi yang sangat baik, meskipun sempat mengalami mual dan kelelahan. Namun, jangan khawatir. Kondisi ini sangat normal, terutama jika ada perubahan fisik atau emosional."Aku terdiam, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Hamil? Aku hamil? Pikiranku terasa berputar. Tidak ada yang pernah menyebutkan ini sebelumnya, dan tentu saja, aku tidak pernah memikirkan hal ini."Aiden." aku berbisik, suaraku gemetar. "Aku hamil?"Aiden menggenggam tanganku lebih erat. "Iya, Sayang. Kamu hamil. Ini berita yang luar biasa, kamu jangan cemas. Kita akan menghadapinya bersama-sama."Aku terdiam, merasakan campuran perasaan yang sangat dalam. Di satu sisi, ada kebahagiaan yang tak terlukiskan, namun di sisi lain, aku merasa cemas. Bagaimana kami akan menjalani semua ini? Apa arti semua ini untuk kami? Dan yang terpenting, apakah kami siap dengan segala perubah

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   139

    Dengan langkah yang berat, Aiden menarikku pergi dari pinggir sungai yang seakan berusaha menahan kami. Aku bisa merasakan kekuatan Alam Pusaka yang menahan kami, seolah tempat ini tidak ingin kami pergi begitu saja. Suasana yang tadinya penuh keindahan kini terasa penuh dengan ancaman yang tak terduga. Namun aku percaya pada suamiku, dan aku tahu, ia tidak akan membiarkan aku terluka.Akhirnya, setelah perjuangan panjang, kami tiba di batas Alam Pusaka, tempat yang menjadi pemisah antara dua dunia. Keindahan yang dulu kurasakan kini perlahan memudar, digantikan oleh rasa lega yang datang saat kami kembali ke dunia manusia.Tiba-tiba, aku merasakan tubuhku sedikit lebih baik. Rasa mual yang semula mengguncang perlahan mulai hilang, dan aku bisa merasakan kembali kekuatan dalam tubuhku. Aiden melepaskan pelukannya, meskipun aku bisa merasakan ketegangan yang masih ada di tubuhnya."Kita sudah kembali," katanya dengan suara yang lebih tenang, namun masih terdengar kelelahan. "Tapi aku r

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   138

    Selama di Alam Pusaka. Aku bisa melihat keindahan yang tidak bisa kulihat selama di dunia manusia. Meskipun aku tidak bisa melihat Aiden secara jelas, setidaknya aku bisa melihatnya dalam bentuk bayangan. "Aku senang sekali melihatmu berlari dan menari seperti ini, Sayang. Ada perasaan sedih juga karena biasanya aku yang membantumu melakukan aktivitas sehari-hari. Di sini, kamu bisa melakukannya sendiri," ucap suamiku lembut, suaranya mengalir seperti aliran sungai yang jernih di depan kami, menenangkan sekaligus menghangatkan.Kami duduk di pinggir sungai yang indah, airnya yang jernih mengalir begitu tenang. Suasana ini begitu damai, dan aku merasa seolah dunia ini hanya milik kami berdua. Di sini, aku tidak merasa terbebani oleh keterbatasan penglihatanku. Alam Pusaka, dengan segala keajaibannya, memberiku kebebasan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku bisa merasakan udara yang lebih segar, aroma bunga yang jarang ditemukan di dunia manusia, dan setiap detik terasa begitu b

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   137

    Pagi itu, di ruang tamu yang hangat, suasana terasa berbeda. Aiden, suamiku duduk di depan keluarga besarnya, seakan hendak mengungkapkan sesuatu yang penting. Aku berada di sampingnya dengan tenang, meski tampak sedikit cemas. Keluarga sudah berkumpul, mendengar dengan penuh perhatian."Aiden, kamu tampaknya tidak seperti biasanya," kata Oma menyelidik situasi. "Ada apa? Kamu biasanya lebih ceria kalau bicara soal perusahaan."Aiden menarik napas dalam-dalam. "Aku dan Dea akan pergi berbulan madu," ucapnya dengan nada yang mantap, tetapi ada keraguan yang samar terbersit. Semalam kami sudah mengobrol, dan ia sempat mengungkapkan keresahan. Takut kalau tempat itu akan menstimulus traumaku. Namun, aku meyakinkannya. karena di sana aku bisa melihat pemandangan banyak hal karena diselimuti alam gaib. "Ke mana?" tanya Mama Rita, tertarik. "Ada tujuan spesial, Nak?""Alam Pusaka," jawab suamiku, membuat suasana hening seketika. Dea menundukkan kepala, berusaha menahan perasaan yang datang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   136

    Malam itu, suasana ruang makan sudah penuh kehangatan. Aroma makanan khas keluarga memenuhi udara, membuat perutku yang tadinya gelisah kini mulai terasa lapar. Semua orang sudah duduk di tempatnya masing-masing, berbincang dengan riang. Aku dan Aiden datang terakhir, menambahkan kursi di sisi meja untuk kami berdua. Mama Rita langsung tersenyum hangat melihat kami. “Akhirnya kalian datang. Kami sudah hampir mulai, loh.” Aiden membantu menarik kursiku dengan lembut, memastikan aku duduk dengan nyaman sebelum ia duduk di sebelahku. “Maaf, kami agak terlambat,” katanya dengan nada santai. “Dea tadi masih butuh waktu untuk bersiap.” Andre yang duduk di ujung meja, bercanda sambil tertawa kecil. “Ah, Aiden. Kamu makin romantis saja.” Semua orang di meja tertawa, kecuali aku yang hanya bisa tersenyum gugup. Rasanya sulit menyesuaikan diri dengan perhatian sebanyak ini. Namun, Aiden, yang sejak tadi menggenggam tanganku di bawah meja, memberiku rasa percaya diri. Setelah semua mak

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   135

    Aku terdiam sejenak, merasakan pipiku mulai memanas mendengar ajakan Aiden. Suaranya begitu lembut dan menggoda, tetapi ada sesuatu di dalamnya yang membuat jantungku berdebar lebih cepat.“Aiden,” panggilku pelan, berusaha menyembunyikan rasa gugupku. “Kamu tahu aku tidak terlalu suka dengan ide itu. Lagipula, aku belum terbiasa dengan semua ini.”Aiden tertawa kecil, lalu duduk di sampingku. “Sayang, aku tidak memaksamu. Aku hanya ingin membuatmu nyaman. Setelah semua yang kita lalui, aku merasa kita pantas menikmati momen yang tenang bersama.”Aku merasakan tangannya menggenggam jemariku dengan lembut, seakan memberikan kehangatan yang menenangkan. “Kita tidak harus buru-buru, Dea. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini, sepenuhnya untukmu.”Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk merespons. “Kamu terlalu manis, Aiden. Kamu bisa gendong aku?”Aiden terdiam sejenak, lalu aku mendengar tawanya yang lembut dan penuh kehangatan. “Tentu saja, Sayang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   134

    "Titik!" pekikku tak sadar. Makhluk halus yang hendak pergi itu langsung berbalik ke arahku."Raden Ayu!" kagetnya. Dia kemudian berteriak. "Woy! Dalbo! Raden Ayu bisa melihatku!"Dalam hitungan sekejap sosok yang panggil pun datang. "Benar Raden bisa melihat kami?""Benar, Dalbo. Bagaimana kabar kalian.""Kami semua baik, Raden Ayu," jawab Dalbo. "Yang dikatakan Kanjeng Ratu benar-benar terjadi," ujar Titik. Aku bisa melihat bagaimana ekspresinya. Namun tiba-tiba seseorang keluar dari kamar mandi."Aiden?""Iya, Sayang?" ia mendekat ke arahku. "Kenapa masih memanggilku dengan nama? Panggil Sayang dong." Kemudian hendak menciumku, tetapi segera kutahan."Apa kamu tidak malu dilihat mereka?" cegahku karena Dalbo dan Titik terperangah melihat kami."Mereka?""Titik dan Dalbo. Mereka sedang di sini kan? Bahkan mereka terkejut melihat kamu mau menciumku."Aiden bergeming. "Kamu bisa melihat mereka? Bukannya Ayah bilang kalau kamu bahkan tidak bisa melihat apapun termasuk dunia gaib?""Se

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   133

    Aku menenggak salivaku dengan paksa. Saling mencintai? Waktu seakan berhenti saat tebakan tersebut terlontar padaku. Sedangkan Aiden tampak enteng menjawab pertanyaan tersebut."Aku memang cinta sama De, Oma. Tapi belum tentu dengan Dea." Pria itu melepaskan keluhan hatinya yang kukira tak akan dibahas lagi.Ruangan mendadak hening setelah pengakuan Aiden. Nahasnya aku pun gugup, "A-aku..." Kalimat itu menggantung, rasa bingung menderai kepalaku."Kalau begitu, kamu harus berjuang lebih cerdas lagi Aiden," sahut Oma. "Begitu ya, Oma?""Iya dong, Aiden. Zaman sekarang kerja keras doang kan nggak cukup," kekeh Oma."Siap, Oma!" ucap Aiden yang langsung berdiri. Entah apa yang dia lakukan, tetapi semua orang tergelak karea dia. Saat gemuruh tawa mulai mereda, Oma bertanya padaku dengan lembut."Dea," panggilnya lembut penuh kasih."Iya, Oma?""Apa kamu nyaman bersama Aiden?" Aku terdiam sesaat. Pertanyaan tersebut terasa tak membebankan dibandingkan sebelumnya. "Nyaman, Oma.""Syukurla

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   132

    "Gausah pegang-pegang istriku. Pegang istrimu sendiri sana!" nyolot Aiden. "Yaelah. Jabat tangan doang," balas Andre. Sayangnya aku cukup terkejut saat orang lain memanggil namaku. "Hai, Dea. Sudah lama tidak bertemu." Kali ini suaranya terdengar lembut. Itu adalah Ghiselle. Perempuan yang sebelumnya memusuhi dengan terang-terangan. Namun, hari ini aku merasakan frekuensi yang cukup nyaman daripada pertemuan terakhir kami."Iya. Ghiselle." Baru saja menjawab, "Iya Dea. Ak-" ucapan wanita itu terputus karena Mama Rita memanggil kami untuk segera bergabung ke ruang makan."Ayo, De," ajak Aiden kembali membawaku berjalan tanpa tongkat. Langkah kakinya yang lebar sudah ia kontrol mengikuti langkah kakiku. Aku bisa merasakan perubahannya yang sebelumnya kikuk menjadi sangat santai hari ini. Sepertinya ia sudah sangat cocok menjadi relawan untuk orang tuna netra sepertiku. Dia bahkan bisa mengingat detail kecil keperluan sehari-hari. Banyak hal yang ia rubah agar menjadi tempat inklusi ba

DMCA.com Protection Status