Home / Romansa / Sang Sekretaris / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Sang Sekretaris: Chapter 91 - Chapter 100

156 Chapters

Harus Janji

“Deehh, yang mau ketemu mantan istri,” sindir Bening yang baru masuk ke dalam kamar, setelah mengambil satu botol air mineral dari lemari pendingin yang ada di mini pantry. Aga sudah terlihat tampan, dengan pakaian kasualnya seperti biasa hingga membuat pria itu sungguh terlihat lebih muda dari usianya.“Cemburu?” tanya Aga sembari memakai jaket kulit berwarna hitamnya.“Nggak.” Dengan semua rasa percaya diri yang dimiliki oleh Bening, tentu saja kali ini ia sudah tidak merasa cemburu dengan Vira. Bening memang pernah berada di satu titik terendah di dalam hidupnya dan sempat melakukan percobaan bunuh diri. Akan tetapi, setelah Tuhan memberikan kesempatan kedua untuk kembali melihat dunia, ternyata semua tidak seburuk prasangka yang pernah tercipta di kepalanya.Hadirnya Aga, bena
Read more

Tunggu Kabar Baiknya

Setelah diberi nasihat panjang lebar oleh istri barunya, Aga tidak langsung pergi rumah Vira, sesuai yang dijanjikan sebelumnya. Ia mendapat telepon dari kantor, dan mau tidak mau Aga harus membelokkan roda empatnya ke sana terlebih dahulu.Untuk agenda dadakannya itu, tentunya Aga terlebih dahulu memberitahukannya kepada Vira, karena ia akan datang terlambat.Setelah sekitar satu jam Aga menyelesaikan urusannya di kantor, barulah ia pergi ke tempat Vira. Di tengah perjalanan, Aga mendapat sebuah chat dari sang istri, yang mengatakan hendak pergi ke sebuah klinik untuk melakukan suntik vitamin. Hal tersebut juga sudah Bening katakan, sebelum Aga pergi meninggalkan unitnya.Sebuah senyum mengembang di bibir Aga. Ini kali pertama baginya, mendapat sebuah kabar dari sang istri yang hendak pergi keluar. 
Read more

Percuma

“Ayo masuk,” ajak Vira setelah mobil yang ditumpangi mertuanya dan Awan sudah berlalu dari pandangan. Vira lebih dulu berbalik dan berjalan pelan menyusuri carport, lalu masuk ke dalam rumah. Akan tetapi, langkah Vira terhenti ketika baru melewati ruang tamu. Ia merasa kalau Aga tidak mengikutinya masuk ke dalam rumah, sehingga Vira kembali berbalik dan keluar. “Kenapa malah duduk di sini?” tanya Vira yang kecewa karena Aga justru duduk dengan santai di kursi teras. “Aku hari ini masak sup ayam kesukaan kamu.” Untuk urusan memasak, kemampuan Vira memang tidak perlu diragukan lagi. Dahulu kala, pada awal-awal menikah dan karir Vira belum menanjak seperti sekarang, Vira masih bisa menyempatkan diri memasak untuk Aga. Namun, semenjak Vira mulai terkenal dan jasanya mulai dipakai oleh orang banyak, hal tersebut sudah
Read more

Keinginan Aga

Aga menatap langit siang melalui jendela kaca yang terbentang luas di ruang tamu. Ia berbaring di atas karpet bulu yang sangat lembut, bersama Bening yang kembali menjadikan tangan Aga menjadi bantal.“Aku bisa pulang setiap hari, kalau disuguhi makan siang seperti ini terus-terusan.”Bening yang memakai jaket kulit Aga untuk menutupi tubuh polosnya, tertawa. “Maruk! Nggak lama, lecet kalau dipake terus-terusan.”“Bisa lecet?” Aga yang tidak mengenakan apapun untuk menutup tubuhnya itu, balas tertawa untuk meledek Bening. “Kalau basah sepertinya nggak akan lecet, cuma … jalanmu aja yang mungkin sedikit berubah.”"Engaak." Bening masih saja melanjutkan tawanya untuk menolak permintaan terselubung Aga. Dengan begini, B
Read more

Jangan dikunci

Aga menggeram seketika, saat ponsel miliknya berdering sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Padahal, suasana intim di antara mereka barusan, merupakan waktu yang tepat untuk menyatakan keinginannya. Namun, apa mau dikata kalau benda persegi yang tergeletak di sudut sofa akhirnya menjerit dan mau tidak mau Aga harus mengangkatnya.Tangan panjang Aga terjulur untuk menjangkau benda canggihnya yang masih tampak bergetar. Meraihnya, lalu kedua alis Aga pun terangkat tinggi karena nama yang tertera di sana.Bening ikut melirik, dan membaca nama ‘Mom’ di sana.“Mom?” gumam Bening mempertanyakan hal tersebut pada Aga.“Hm.” Aga segera menggeser icon menerima dan langsung meletakkan ponsel tersebut di telinga. “Ya, Ma?”
Read more

Cepat Pulang

Malam itu, Aga pulang ke apartemen seperti hari biasa. Malam hari, ketika semua deadline cetak telah rampung, dan tinggal menyerahkan hasil akhirnya pada penanggung jawab yang bertugas malam itu.Jarum jam sudah menunjukkan pukul pukul sepuluh malam, ketika Aga sudah berada di ruang tamu unitnya. Sejak menikah dengan Bening, Aga belum pernah pulang sampai terlalu larut. Di samping karena tidak ada hal urgen yang harus dikerjakan, Aga juga selalu ingin cepat-cepat pulang dan melalui malam yang selalu saja membuat tubuh serta hatinya menghangat.Bagaimana tidak ingin segera sampai di unit, kalau setiap harinya mata Aga selalu saja dimanjakan dengan pemandangan yang sangat menyejukkan mata. Belum lagi, sikap Bening yang selalu manja dan bergantung padanya, membuat Aga merasa memiliki arti sebagai seorang suami.“
Read more

Berteman

“Sejak kapan demamnya?” Aga langsung menerobos masuk setelah Vira membukakan pintu untuknya. Langsung menuju ke lantai dua, di mana kamar Awan berada.Vira buru-buru mengikuti Aga setelah menutup pintu dan menguncinya. “Sore tadi sudah bilang nggak enak badan, tapi belum panas seperti sekarang.”“Sudah minum obat penurun panas?” Aga kembali bertanya ketika sudah menginjakkan kaki di lantai dua. Ia melangkah cepat menuju kamar Awan yang pintunya terbuka dengan lebar.“Tadi sudah, tapi, suhunya naik lagi.”Sesampainya di kamar, Aga langsung mengecek suhu tubuh Awan dengan menempelkan tangannya terlebih dahulu pada dahi putranya yang tengah tertidur. Awan, bukanlah anak yang rewel dan gampang sakit. Jadi, Aga benar-benar khawa
Read more

Kabari Aku Secepatnya

Aga terbangun dari tidurnya, ketika ponsel yang masih berada di saku jaketnya berdering pelan cukup lama. Walaupun berat, tapi Aga berusaha membuka mata dan meraba saku jaketnya. Aga mengeluarkan benda pipih tersebut, lalu memicing. Masih menatap kabur pada nama sang istri yang terpampang di layarnya.Menyadari bahwa Beninglah yang menelepon, Aga segera mengangkatnya, tapi kembali menutup mata.“Yes, Beb?” jawab Aga dengan suara berat dan masih terdengar malas. Kalau bukan Bening yang menelepon, Aga mungkin tidak akan mengangkatnya sama sekali. Biar nanti, Aga akan menelepon balik, setelah tubuhnya terasa segar dan tidak mengantuk lagi.“Masih di rumah sakit?”“Hmm.”“Kapan pula
Read more

Semangat Empat Lima

“Jadi, kita sebut apa ini?” Aga sibuk menjalankan bibirnya pada sisi leher Bening. Gadis itu baru saja menyandarkan punggung polosnya pada dada bidang Aga, setelah selesai menjeritkan nama sang suami di akhir pelepasannya. “Appetizer, main course, dessert, or …”“Fuck?” Dalam tenangnya air yang sudah tidak beriak itu, tubuh Bening berguncang kecil untuk mentertawakan jawaban yang baru ia berikan. Ia tahu pasti, kalau Aga akan melayangkan protes sebentar lagi, atas satu kata yang baru saja dimuntahkannya“Gosh, Ning!” Aga langsung menutup mulut Bening yang masih asyik tertawa atas jawaban yang diberikannya. “Mulut kamu ini.”Karena masih merasa lelah, Bening membiarkan saja tangan besar itu menutup mulutnya. Bening justru memejamkan mata, lalu menekuk
Read more

Agar Baik-baik Saja

“Aku ke kantor dulu, tapi mampir sebentar ke rumah sakit.” Aga menghampiri Bening yang masih bergelung di dalam selimut karena lelah. Ia duduk di tepi ranjang, lalu menunduk untuk memagut bibir manis yang tidak akan pernah bosan untuk Aga cecap. “Next, kalau memang capek, nggak usah pake bohong seperti tadi malam.”“Kalau nggak gitu, kamu pasti minta jatah mulu,” keluh Bening benar-benar merasa lelah.“Yaa, bener juga, dari pada kamu nganggur, kan?” sahut Aga lalu kembali berdiri untuk bersiap pergi. “Kalau aku nggak ada di rumah sakit sama mantan istri, pasti kamu benar-benar nganggur selama seminggu. Itu dosa tahu, Ning. Padahal aku sudah bilang dari awal, kalau memang masih nggak enak badan, aku nggak akan maksa.”“Hmm, ngomong aja nggak akan maksa
Read more
PREV
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status