Bening menarik Aga ke sudut lobi rumah sakit, ketika mereka baru saja melewati pintu. Menghela sejenak, lalu bertolak pinggang. “Emang mereka butuh dijenguk, ya?” Perasaan skeptis, dan semua emosi Bening seketika bergejolak. “Mereka nggak butuh aku, Beb, dan nggak bakal ngarepin aku. Ini, tuh, sia-sia aja! Buang- buang waktu!” Aga menangkup wajah Bening, lalu menjepitnya dengan gemas hingga bibir sensual itu mengerucut paksa. Sejak mereka mengantarkan Awan ke rumah Arum, karena Vira ada janji mendadak dengan seseorang, Bening selalu saja mengoceh tentang keraguannya. Bahkan, istrinya itu sudah beberapa kali membujuk Aga untuk memutar arah tujuan kembali ke apartemen. “Beb—” “Ihh! Mukaku jangan digituin,” ujar Bening menyingkirkan tangan Aga dari wajahnya. “Tanganmu kotor, bakteri! Entar jerawatan.” “Astaga, masih sempat-sempatnya mikirin jerawat.” “Iyalah,” ujar Bening sewot. “Mukaku ini aset. Kalau aku nggak cakep, mana mungkin kamu maksa-maksa buat nikah, iya, kan?” Aga berde
Read more