Home / Romansa / Terperangkap Dalam Hubungan Gelap / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Terperangkap Dalam Hubungan Gelap: Chapter 41 - Chapter 50

92 Chapters

40. Tarik-Menarik (3)

21.35Pesta pernikahan telah selesai.Dalvin hendak langsung pulang ke rumah untuk beristirahat, karena besok dia harus bekerja banting tulang dari pagi hingga sore. Sayang, tubuh dan otaknya tidak mau diajak kerja sama akibat sensasi membakar di dada. Bagaimana bisa Biya berpura-pura tidak mengenal sepanjang sesi pernikahan Hana dilaksanakan?Perempuan itu hanya bicara serta tertawa bersama Gama. Sedangkan Dalvin? Diacuhkan. Bicara seperlunya saja—menunjukkan seolah mereka tidak pernah melakukan sebuah dosa di atas ranjang atau tempat-tempat lain.“Ce Biya, mau diantar pulang sekarang?”“Iya, eh, tapi gue ke kamar mandi dulu ya. Lo nunggu di lobby aja nggak papa kok.”&ld
Read more

41. Tarik-Menarik (4)

21.55 Gama tidak bisa mengalihkan pandang dari ponsel barang sedetik. Biya hanya membaca pesan-pesan yang terkirim, tapi sama sekali tidak mengirimkan balasan apapun. Maya juga sudah membantu menelepon perempuan itu. Di lobby hotel, tamu-tamu hotel sudah beranjak pulang walau memang masih tersisa beberapa yang bercengkrama, tertawa, dan melepas rindu dengan keluarga. “Biya nggak jawab,” Maya bersuara di tengah keramaian lobby. Dia menatap Gama yang kelihatan cemas dan juga kebingungan. “Apa gue naik lagi ke lantai atas dan cek kamar mandinya ya?” Lelaki itu menggelengkan kepalanya pelan dan tangannya bersiap mencegah Maya. “No, no, kasihan lo mondar-mandir—” “Gama?” Ucapan Gama terpotong oleh suara perempuan dan disusul oleh sosok itu. Dia tampak menawan di balik balutan dress merah maroon pendek tanpa lengan dan rambut tergulung rapi ke atas. Menampilkan leher jenjang nan putih yang menyegarkan mata. “Joanna?” Gama bersuara tak percaya. Maya melirik Gama dan Joanna bergantian.
Read more

42. Samar

23.34 Sesampainya di rumah, Dalvin melepas pakaiannya asal-asalan sebelum melangkah masuk ke dalam kamar mandi guna membasuh tubuh. Lelaki itu memejamkan mata kala membiarkan tubuhnya berada di bawah guyuran shower. Air hangat menyapa dengan bersahabat—seluruh rasa lelah serta jenuh mendadak hilang—tapi, tidak dengan pikiran mengenai Biya. Percakapan mereka sewaktu ada di hotel tadi sungguh membuatnya malu sendiri sekarang. Kenapa sampai segitunya pada perempuan yang dulu selalu dia hindari? Dalvin mengacak rambut basahnya frustasi ketika mengingat bagaimana reaksi Biya. Suara perempuan itu masih terngiang di benaknya. “Maksud Bapak … saya selamanya harus sama Pak Dalvin?” Sekarang ekspresi, gerak tubuh, serta aroma tubuh Biya yang perlahan menyerang Dalvin. Dalvin ingat jelas semuanya. Bagaimana Biya menatapnya kebingungan dan berniat mengambil langkah mundur; juga aroma parfum manis yang menguar ketika tubuh mereka tak berjarak. Tadi Dalvin tidak bisa menjawab. Oleh karenanya,
Read more

43. Momen dan Penjelasan (1)

23 Februari 2019 Semua hal menjadi rumit dalam hitungan hari usai datang ke pernikahan Hana. Circle Evan yang hobi menyebarkan gosip dari bibir ke bibir beraksi tanpa henti—bicara ketika jam kerja, istirahat, atau ketika liburan berlangsung. Mereka asik sekali membicarakan orang lain sampai lupa bahwa perasaan orang yang dibicarakan tak kalah penting. Biya berusaha mengangkat kepalanya tinggi-tinggi saat melangkah masuk ke gedung tempat kerja; menunjukkan bahwa dia masih percaya diri dan tak terpengaruh rumor itu walau dalam hati rasanya mau kabur. Ada juga beberapa rumor aneh mengenai Dalvin dan Gama. Rumor itu dibuat langsung oleh para perempuan fujoshi, yang artinya perempuan penggemar hubungan antara lelaki dengan lelaki. Mereka menikmati momen yang tercipta antara Dalvin dan Gama. Ada yang bilang, “Ihh! Pak Dalvin sama Pak Gama tuh cocok banget gila! Lo lihat nggak sih kemarin pas di pernikahannya Hana? Buset, mereka berdua sama-sama ganteng!” Sejujurnya, Biya super terkejut k
Read more

44. Momen dan Penjelasan (2)

«warning»***“Saya kangen kamu.” Biya meremas bahu lebar Dalvin saat hisapan lembut pada bibirnya sukses meluluh-lantakkan tubuh. Sudah beberapa hari Biya tidak merasakan ciuman ini. Dalvin sangat lihai melumat bibir atas dan bawahnya bergantian dibarengi lidah yang ikut menyelip masuk ke dalam mulut. Menimbulkan bunyi kecipak yang memenuhi tiap sudut mobil. Biya membalas ciuman itu. Ikut menghisap bibir Dalvin sampai sang empunya melenguh tertahan dan menekan tengkuk Biya. Memperdalam ciuman liar mereka. Ciuman itu berlangsung selama beberapa menit sebelum akhirnya Biya mendorong dada Dalvin. Menciptakan jarak kala mereka berdua mengais rakus oksigen. Biya menggelengkan kepala pelan, “Pak, ini di tempat kerja. Bahaya kalau ketahuan.” Dalvin jelas langsung memasang wajah super memelas pada Biya. Dia kembali mengikis jarak. Tangan kanannya menggenggam paha Biya yang terbalut oleh celana panjang jeans berwarna hitam. “Nggak bakal,” Dalvin jelas berusaha meyakinkan. Dalvin menyala
Read more

45. Momen dan Penjelasan (3)

19.00Biya mengenakan pakaian casual—baju hitam polos yang dirangkap outer berwarna krem serta celana jeans panjang berwarna biru cerah. Dia membiarkan rambutnya terurai. Kelihatan sungguh cantik di mata Gama yang baru saja datang beberapa menit lalu.Mereka bertemu di lobby bioskop di dalam mall. Kelihatan ramai. Banyak orang datang berpasangan, entah itu dengan kekasih atau circle sahabat masing-masing. Biya melambaikan tangan pada Gama; Gama menyunggingkan senyum kecil dan menganggukkan kepala samar."Sudah nunggu dari tadi?" Biya bertanya ramah. Berusaha keras menyembunyikan fakta bahwa dia masih merasa bersalah. Sudah berulang kali dia mengkhianati Gama yang kelewat baik."Oh, enggak," Gama menyahut lembut. Dia sudah memberikan Biya kesempatan kedua. Dia percaya jika Biya tidak akan melakukan hal keji di belakangnya lagi. Gama tahu itu merupakan sebuah hal naif yang patut dibilang 'bodoh'. Tapi, Gama juga terlanjur jatuh cinta. Gama juga percaya bahwa loyalitasnya akan menyakiti
Read more

46. Momen dan Penjelasan (4)

28 Februari 2019Hari ini merupakan hari terima gaji, tapi tak ada sumringah penuh suka cita dari Biya yang biasanya selalu heboh untuk membeli sesuatu secara online. Biya masih menggigit kuku jari kanan, menatap layar ponsel, dan berulang kali mengetik lalu menghapus—kelewat ragu serta malu ketika ingin mengirimkan pesan pada Gama yang sampai hari ini tidak memberi kabar.'Jangan-jangan dia tahu soal insiden di mobil?' Biya tidak bisa berhenti overthinking. Kedua kakinya bergerak resah dibarengi ekspresi cemas luar biasa. Kedua mata Biya berkaca-kaca, karena terus memikirkan hal yang sama. 'Tapi kalaupun tahu, tahunya juga dari siapa? Di tempat kerja nggak ada yang tahu. Aduh, pusing!'Biya menyesal. 'Apa sebenarnya dia masih marah dan malah jijik sama gue karena gue ketahuan main di belakang dia? Aduh, sudah pasti iya, lah!'Biya mengacak rambutnya sendiri sebelum menumpu kepala menggunakan satu tangan. Memejamkan mata frustrasi, berusaha mencari jalam keluar. Sudah lima hari Biya ti
Read more

47. Momen dan Penjelasan (5)

Biya pikir, Gama akan mengajaknya bicara di luar lobby dan tidak sampai keluar ke tempat seperti ini. Biya mengedarkan pandang ke segala sudut ruang dalam kedai es krim itu. Setiap sudut dihiasi warna krem serta cokelat kayu yang menghibur mata. Ada beberapa quotes-quotes berukuran besar di tembok dan aroma manis khas es krim menguar memenuhi indra penciuman."Ce, maaf ya tiba-tiba gue ngajak keluar."Kedai es krim itu sepi. Tak banyak pengunjung yang terlihat. Hanya ada beberapa anak SMA yang nongkrong bersama circle mereka dan dua orang lain yang pergi berkencan."Nggak papa."Biya menautkan jemari kikuk di bawah meja kayu selagi menunggu es krim datang. Dia tidak kuasa mempertahankan kontak mata dengan Gama yang menatapnya kikuk. 'Aduh,' Biya menggigit bibir bawah bagian dalam saat tak berhenti merutuk dalam hati.Mereka lagi-lagi bungkam selama beberapa menit sebelum es krim datang. Biya yang awalnya lemas, kini menjadi cukup bersemangat setelah melihat betapa menggiurkannya es kr
Read more

48. Panggilan Telepon

Biya berharap dirinya tak sejahat ini. Biya tak ingin mengecewakan orang lain, tapi tidak bisa melepas salah satu akibat mengutamakan kenikmatan duniawi. Perempuan itu bolak-balik berjalan layaknya setrika di dalam kamar saat berulang kali mengecek layar ponsel. Sudah berjanji pada Gama untuk dikenalkan pada Ibu.‘Apa gue tolak aja ya? Sekarang masih ada waktu.’Biya pernah merasakan patah hati, begitu juga dengan ayah dan kakak usai dia gagal menikah. Selama ini, Biya selalu berusaha memenuhi ekspektasi orang lain. Selalu berusaha menjadi perempuan baik-baik, karena dia bingung harus bersandar pada siapa. Dia memang bukan anak pertama, tapi beban yang dipikul terasa begitu berat usai Mama meninggal dunia.Biya membantu mengurus segala keperluan di rumah. Dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya dan tidak memiliki cukup waktu untuk bermain demi membantu ayah dan kakak. Biya ingin punya kebebasan yang tidak dia dapatkan dan sekarang keinginan itu sudah tidak bisa lagi tertampung dengan
Read more

49. Nasihat

20.35“Lancar sama Gama?”Maya memberikan sekaleng minuman soda dingin pada Biya sebelum duduk di sofa—tepat di samping perempuan itu. Dia membuka sebungkus keripik kentang yang dibeli di minimarket depan apartemen sebelum masuk ke kamar tadi. Mereka berdua menonton televisi yang menampilkan iklan-iklan produk pewangi ruangan.“Hmm, sudah baikan sih,” Biya menjawab pelan. Membuka kaleng soda itu lalu meminumnya. Canggung. Dia takut Maya tahu hal lain lagi. “Mau bicarain apa? Kok tumben serius banget?”Maya melipat kedua kaki di atas sofa, memakan keripik kentangnya, kemudian menoleh agar bisa menatap Biya yang tampak sedih. Maya sudah bertahun-tahun mengenal Biya, jadi bisa langsung tahu apabila temannya itu tak baik-baik saja.“Soal Gama aja sih,” Maya berceletuk ringan. Maya mengganti saluran televisi. Dia tak lagi menatap Biya ketika melanjutkan, “Gue tahu Gama mau ngenalin lo ke nyokapnya. Dia sempat bicara sama gue tadi sore sesudah lo pulang duluan.”Kedua alis Biya terangkat pe
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status