Home / Romansa / Sang Sekretaris / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Sang Sekretaris: Chapter 121 - Chapter 130

156 Chapters

Sampai Maut Memisahkan

Manik Aga tidak lepas menatap sang istri, yang baru saja keluar dari kamar mandi. Langkah pelan itu, lantas berhenti pada sisi tempat tidur kosong yang berseberangan dengan Aga. Sebelum Bening menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur, Aga lebih dahulu berceletuk.“Beb, bisa nggak bajunya pake yang agak panjangan?” Aga menahan napas, saat Bening menjatuhkan tubuh dengan perlahan di tempat tidur. Bagaimana tidak, jika gaun tidur berbahan satin nan tipis itu sangat menggoda hasrat Aga. Terlebih lagi, Aga sudah cukup lama tidak menyalurkan hal tersebut di tempat yang seharusnya.“Nggak bisa, panas.”“Ada AC.”“Tetep aja, aku nggak mau,” tolak Bening sudah merebahkan tubuh dan menarik selimut hingga sebatas dada. Memperlihatkan, seutas tali spaghetti yang masing betah tersampir di pundak. “Coba hitung, udah berapa lama aku tidur pake baju panjang di rumah sakit? Gerah banget tahu, nggak.”“Tapi, Beb—”“Pengeeen, yaaaa?” goda Bening menoleh pada Aga, sambil menaikturunkan kedua alisnya dan mena
Read more

Makan Aku Sekarang

Aga berdiri di depan Bening dengan bertolak pinggang. Menatap bubur kacang hijau yang penampakannya tidak jauh berbeda, seperti saat Aga meninggalkan sang istri untuk mandi. “Kenapa belum habis juga?” “Eneg.” Bening mengerucutkan bibirnya, sembari memutar-mutar sendok ke dalam bubur yang ada di dalam mangkuk. “Aku nggak suka bubur kacang hijau. Aku mau makan burger, Beb. Atau, hotdog. Atau, beliin mi—” “Bening!” Aga berseru lalu meraup wajahnya dengan cepat. “Kamu itu harus makan makanan yang bergizi. Dan yang barusan kamu sebut itu, semuanya junk food. Nggak baik, Beb.” “Aku boseen,” rengek Bening lalu menunduk, menatap enggan pada mangkuk yang ada di pangkuannya. “Coba hitung, berapa lama aku cuma makan makanan rumah sakit. Cheat daylah, Beb.” “No!” tolak Aga demi kesehatan sang istri, agar cepat pulih. “Ini bukan masalah kamu lagi diet, terus pake cheat day, tapi, ini semua karena kamu baru operasi dan biar cepat pulih.” “Nggak ada hubungannya.” Bening mencebik dan masih saja
Read more

Nggak Boleh

“Mau ikut turun?” tawar Aga saat mobilnya sudah berhenti di parkiran sekolah Awan.Saat Bening melihat beberapa orang tua yang juga menjemput anaknya di luar sana, ia pun menggeleng dengan pasti. “Nggak deh, entar jadi bahan gosip.”Karena Bening menolak keluar, maka Aga pun tetap memilih berada di dalam mobil. Menunggu rombongan murid-murid keluar lebih dahulu, barulah Aga menghampiri Awan seorang diri. Aga menurunkan kaca mobil hingga setengahnya, agar udara segar dari luar masuk ke dalam.“Kita mau cerita ke Awan, sekarang?” tanya Bening memiringkan posisi duduknya agar menghadap Aga.“Menurutku, lebih cepat, lebih baik.” Aga mengangguk dan setuju saja, jika harus memberi tahu semua hal sedari sekarang. “Kemarin, waktu aku bilang kalau mama sama papanya nggak akan bisa lagi tinggal sama-sama, dia sempat diam dan nggak mau sekolah.”“Aku bisa ngerti perasaan Awan, dan yang dia butuhkan sekarang cuma kasih sayang, perhatian, dan rasa aman.”“Rasa aman?” Aga yang sedari tadi memperhat
Read more

Janji

Bening menggigit ibu jarinya ketika Aga melajukan roda empatnya ke luar area sekolah. Sesekali melihat Awan, yang kerap terdengar menguap di kursi belakang. Bening yakin, kalau ada sesuatu yang mendoktrin Awan sehingga bisa punya pemikiran yang seperti itu. Atau, Awan mendengar beberapa cerita yang tidak menyenangkan, tentang ibu tiri yang kerap digambarkan secara negatif, seperti digambarkan di film-film.Sementara itu, Aga terlihat cukup tenang ketika Awan memintanya untuk tidak menikah lagi. Untuk satu hal itu, Bening merasa sedikit gemas dan rasanya ingin sekali memberi cubitan di lengan pria itu, jika saja tidak ada Awan bersama mereka.“Ngantuk, Wan?” tanya Aga memecah kesunyian di dalam mobil. “Mau mampir makan dulu, atau dibawa pulang aja?”Awan kembali menguap sebelum memberi jawaban pada sang papa. “Di bawa pulang aja, tapi pulangnya langsung ke tempat papa.”“Kalau gitu kita pulang ke rumah mamamu dulu ambil baju ganti, sama buat sekolah besok.”Awan meletakkan tas sekolahn
Read more

Terlalu Kolot

“Belajar apa, Wan?”Bening membawa satu porsi sate dari dapur, lalu duduk bersila di sofa panjang, yang berada di belakang Awan. Bocah tampan itu, tengah sibuk bertelungkup pada karpet yang berada di depan televisi. Di hadapan Awan, sudah berjajar beberapa buku yang tampaknya sudah dibaca oleh bocah itu.Aga sampai harus memindahkan meja persegi yang berada di sana, karena Awan lebih senang bergulung-gulung di bawah, daripada duduk anteng di kursi.“Tematik,” jawab Awan sambil menopang wajah dengan kedua tangan.“Bisa?”“Bisaa.” Awan lantas menutup buku yang dibaca, lalu membalik tubuhnya. Awan menatap Bening, dengan kedua telapak tangan yang ia satukan di atas perut. “Kenapa papa lama betul, nggak pulang-pulang?”“Papamu cuma di bawah, ketemu sama om Bimo,” ujar Bening sambil mengunyah satenya. “Bentar lagi juga balik.”Bening melihat bibir Awam mencebik ke arahnya. Ia masih menebak-nebak, apakah Awan menyukainya atau tidak. Namun, sejauh ini bocah itu masih bersikap seperti biasanya
Read more

Sudah Siap

Pagi itu, Aga terbangun ketika matahari sudah terasa terik. Bahkan, Aga harus mengerjap beberapa kali ketika hendak membuka mata, untuk menyesuaikan bias sinar yang masuk ke dalam indra penglihatannya.Tatapan Aga lantas turun pada perutnya. Ada sebuah kaki kecil melintang di atas sana, dan sudah bisa dipastikan kalau itu adalah Awan. Aga menoleh ke samping, dan sudah tidak mendapati Bening ada di sana. Sepertinya, gadis itu sudah bangun dari tidurnya, atau, Bening mungkin sempat terbangun, lalu memutuskan untuk pindah ke kamarnya. Tampaknya, pagi ini Awan benar-benar tidak akan masuk sekolah. Semua ini karena mereka bertiga sibuk membicarakan banyak hal, hingga malam terus beranjak larut. Sungguh, semua itu adalah sesuatu yang tidak pernah Aga lakukan sama sekali, bersama Awan dan Vira dahulu kala. Sesuatu yang menurutnya sedikit menyimpang, karena dilakukan pada hari aktif sekolah. Alhasil, Aga harus menciptakan sebuah alasan bagi guru Awan di sekolah, karena putranya masih tampak
Read more

Panggil Aja, Mimi

Arum membuang napas panjang saat pertama kali melihat Bening. Gadis yang menjadi istri kedua putranya itu, ternyata jauh lebih muda daripada Vira. Selain itu, penampilan Bening yang begitu segar dan pembawaannya yang ceria, mungkin menjadi salah satu alasan Aga tetap bertahan dengan gadis itu.Menurut Arum, Bening itu cantik dan mengingatkannya dengan seseorang. Namun, hal itu belum cukup membuat hati Arum tergugah sedikit pun. Ia masih curiga, kalau Bening adalah selingkuhan Aga selama gadis itu masih bekerja bersama putranya. Bening terus mendekati Aga, sampai akhirnya pria itu tergoda dan bercerai dengan Vira.Lantas, satu hal lagi yang membuat Arum heran. Mengapa Awan bisa langsung terlihat akrab dengan Bening?Melihat hal tersebut, jelas saja kecurigaan Arum semakin besar saja.“Jadi, kalian berdua kenal waktu Aga pindah jadi pemred di SM?” tanya Arum meskipun sudah tahu semua hal itu. “Kamu sekretarisnya Aga, begitu?”“Sekretaris redaksi, Bu,” ralat Bening berusaha mengatur det
Read more

Jangan Sampai Keterusan

“Beeeb.”Akhirnya, Bening memiliki waktu berdua dengan Aga setelah Awan masuk ke kamarnya untuk tidur siang. Selain tidak masuk sekolah, Awan juga tidak akan pergi les seperti biasanya. Putra Aga itu, benar-benar menikmati harinya dengan bersenang-senang bersama papa dan ibu sambungnya.Begitu Aga menutup pintu kamar mereka, Bening langsung melingkarkan kedua tangannya dengan manja pada tubuh Aga. Bening mengangkat wajah, lalu mencebikkan bibirnya ketika menatap sang suami.“Hm?” Aga pun balas mengalungkan tangan ke tubuh sang istri. “Istirahat, biar kamu nggak kecapekan.”“Padahal aku nggak mau dipanggil Mimi,” protes Bening dengan menghentak kakinya geregetan. “Tapi mama kamu itu, main serobot aja.”“Terus mau dipanggil apa?”“Mommy!” seru Bening lalu memanyunkan bibirnya pada Aga. “Lucu, kan? Seperti anak-anak bule kalau manggil mamanya.”“Kenapa nggak langsung ngomong tadi?” Aga menghela heran, melihat sikap Bening yang lebih terlihat kalem ketika berada bersama orang tuanya. Beni
Read more

Nggak Pake Lama

Manik Awan berkeliling menatap luas halaman rumah yang didatanginya pagi ini. Memandang takjub, karena ada sepetak kecil halaman khusus untuk bermain basket. Ada sebuah ring basket yang terpaku pada satu sisi dinding tembok yang menjulang cukup tinggi, dan Awan tidak lepas memandangnya sejak ia keluar dari mobil.“Papa, aku mau punya rumah yang ada lapangan basketnya!” tunjuk Awan pada sepetak tanah yang ada di sudut halaman rumah.“Minta sama Mimi.” Aga melirik Bening yang langsung cemberut saat mendengar panggilan yang dilontarkan Aga.“Panggil mommy, ya, Wan!” ralat Bening dengan segera. “Jangan mimi.”Aga menghampiri Bening lalu merangkulnya. Sedikit menunduk, untuk berbisik di telinga sang istri. “Mommy itu, pasangannya daddy. Kalau papa sama mimi, masih masuk ajalah, Beb.”“Ya udah, Awan suruh ganti aja manggilnya jadi Daddy.”“Mi,” panggil Awan menyela pembicaraan sepasang suami istri itu, sekaligus tidak menggubris keduanya karena sibuk menatap lapangan basket di depannya. “Ak
Read more

Lebih Baik Pulang

Pagi itu, seluruh keluarga benar-benar terlihat lengkap. Mereka semua berada di ruang tamu, dan mengambil posisi masing-masing pada sofa, serta kursi tambahan yang dibawa oleh sang asisten rumah tangga.Bening menatap wajah-wajah yang memasang senyum di depannya satu per satu. Sementara dirinya sendiri, sedari tadi hanya menampilkan wajah datar dan tidak ingin berpura-pura bahagia dengan pertemuan ini.Namun, hati Bening memang sedikit … hanya sedikit bergetar ketika melihat Camila. Wajah pucat wanita tua itu, sungguh mengingatkan Bening pada mendiang Sinta. Untuk yang satu ini, Bening percaya kalau tidak ada drama yang terjadi. Kesehatan wanita tua yang harus Bening panggil dengan sebutan oma itu, sepertinya memang menurun.Sekilas, Bening menatap tajam pada kedua adik tirinya, yakni Fika dan Dean. Di dalam hati kecilnya, Bening selalu menyalahkan mereka berdua atas nasib yang menimpanya selama ini. Mengapa kehidupan kedua orang itu sedari kecil selalu berselimut bahagia, sementara B
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status