Ponsel, kunci mobil, berikut dengan dompet yang sempat Bening letakkan di nakas, ia ambil dengan kasar. Berbalik cepat untuk pergi keluar kamar, karena Bening sudah lelah jika harus bertengkar di tengah malam seperti ini. Lebih baik ia yang keluar, jika Aga memang tidak ingin angkat kaki dari unit tersebut. “Mau pergi ke mana lagi, kamu, Ning?” Kaki Aga melangkah cepat, dan dengan segera meraih siku Bening yang hendak pergi menuju pintu. Aga yang sudah terlalu lelah dengan semua drama hari ini, sebenarnya ingin beristirahat dengan tenang. “Bukan urusan kamu,” desis Bening sembari menghentak tangan Aga tapi tidak kunjung lepas dari sikunya. “Kamu istriku! Dari ujung rambut sampai kaki, kamu itu tanggung jawabku. Dan urusanmu, juga urusanku.” Karena tidak bisa melepas cengkraman Aga, Bening lantas menghabiskan jarak dan mengakat tinggi wajah geramnya. “Sekarang aku tanya sama kamu, apa tujuanmu nikah sama aku? Cuma cari teman ‘tidur’? Iya, kan? Sementara hatimu masih berat, dan masi
Magbasa pa