Home / Romansa / Sang Sekretaris / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Sang Sekretaris: Chapter 141 - Chapter 150

156 Chapters

Pasti Bisa

Bening melenguh. Punggungnya membentur tembok, dengan kedua tangan dikunci oleh Aga di atas kepala. Pasrah, ketika satu tangan bebas Aga sudah menjelajah dan bermain bebas pada tubuhnya. Kedua bibir mereka terkunci panas. Saling memagut, dan menyerang tanpa ada yang mau mengalah. “Beb … buruan.” Bening terdesak. sudah tidak sanggup lagi menerima serangan Aga. Aga melepas kunciannya. Tangan keduanya langsung beradu cepat. Saling melepas pakaian satu dengan yang lainnya. Namun, gerakan keduanya kompak terhenti bersamaan. Saling memandang, lalu menoleh pada jaket Aga yang baru saja teronggok di lantai. Ponsel pria itu berdering, hingga mengganggu fokus mereka yang hendak memadu kasih. “Udah biarin, nanti juga berhenti sendiri.” Aga kembali mengalihkan tatapannya pada Bening. Menunduk dan mulai menyerang leher sang istri dengan kecupan dan gigitan-gigitan kecil. Dering ponsel tersebut memang berhenti, dan keduanya kembali melanjutkan kegiatan panas yang tertunda. Akan tetapi, tidak s
Read more

Serahkan Sama Tuhan

Melihat kondisi Camila, Bening kembali mengingat hari-hari terakhirnya dengan Sinta. Beberapa benda yang menempel di tubuh wanita tua itu, tidak jauh berbeda dengan semua yang ada pada Sinta beberapa bulan silam. Melihatnya saja, hati Bening kembali dipenuhi dengan rasa sesal. Egoisme yang merajai hatinya kala itu, sungguh membuat Bening tidak bisa berpikir jernih. Semua rasa benci yang sudah lama tersimpan, langsung tertumpah begitu saja tanpa pernah memikirkan perasaan orang lain. Lantas, apa bedanya Bening dengan orang-orang yang sudah membuat luka di hatinya selama ini? Sama saja. Bening dan seluruh keluarga yang menganggapnya tidak ada, sama-sama egois. Sama-sama tidak peduli dengan perasaan orang lain. Sama-sama … kejam. Camila tersenyum lemah, tapi raut wajahnya terlihat sangat bahagia ketika Bening sudah berdiri di samping ranjang pasien, dan menggenggam tangannya. Wanita tua itu baru membuka mulut untuk menyapa, tapi, Bening buru-buru menyela. “Oma istirahat aja, aku udah
Read more

Ingat Itu

“Nggak usah maju gitu bibirnya.” Aga tahu, kalau kali ini tindakannya sudah salah. Membuat janji dengan Vira tanpa berbicara pada Bening terlebih dahulu, sungguh tidak ada di dalam rencana Aga hari ini. Namun, karena Vira meneleponnya pada saat Bening masih bersama Camila, maka Aga langsung mencetuskan sebuah pertemuan empat mata dengan mantan istrinya itu. Kemudian, Vira hanya memiliki waktu pada jam makan siang hari ini, karena besok pagi, ia akan kembali berangkat ke Solo. Bening menepis tangan Aga yang hendak menyentuh bibirnya dengan cepat. Belum melepas sabuk pengamannya, dan masih merungut menatap Aga. “Beb, Vira tadi nelpon karena dia mau ke Solo lagi besok pagi, dan Awan minta nginap sama kita,” ujar Aga mencoba memberi pengertian sekali lagi. “Awan nggak mau nginap di rumah omanya.” “Aku nggak masalahin Awan.” Bening kembali menepis tangan sang suami, yang kembali ingin menyentuh wajah. “Tapi, kamu janjian sama bu Vira nggak ngomong-ngomong dulu.” “Kan, ini sudah ngomo
Read more

Sebuah Kabar

Vira menghela pendek, sambil menatap Bening yang duduk seorang sendiri. Gadis itu berada di sisi restoran yang bersebrangan dengan dirinya. Sama-sama menatap datar, dan tidak ada keinginan untuk saling melempar senyum. Walaupun, hanya untuk sapaan formal. “Kenapa harus dia?” Dagu Vira mengendik pada Bening, lalu beralih menatap Aga. “Apa karena dia jauuh lebih muda? Kamu bosan denganku yang sudah—" “Kamu tahu benar masalah di dalam pernikahan kita bukan karena itu, Vir,” potong Aga tidak ingin berselisih lagi dengan Vira. “Aku nggak mau lihat ke belakang lagi.” “Terus, untuk apa kamu minta ketemu?” Lagi-lagi Vira menghela. Ada sesak yang tidak bisa ia jelaskan ketika melihat Aga tepat di depan mata. Tidak pernah terlintas sedikit pun di benak Vira, bahwa dirinya akan menyandang status janda seperti sekarang. Pernikahannya karam, dan sudah tidak bisa diselamatkan. “Aku minta maaf.” “Maaf?” Tawa miris itu, reflek terurai begitu saja dari mulut Vira. “Maaf karena sudah menceraikanku
Read more

Permintaan Aga

“Papaku … mau cerai sama tante Riva?” Bening menatap tidak percaya pada Aga yang sudah duduk di sampingnya. Ia bahkan meletakkan sumpit, dan tidak jadi menyantap mi yamin yang barus aja mengambang di udara.Aga mengangguk lalu membawa mangkok mi yamin Bening ke arahnya. “Abi yang bilang begitu. Dia pengacara bu Riva.”Beberapa saat lalu, Aga sempat memperkenalkan Abi kepada Bening. Hanya perkenalan singkat, karena Abi sudah memiliki janji dengan seseorang di lantai dua restoran tersebut.“Bentar.” Bening menepuk punggung tangan Aga yang telah merampas mi yaminnya. Ia kembali meraih mangkuk tersebut dan menempatkan di depannya. “Kalau mas Abi pengacara tante Riva, itu berarti, Bu Vira pengacara papaku? Eh, tapi kenapa tiba-tiba mau cerai? Anak juga udah besar-besar, udah tua gitu, kenapa harus cerai?”Bukannya menjawab ucapan Bening, wajah Aga justru mengernyit menatap sang istri. “Beb, kenapa Abi kamu panggil Mas, tapi aku dulu kamu panggil Pak?”“Kan, kamu atasanku, sih?” Bening menc
Read more

Berdamai

“Aku bisa betah di apartemen kalau begini terus seharian.” Aga terkekeh di antara deru napas yang masih memburu. Menghela puas setelah melepas denyutan yang ada di kepala sejak pagi tadi. Akhirnya, semua terlepas begitu saja, dan pikiran Aga langsung ringan seketika. “Kerjaa tauuk, kalau begini terus entar rekeningku menipis,” Bening ikut terkekeh, lalu menepuk pelan bahu terbuka Aga yang masih berada di atasnya. “Minggir.” Aga yang masih menyembunyikan wajah di ceruk leher Bening itu kembali terkekeh. Tidak rela jika harus melepas penyatuan yang menghangatkan tubuh keduanya. “Aku masih mau peluk kamu, Beb.” “Tapi kalau kelamaan engaap,” rengek Bening sambil mendorong kedua bahu Aga. Namun, pria itu masih saja bergeming dan tidak bergerak sedikit pun. “Beb, ayo, ih! Nggak enak lama-lama baring di karpet. Keras!” Dengan terpaksa, akhirnya Aga menarik diri dengan perlahan. Menggeram tidak rela, jika harus mengurai kehangatan yang ada. “Mau pindah ke sofa?” tawar Aga yang sudah dudu
Read more

Pelan ... Pelan

“Aku nggak ada bahan obrolan, karena kita nggak pernah seakrab itu meskipun Mama itu, mama kandungku.”Bening yang tidak pernah bisa berbasà-basi itu, langsung membuka mulut ketika Aga dan Romi meninggalkan keduanya di kantin rumah sakit. Bening menyanggupi, ketika Aga memintanya untuk berbicara berdua dengan Clara. Dari hati ke hati, meskipun Bening merasa tidak memiliki ikatan batin sama sekali dengan wanita yang ada di depannya.“Mama … minta maaf kalau selama ini sudah abai sama kamu.”Kedua bahu Bening terangkat tidak acuh. Pun dengan wajahnya yang masih terkesan datar sedari tadi. Bening tidak tahu, harus memberi ekspresi seperti apa pada Clara. Sepertinya Aga benar, hati Bening itu terlalu keras hingga tidak bisa merasakan empati, serta simpati jika sudah terkait masalah kedua orang tuanya.“It’s oke, aku udah biasa diabaikan dari kecil.”Sebagai seorang ibu, hati Clara sungguh merasa tersayat melihat sikap apatis dari Bening. Mungkin, perasaan seperti inilah yang Bening rasaka
Read more

Depe Dulu

“Lama banget pulangnya.” Dengan memegang sepiring bihun goreng yang masih tersisa separuh, Bening sedikit merajuk menyambut kedatangan sang suami.Aga melepas jaket bombernya, sembari menghampiri Bening. Melemparnya ke sembarang arah, lalu menghempas bokongnya di samping sang istri. Aga memberi kecupan pada pipi Bening terlebih dahulu, barulah menanggapi protes istrinya.“Tadi ada om Romi di bawah.” Pulang ke apartemen dan disambut dengan pemandangan indah seperti sekarang, sungguh membuat semua lelah Aga hilang seketika. Satu setel baju tidur yang terdiri dari tanktop dan celana pendek itu, sungguh memberi sebuah energi tersendiri bagi Aga.“Om Romi?” Bening menoleh sambil mengunyah bihunnya. “Ngapain malem-malem dateng ke sini? Sendirian apa sama istrinya?”Aga langsung mencapit bibir istrinya itu dengan gemas. “Istrinya om Romi itu, mamamuuu,” decak Aga lalu sedikit menggeser bokongnya untuk merebahkan diri, dan meletakkan kepala di paha mulus sang istri. “Om Romi datang sama Dean.
Read more

Sebuah Berita

Aga berbalik, ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka. Menelan ludah, saat melihat kaki jenjang itu melangkah pelan, dan menampilkan tubuh segar yang hanya berbalut handuk. Senyum jahil yang disematkan oleh sang istri yang tengah mengusap surai basahnya, sungguh membuat Aga ingin menghempas tubuh Bening ke ranjang dan memasukinya.Namun, jadwal bulanan yang tengah didapatkan sang istri, membuat Aga hanya bisa menggigit jari. Bersabar, karena Aga tahu penantiannya nanti tidak akan sia-sia.“Jam sepuluh balik, lho, ya,” ujar Bening mengingatkan dengan wajah semringah. “Kita cari mobil baruuu.”“Aku cuma di bawah, Beb.” Aga meraih pinggang ramping sang istri yang sudah berhenti tepat di depannya. “Kamu bisa susul ke bawah, terus kita langsung jalan.”Bening mengangguk setuju dengan usul Aga. Ia lalu berjinjit, dan memberi satu kecupan singkat pada bibir bawah Aga yang terbuka. “Awan jadi nginap di sini? Atau masih ditahan sama omanya?”“Omanya masih mau nahan karena kesepian, tapi Aw
Read more

Gosip

Meskipun Camila sudah beristirahat dengan tenang di pembaringan terakhirnya, suasana rumah duka yang begitu megah itu masih saja terlihat ramai. Para tamu datang silih berganti, untuk menyampaikan duka mendalamnya.Yang Bening perhatikan, Fikalah yang justru terlihat sangat kehilangan atas kepergian sang oma. Gadis itu bahkan sempat tidak sadarkan diri, ketika tubuh beku sang oma diturunkan ke peristirahatan abadinya. Untuk satu hal itu, Bening bisa merasakan semua yang dialami Fika karena pernah berada di posisi yang sama.Clara terlihat lebih tegar, dan terus mencoba menguatkan putri kesayangannya atas kehilangan mereka. Sungguh sebuah pemandangan yang membuat hati Bening kembali tercubit perih.Bening … cemburu dengan kedekatan Clara dan Fika.“Hei.” Aga mengusap lengan Bening yang berada dalam rangkulannya. “I know what you’re thinking.”“No, you’re not.”“Ayolah, Beb. Kamu harus paham situasinya.” Sedari tadi, Aga memperhatikan ke mana tatapan sang istri tertuju. Pun dengan ekspr
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status