Home / Romansa / Sang Sekretaris / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Sang Sekretaris: Chapter 111 - Chapter 120

156 Chapters

Kesempatan

“Aga …” Setelah memanggil putranya, Arum kemudian mengetuk pintu kamar lalu membukanya. Menahan nampan dengan satu tangan, dan menumpu sisi lainnya di pinggang, Arum kemudian masuk lalu kembali menutup pintu. Ia menghampiri Aga yang masih terbaring di atas tempat tidur, lalu meletakkan nampan tersebut di atas nakas terlebih dahulu.Arum duduk di tepi ranjang, kemudian menghela. Mengusap bahu Aga yang tidur bertelungkup dengan lembut, lalu kembali memanggil nama sang putra. “Ga, sudah siang. Ayo makan dulu. Kamu belum makan dari semalam.”Aga tidak merespons. Ia masih terdiam, tanpa bergerak sedikit pun.“Kalau kamu memang nggak mau makan, ayo! Mama temani mulai hari ini,” ujar Arum melihat keterdiaman Aga. Ia tidak mengerti, apa yang terjadi pada Aga. Putranya itu, bahkan sudah tidak pernah pergi ke kantor dan selalu ada di rumah setiap harinya. Hal itu dilakukan Aga, sejak putusan cerainya dengan Vira disahkan di pengadilan. Jika Aga memang tertekan dengan hal tersebut, bukankah putr
Read more

Berbahagialah

Tubuh Aga mematung di bibir pintu. Tepat di depannya, Aga melihat seorang wanita yang pernah Bening katakan sebagai ibu kandungnya. Wanita itu, sedang duduk bersandar pada ranjang pasiennya dengan mata yang terlihat bengkak. Tidak perlu dipertanyakan lagi, Aga sudah bisa menebak, apa yang telah dilakukan Bening selama gadis itu menghilang dari peredaran.Kaki Aga lemas seketika. Namun, ia berusaha menguatkan diri dengan segera berpegangan pada bingkai pintu.Bening pasti telah melakukan operasi seorang diri, dan terjadi sesuatu pada gadis itu. Aga berusaha mengenyahkan semua pikiran buruk yang berterbangan di dalam kepalanya, tapi tidak kunjung bisa.“Di mana Bening?” Aga tidak ingin berbasa basi. Yang ia inginkan saat ini hanyalah, bertemu dengan Bening seorang. “Kamu—”“Suami Bening!” Aga memutus ucapan seorang pria, yang baru saja berdiri dari tempat duduk yang berada di samping ranjang pasien. Aga bisa memastikan, kalau pria itu adalah Romi. Pria yang sama, yang pernah ia jumpai
Read more

Akhir Cerita Kita

Seumur hidupnya, Aga tidak pernah berada di posisi seperti detik ini. Akhirnya, Aga bisa mengerti apa yang selama ini dirasakan oleh Bening. Sebuah rasa kehilangan, frustrasi, sekaligus putus asa yang sama sekali tidak bisa Aga jabarkan dengan satu kata pun. Melebihi rasa kosong, dan juga hampa yang belakangan ini selalu menyelimuti dirinya.Di hadapan Aga, tengah terbaring seorang gadis yang sudah membawa separuh jiwanya pergi. Tidak pernah terbayang di benak Aga, jika kehilangan sosok Bening di sisinya, bisa membuat jiwanya jatuh terpuruk seperti sekarang.Entah sudah berapa kali, Aga mengusap sudut matanya yang selalu basah tanpa terasa. Rasa sakit itu, benar-benar begitu nyata. Menusuk erat hingga terasa menembus dada.“Apa kata dokter, Pak?” tanya Aga sembari menggenggam erat jemari Bening, seolah tidak ingin melepasnya sampai kapan pun.Romi menggeleng. “Nggak ada komplikasi apapun, dan semuanya baik-baik aja. Tapi … seperti yang kamu lihat, Bening masih seperti itu sejak operas
Read more

Bangunlah

Hal pertama yang Aga lakukan setelah mengetahui kondisi Bening dari dokter ialah, meminta pengacaranya untuk mengurus semua hal terkait pengesahan pernikahannya dengan gadis itu. Aga memasrahkan semua hal pada Sisil, dan ia hanya mau terima beres dengan menerima buku nikah di akhir prosesnya.Setelah itu, Aga akan mulai bercerita, dan mengenalkan Bening kepada keluarganya. Mau diterima atau tidak, Aga sudah tidak memedulikan hal tersebut. Aga akan berbicara dengan jujur pada orang tuanya, dan pelan-pelan akan ‘mendekatkan’ Awan dengan Bening. Walaupun, kondisi gadis itu masih tidak bisa diramalkan sama sekali.Aga juga yakin sekali, kalau Bening sebenarnya mampu mendengar semua hal yang telah diutarakan olehnya. Hanya saja, Aga sepertinya harus lebih bersabar dan berjuang untuk membangkitkan jiwa yang sudah ‘mati’ itu.Meskipun yang dialami Aga tidak seberat Bening, tapi ia sudah bisa merasakan bagaimana rapuhnya hati istrinya itu selama ini. Oleh sebab itu, Aga sudah berniat untuk se
Read more

What's Done, is Done

Sekali lagi, Aga melukis senyum kecil di wajahnya. Memandang sepasang buku nikah, yang sudah diberikan Sisil beberapa waktu yang lalu. Di dalam sana, sudah tertulis nama lengkap Bening dan Aga dengan jelas. Itu artinya, akhirnya mereka berdua sudah resmi menikah secara hukum dan diakui oleh negara. Aga memasukkan kedua buku tersebut, kembali ke dalam laci dashboard mobilnya. Menghela sejenak, saat memandang rumah kedua orang tuanya. Sejak hari itu, Aga memang tidak pernah pulang ke rumah orang tuanya sama sekali. Hidupnya, hanya berkisar antara rumah sakit, apartemen, dan menjemput Awan di sekolah. Ketika Arum ataupun Ernest meneleponnya, Aga hanya menjawab mereka seperlunya saja. Aga masih menunggu, sampai pernikahannya dengan Bening sah secara hukum, agar kedua orang tuanya sudah tidak bisa berbuat apapun lagi. Aga keluar dari mobil yang hanya ia parkir di depan pagar. Setelah bertemu Sisil untuk mengambil surat nikahnya, Aga sebenarnya ingin segera pergi ke rumah sakit dan menga
Read more

Seperti yang Kamu Mau

“Ohh, Bapak di sini?” tanya Aga ketika memasuki kamar yang ditempati oleh Bening. Ia melihat Romi bersama seorang wanita tua, yang tengah duduk pada kursi besi di samping ranjang pasien. Aga menghampiri kedua orang tersebut dan menyalami mereka satu per satu.“Beliau Oma Camila, Omanya Bening. Ibunya istri saya.” ujar Romi memperkenalkan wanita tua tersebut pada Aga. Manik Romi pun menyipit ketika melihat memar di wajah Aga. Ia yakin sekali kalau tadi malam, memar tersebut tidak ada di pipi kiri pria itu. Namun, sudahlah. Romi tidak ingin membahas hal tersebut di depan Bening.“Ohh, saya Aga, Oma, suami Bening.”Camila tersenyum kecil sembari menyambut uluran tangan Aga, ketika memperkenalkan diri. “Romi bilang, pernikahan kalian sudah sah secara hukum.”Aga mengangguk tanpa ragu, untuk menunjukkan sedikit kebahagiaan yang akhirnya bisa ia bagi. “Iya, saya baru ambil buku nikah sama pengacara saya.”Setelah menjabat tangan Aga dan mendengar pernyataan pria itu, Camila lantas menggengg
Read more

Tinggal Tunjuk

“Semuanya normal,” ujar sang dokter memberi tahu setelah melakukan pemeriksaan dengan seksama, dan melihat respons Bening yang baru saja membuka mata. “Kita tinggal tunggu perkembangannya untuk beberapa hari ke depan.”“Terima kasih, Dok,” ujar Aga tidak bisa menyembunyikan buncahan rasa bahagianya. Akhirnya setelah penantian yang menurutnya sangat panjang, gadis yang sudah menjadi istri sahnya itu telah sadar.Aga pun segera duduk pada kursi yang selalu ada di samping ranjang pasien, setelah sang dokter dan perawat kembali keluar dari ruangan tersebut. Ia menarik kursinya lebih rapat lagi, agar semakin dekat dengan gadis itu.Aga sampai tidak sanggup mengatupkan kedua bibirnya, karena terlalu bahagia dengan apa yang dilihatnya saat ini. Aga pun meraih tangan Bening dan memberi kecupan berkali-kali di sana, karena masih belum percaya kalau semua ini adalah nyata.“Kamu mau apa, Ning?” tanya Aga dengan binar bahagia yang tidak lepas dari sorot matanya. “Mau makan apa?”Sudut bibir Beni
Read more

Sekretaris Pribadi

Setelah pertemuannya dengan Bimo selesai, Aga kembali menghampiri Bening yang sedari tadi hanya merebahkan diri sembari menonton televisi. Aga duduk di tepi ranjang, lalu meraih tangan Bening dan memberi satu kecupan di sana.“Sorry kalau mengganggu istirahatmu.”Bening dengan posisi separuh duduk dan bersandar itu menoleh malas, dengan wajah datar. Banyak hal yang ingin disampaikannya kepada Aga, tapi, tubuhnya seolah masih terlalu lelah untuk mengungkapkan itu semua. Di sudut hati, Bening masih menyesalkan, mengapa Tuhan masih memberi kesempatan pada dirinya untuk membuka mata. Padahal, banyak doa yang ia panjatkan, untuk meminta Tuhan segera mengambilnya dari hiruk pikuk kepalsuan dunia.Bodoh.Namun, hanya hal tersebut yang saat itu ada di kepala Bening. Ia benci dengan semua hal mengenai dirinya, dan sudah berada di titik jenuh dalam menjalani hidup. Akan tetapi, garis takdir berkata lain, kendati meskipun membutuhkan waktu lebih lama, akhirnya Bening kembali sadar.“Hmm.” Akhirn
Read more

Nama Baik Keluarga

Langkah Aga terhenti sekitar lima meter dari meja yang dituju, ketika melihat ada seorang wanita yang ternyata ikut menemani sang papa siang ini. Ia mengusap wajah sebentar, lalu membuang napas panjang sembari kembali melangkah menuju meja tersebut.Aga menarik kursi tepat di depan Ernest, sambil melihat sang mama lebih dulu, sebelum meletakkan bokongnya di sana.“Bukannya ini empat mata?” tanya Aga meminta penjelasan pada Ernest. “Kenapa Papa bawa Mama juga?”“Kamu keberatan Mama ada di sini?” sambar Arum lalu berdecak menatap putranya. “Mama bukan orang lain, jadi jangan durhaka jadi anak.”Aga menyentak alisnya begitu tinggi untuk melihat Ernest yang hanya balas memandang datar. Tidak punya pilihan lain, Aga akhirnya siap jika hari ini harus dihakimi oleh kedua orang tuanya.“Jadi … Mama sama Papa sudah dengar sendiri, kan, masalah yang ada di dalam rumah tanggaku sama Vira.” Satu bahu Aga lantas mengendik. “Dan, karena itulah aku nggak akan pernah lagi mau masuk ke lubang yang sam
Read more

Satu Bulan

“Yakin nggak mau pake kursi roda?” tanya Aga sudah menyampirkan tas ransel Bening di punggungnya. Bersiap pulang, karena kondisi sang istri sudah pulih dan bisa kembali ke apartemen. Akhirnya, Aga bisa tidur dengan tenang dan bebas di apartemen mereka seperti sedia kala. Tidak lagi harus berbagi ranjang sempit, hanya untuk tidur memeluk sang istri.Dengan bibir yang mengerucut, Bening menggeleng perlahan. Ia menyambut tangan Aga dan menggamitnya. Bening berjalan keluar ruang, yang tidak ingin lagi jumpai di sisa hidupnya. “Jalan aja pelan-pelan.”“Masih nggak mau ketemu sama keluargamu?” Aga kembali mengajukan pertanyaan ketika mereka sudah berjalan di koridor rumah sakit.Sejak kembali sadar, Bening memang masih enggan menemui keluarganya. Aga sudah menyampaikan hal tersebut kepada Romi, dan meminta mereka untuk tidak menghubungi Bening untuk sementara waktu. Mungkin, sampai kondisi mental atau jiwa Bening kembali stabil.Aga tidak ingin, kehadiran salah satu anggota keluarga Bening
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status