Share

Percuma

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Ayo masuk,” ajak Vira setelah mobil yang ditumpangi mertuanya dan Awan sudah berlalu dari pandangan. Vira lebih dulu berbalik dan berjalan pelan menyusuri carport, lalu masuk ke dalam rumah.

Akan tetapi, langkah Vira terhenti ketika baru melewati ruang tamu. Ia merasa kalau Aga tidak mengikutinya masuk ke dalam rumah, sehingga Vira kembali berbalik dan keluar.

“Kenapa malah duduk di sini?” tanya Vira yang kecewa karena Aga justru duduk dengan santai di kursi teras. “Aku hari ini masak sup ayam kesukaan kamu.”

Untuk urusan memasak, kemampuan Vira memang tidak perlu diragukan lagi. Dahulu kala, pada awal-awal menikah dan karir Vira belum menanjak seperti sekarang, Vira masih bisa menyempatkan diri memasak untuk Aga. Namun, semenjak Vira mulai terkenal dan jasanya mulai dipakai oleh orang banyak, hal tersebut sudah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (11)
goodnovel comment avatar
reni cahyaningrum
jangan jangan beneran mo dikasih obat lewat makanan nya itu. untumg pak aga udah dsuruh janji untuk tdk makan dan minum di rumah vira. bening mulai posesip
goodnovel comment avatar
Shifa chibii
dih mbak mantan,,kmarin2 kmna aja,,giliran dah ditalak baru ngejar
goodnovel comment avatar
Mrs A
kalau nt ortu aga udh tau aga nikah sm bening ..kira2 setuju gak ya..takutnya benci ke bening
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Sekretaris   Keinginan Aga

    Aga menatap langit siang melalui jendela kaca yang terbentang luas di ruang tamu. Ia berbaring di atas karpet bulu yang sangat lembut, bersama Bening yang kembali menjadikan tangan Aga menjadi bantal.“Aku bisa pulang setiap hari, kalau disuguhi makan siang seperti ini terus-terusan.”Bening yang memakai jaket kulit Aga untuk menutupi tubuh polosnya, tertawa. “Maruk! Nggak lama, lecet kalau dipake terus-terusan.”“Bisa lecet?” Aga yang tidak mengenakan apapun untuk menutup tubuhnya itu, balas tertawa untuk meledek Bening. “Kalau basah sepertinya nggak akan lecet, cuma … jalanmu aja yang mungkin sedikit berubah.”"Engaak." Bening masih saja melanjutkan tawanya untuk menolak permintaan terselubung Aga. Dengan begini, B

  • Sang Sekretaris   Jangan dikunci

    Aga menggeram seketika, saat ponsel miliknya berdering sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Padahal, suasana intim di antara mereka barusan, merupakan waktu yang tepat untuk menyatakan keinginannya. Namun, apa mau dikata kalau benda persegi yang tergeletak di sudut sofa akhirnya menjerit dan mau tidak mau Aga harus mengangkatnya.Tangan panjang Aga terjulur untuk menjangkau benda canggihnya yang masih tampak bergetar. Meraihnya, lalu kedua alis Aga pun terangkat tinggi karena nama yang tertera di sana.Bening ikut melirik, dan membaca nama ‘Mom’ di sana.“Mom?” gumam Bening mempertanyakan hal tersebut pada Aga.“Hm.” Aga segera menggeser icon menerima dan langsung meletakkan ponsel tersebut di telinga. “Ya, Ma?”

  • Sang Sekretaris   Cepat Pulang

    Malam itu, Aga pulang ke apartemen seperti hari biasa. Malam hari, ketika semua deadline cetak telah rampung, dan tinggal menyerahkan hasil akhirnya pada penanggung jawab yang bertugas malam itu.Jarum jam sudah menunjukkan pukul pukul sepuluh malam, ketika Aga sudah berada di ruang tamu unitnya. Sejak menikah dengan Bening, Aga belum pernah pulang sampai terlalu larut. Di samping karena tidak ada hal urgen yang harus dikerjakan, Aga juga selalu ingin cepat-cepat pulang dan melalui malam yang selalu saja membuat tubuh serta hatinya menghangat.Bagaimana tidak ingin segera sampai di unit, kalau setiap harinya mata Aga selalu saja dimanjakan dengan pemandangan yang sangat menyejukkan mata. Belum lagi, sikap Bening yang selalu manja dan bergantung padanya, membuat Aga merasa memiliki arti sebagai seorang suami.“

  • Sang Sekretaris   Berteman

    “Sejak kapan demamnya?” Aga langsung menerobos masuk setelah Vira membukakan pintu untuknya. Langsung menuju ke lantai dua, di mana kamar Awan berada.Vira buru-buru mengikuti Aga setelah menutup pintu dan menguncinya. “Sore tadi sudah bilang nggak enak badan, tapi belum panas seperti sekarang.”“Sudah minum obat penurun panas?” Aga kembali bertanya ketika sudah menginjakkan kaki di lantai dua. Ia melangkah cepat menuju kamar Awan yang pintunya terbuka dengan lebar.“Tadi sudah, tapi, suhunya naik lagi.”Sesampainya di kamar, Aga langsung mengecek suhu tubuh Awan dengan menempelkan tangannya terlebih dahulu pada dahi putranya yang tengah tertidur. Awan, bukanlah anak yang rewel dan gampang sakit. Jadi, Aga benar-benar khawa

  • Sang Sekretaris   Kabari Aku Secepatnya

    Aga terbangun dari tidurnya, ketika ponsel yang masih berada di saku jaketnya berdering pelan cukup lama. Walaupun berat, tapi Aga berusaha membuka mata dan meraba saku jaketnya. Aga mengeluarkan benda pipih tersebut, lalu memicing. Masih menatap kabur pada nama sang istri yang terpampang di layarnya.Menyadari bahwa Beninglah yang menelepon, Aga segera mengangkatnya, tapi kembali menutup mata.“Yes, Beb?” jawab Aga dengan suara berat dan masih terdengar malas. Kalau bukan Bening yang menelepon, Aga mungkin tidak akan mengangkatnya sama sekali. Biar nanti, Aga akan menelepon balik, setelah tubuhnya terasa segar dan tidak mengantuk lagi.“Masih di rumah sakit?”“Hmm.”“Kapan pula

  • Sang Sekretaris   Semangat Empat Lima

    “Jadi, kita sebut apa ini?” Aga sibuk menjalankan bibirnya pada sisi leher Bening. Gadis itu baru saja menyandarkan punggung polosnya pada dada bidang Aga, setelah selesai menjeritkan nama sang suami di akhir pelepasannya. “Appetizer, main course, dessert, or …”“Fuck?” Dalam tenangnya air yang sudah tidak beriak itu, tubuh Bening berguncang kecil untuk mentertawakan jawaban yang baru ia berikan. Ia tahu pasti, kalau Aga akan melayangkan protes sebentar lagi, atas satu kata yang baru saja dimuntahkannya“Gosh, Ning!” Aga langsung menutup mulut Bening yang masih asyik tertawa atas jawaban yang diberikannya. “Mulut kamu ini.”Karena masih merasa lelah, Bening membiarkan saja tangan besar itu menutup mulutnya. Bening justru memejamkan mata, lalu menekuk

  • Sang Sekretaris   Agar Baik-baik Saja

    “Aku ke kantor dulu, tapi mampir sebentar ke rumah sakit.” Aga menghampiri Bening yang masih bergelung di dalam selimut karena lelah. Ia duduk di tepi ranjang, lalu menunduk untuk memagut bibir manis yang tidak akan pernah bosan untuk Aga cecap. “Next, kalau memang capek, nggak usah pake bohong seperti tadi malam.”“Kalau nggak gitu, kamu pasti minta jatah mulu,” keluh Bening benar-benar merasa lelah.“Yaa, bener juga, dari pada kamu nganggur, kan?” sahut Aga lalu kembali berdiri untuk bersiap pergi. “Kalau aku nggak ada di rumah sakit sama mantan istri, pasti kamu benar-benar nganggur selama seminggu. Itu dosa tahu, Ning. Padahal aku sudah bilang dari awal, kalau memang masih nggak enak badan, aku nggak akan maksa.”“Hmm, ngomong aja nggak akan maksa

  • Sang Sekretaris   Mengakhirinya

    “Aku pulang setelah Awan tidur.” Sederet kalimat tersebut sudah dikirimkan Aga sekitar dua jam yang lalu. Setelah itu, Aga tidak lagi membuka chat yang dikirimkan oleh Bening, padahal angka jarum jam digital di ponselnya kini sudah menunjukkan angka sebelas malam. Menurut informasi yang Aga berikan siang tadi, Awan sudah pulang ke rumah karena kondisinya memang sudah baik-baik saja. Memang belum terlalu pulih, tapi karena Awan merengek meminta kembali ke rumahnya, maka akhirnya Aga menuruti hal tersebut. Itu berarti, saat ini Aga sedang berada di rumah Vira dan sekali lagi Bening menekankan bahwa saat ini sudah jam sebelas malam. Seperti kebiasaan Bening sebelumnya, ia pun sudah mengirimkan sebuah foto beserta sederet kalimat yang mampu memancing Aga agar cepat kemba

Bab terbaru

  • Sang Sekretaris   Pengumuman

    Haluu Mba beb ... Sang Sekretaris beneran tamat dund. Mas Telaga Cakrawala sama mba Bening Bhanuwati mohon pamit undur diri dulu. Mereka mau istirahat. Kan, mau buatin adek buat Awan. :D :D :D Nanti, kita ketemu sama mereka lagi di spin off-nya dengan judul SANG PENGACARA, dan kita tuntasin hil-hil yang masih menggantung di sana. Daaan, berikut ini daftar penerima koin GN dari saia untuk 5 top fans pemberi Gems terbanyak di Sang Sekretaris. Datanya diambil per tanggal 30 June 2022 tepat pukul 06.00 WIB. RF Rifani : 1.000 koin GN + pulsa 200rb Tralala : 750 koin GN + pulsa 150 rb Demigoddess : 500 koin GN + pulsa 100 rb Zee Sandi : 350 koin GN + pulsa 50 rb Lili Ning Mardani : 200 koin Gn + pulsa 25 rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan kirim screenshoot ID dan kirim melalui DM Igeh @kanietha_ Saia tunggu konfirmasi sampai hari minggu ya, jadi, saia bisa setor

  • Sang Sekretaris   Penawaran Aga

    “Ayo, keluar.” Bening merengek, sembari menggelengkan kepala. Ia belum siap dengan ajakan Aga, untuk menemui sang mertua yang meminta mereka datang pagi ini. Karena Bening tahu, yang akan dibahas oleh Arum, pasti masalah itu lagi, itu lagi. “Dulu, waktu sama bu Vira, mama begini juga nggak, sih?” “Nggak.” Aga langsung menjawab dengan pasti. “Kok, sama aku begini?” sambar Bening secepat mungkin, sambil meremas tali sabuk pengaman yang masih belum ia buka. “Tapi sama bu Vira, nggak?” “Karena kami dulu masih muda, Beb,” jawab Aga lalu mencondongkan tubuh untuk membuka sabuk pengaman sang istri. “Masih sibuk meniti karir, dan betul-betul merintis semua dari nol.” “Eh, aku juga masih muda.” Bening kembali berkilah seperti biasa. “Tapi aku?” Aga menjatuhkan satu kecupan hangat di pipi sang istri. “Sebentar lagi, aku sudah kepala empat. Mama sama papa juga nggak akan selalu fit seperti sekarang.” “Kamu, tuh, sepertinya udah mulai oleng, deh.” Bening mencibir lalu memanyunkan bibir. “I

  • Sang Sekretaris   Sang Ibu Mertua

    “Mama itu ada ngomong apa, sih, sama Awan?” Bening membuka rumah pemberian Aga yang baru saja selesai di bangun. Masih kosong, dan belum diisi furniture sama sekali. Ini pertama kalinya, Bening dan Aga menghampiri rumah mereka ketika semuanya sudah bersih dan siap diisi berbagai perabotan dan ditempati. Jika mengingat resepsi pernikahan mereka yang akan digelar sebentar lagi, keduanya sudah bisa menempatinya setelah pulang dari bulan madu. “Mama? Ku?” Aga bertanya ragu, karena mereka pagi tadi sempat mengajak Awan pergi ke rumah Clara. Sudah dua hari Awan menginap di apartemen, dan waktunya mengembalikan bocah itu pada Vira. Jika tidak, mantan istrinya itu pasti akan menelepon Aga tanpa henti. “Atau, mamamu?” “Mamamulah.” Hentakan ujung high heels Bening menggema pada lantai marmer di seluruh ruang yang masih kosong itu. “Mama Arum.” “Mamaku, ada ngomong apa?” Aga dengan cepat menyusul langkah Bening yang terlihat kesal. Namun, tidak berniat untuk mensejajarkan langkahnya. Ke ruan

  • Sang Sekretaris   Keputusan Bersama

    Arum membuang napas panjang. Meskipun masih setengah hati, tapi ia sudah tidak bisa berbuat apapun lagi. Mengingat, bagaimana putranya itu terlihat sangat jatuh cinta dengan Bening, pun dengan Awan yang tidak mempermasalahkan semuanya, Arum menyerah. Namun, menyerah di sini bukan berarti Arum setuju, karena ada sebagian dari hatinya masih tertinggal dengan Vira.Dalam diam, terkadang Arum masih memikirkan nasib mantan menantunya itu. Arum mengerti jika sikap Vira memang tidak bisa dibenarkan, tapi Aga pun ternyata sudah patah arang dan tidak ingin melanjutkan rumah tangganya kembali. Jadi, hanya perpisahan yang menjadi jalan keluar satu-satunya.“Jadi, bagaimana kalau resepsinya dipercepat saja?” usul Clara di tengah-tengah pertemuan kedua keluarga yang diadakan di rumahnya. Sudah dua bulan berlalu dari pembacaan surat wasiat Camila kala itu, tapi baik Aga, maupun Bening tidak kunjung menyinggung masalah resepsi pernikahan. Sampai akhirnya, Clara meminta Aga menghubungi kedua orang tu

  • Sang Sekretaris   You're Welcome

    “Telaga … Cakrawala.”Pria paruh baya yang duduk santai pada kursi taman di belakang rumah, mengangguk-angguk ketika melihat Aga muncul di hadapannya.“Awalnya saya sangsi kalau yang disebut mendiang ibu Camila adalah Aga yang sama, tapi, sangat kecil kemungkinannya kalau ada dua orang yang namanya sama persis seperti kamu,” tunjuk pria itu, lalu menatap gadis yang berada di samping Aga.Seluruh anggota keluarga yang sudah lebih dulu berkumpul, hanya bisa tersenyum canggung. Selain berprofesi sebagai pengacara keluarga, pria paruh baya yang duduk bersama putranya itu, juga merupakan sahabat dekat mendiang Camila.Aga memberi senyum ramah, lalu segera menghampiri pria tersebut bersama Bening. “Apa kabar, Be? Kita lama nggak ketemu.”Pria paruh baya dengan nama asli Rasyid Pamungkas itu, segera berdiri untuk menyambut uluran tangan Aga. “Saya kaget, waktu Abi bilang kamu sudah nikah lagi. Lebih kaget lagi, waktu tahu kamu menantu dari mendiang ibu Camila.”Setelah menjabat tangan Aga, R

  • Sang Sekretaris   Kita Deal

    “Percuma beli mobil baru.” Bening berdecak, dan selalu saja sibuk membeo setiap kali jalan bersama Aga. “Pergi ke mana-mana selalu disupirin gini. Buang-buang uang tahu, nggak!”“Kan, lebih enak disupirin gini.”“Terus ngapain beli mobil baru, kalau aku nggak boleh nyetir sendiri,” protes Bening.“Siapa bilang nggak boleh nyetir sendiri?” sanggah Aga tetap tenang tanpa melirik sang istri sama sekali. Ia hanya menatap lurus pada jalan raya, sembari menahan tawa. “Kebetulan aku punya waktu luang, jadi mending aku yang nyupiri, kan?”“Kenapa kamu selalu punya waktu luang pas aku mau jalan.” Bening kembali protes karena curiga dengan sikap Aga. Semakin ke sini, pria itu semakin posesif saja. Ke mana pun Bening pergi, Aga akan selalu punya waktu pergi menemaninya. “Pas jam kerja juga gitu. Pasti mendadak bilang kerjaan selesai, kalau aku izin mau jalan.” “Karena kerjaanku memang sudah selesai,” jawab Aga santai tanpa beban. “Lagian mobilmu ini juga kepake, kan? Jadi, kita belinya nggak si

  • Sang Sekretaris   Gosip

    Meskipun Camila sudah beristirahat dengan tenang di pembaringan terakhirnya, suasana rumah duka yang begitu megah itu masih saja terlihat ramai. Para tamu datang silih berganti, untuk menyampaikan duka mendalamnya.Yang Bening perhatikan, Fikalah yang justru terlihat sangat kehilangan atas kepergian sang oma. Gadis itu bahkan sempat tidak sadarkan diri, ketika tubuh beku sang oma diturunkan ke peristirahatan abadinya. Untuk satu hal itu, Bening bisa merasakan semua yang dialami Fika karena pernah berada di posisi yang sama.Clara terlihat lebih tegar, dan terus mencoba menguatkan putri kesayangannya atas kehilangan mereka. Sungguh sebuah pemandangan yang membuat hati Bening kembali tercubit perih.Bening … cemburu dengan kedekatan Clara dan Fika.“Hei.” Aga mengusap lengan Bening yang berada dalam rangkulannya. “I know what you’re thinking.”“No, you’re not.”“Ayolah, Beb. Kamu harus paham situasinya.” Sedari tadi, Aga memperhatikan ke mana tatapan sang istri tertuju. Pun dengan ekspr

  • Sang Sekretaris   Sebuah Berita

    Aga berbalik, ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka. Menelan ludah, saat melihat kaki jenjang itu melangkah pelan, dan menampilkan tubuh segar yang hanya berbalut handuk. Senyum jahil yang disematkan oleh sang istri yang tengah mengusap surai basahnya, sungguh membuat Aga ingin menghempas tubuh Bening ke ranjang dan memasukinya.Namun, jadwal bulanan yang tengah didapatkan sang istri, membuat Aga hanya bisa menggigit jari. Bersabar, karena Aga tahu penantiannya nanti tidak akan sia-sia.“Jam sepuluh balik, lho, ya,” ujar Bening mengingatkan dengan wajah semringah. “Kita cari mobil baruuu.”“Aku cuma di bawah, Beb.” Aga meraih pinggang ramping sang istri yang sudah berhenti tepat di depannya. “Kamu bisa susul ke bawah, terus kita langsung jalan.”Bening mengangguk setuju dengan usul Aga. Ia lalu berjinjit, dan memberi satu kecupan singkat pada bibir bawah Aga yang terbuka. “Awan jadi nginap di sini? Atau masih ditahan sama omanya?”“Omanya masih mau nahan karena kesepian, tapi Aw

  • Sang Sekretaris   Depe Dulu

    “Lama banget pulangnya.” Dengan memegang sepiring bihun goreng yang masih tersisa separuh, Bening sedikit merajuk menyambut kedatangan sang suami.Aga melepas jaket bombernya, sembari menghampiri Bening. Melemparnya ke sembarang arah, lalu menghempas bokongnya di samping sang istri. Aga memberi kecupan pada pipi Bening terlebih dahulu, barulah menanggapi protes istrinya.“Tadi ada om Romi di bawah.” Pulang ke apartemen dan disambut dengan pemandangan indah seperti sekarang, sungguh membuat semua lelah Aga hilang seketika. Satu setel baju tidur yang terdiri dari tanktop dan celana pendek itu, sungguh memberi sebuah energi tersendiri bagi Aga.“Om Romi?” Bening menoleh sambil mengunyah bihunnya. “Ngapain malem-malem dateng ke sini? Sendirian apa sama istrinya?”Aga langsung mencapit bibir istrinya itu dengan gemas. “Istrinya om Romi itu, mamamuuu,” decak Aga lalu sedikit menggeser bokongnya untuk merebahkan diri, dan meletakkan kepala di paha mulus sang istri. “Om Romi datang sama Dean.

DMCA.com Protection Status