All Chapters of Kubalas Kesombongan Selingkuhanmu Lunas: Chapter 131 - Chapter 140

175 Chapters

Part 47B

 Arya mengukir senyum tipis. Perlahan dia melihat ujung pisau dengan teliti."Pergi ... Aku tidak ingin mati. Baiklah aku akan cerita semuanya."Wajah Humairah semakin pucat, kelihatannya dia ketakutan. Selimutnya dia pilin lalu dia menutup wajahnya.Arya mengupas buah pir dengan sigap. Tidak berapa lama, buah pir telah usah dikupas Arya."Ibu ... Jangan risau. Aku tidak akan membunuhmu. Ambillah buah pir ini. Aku rindu menyuap ibu.""Ka-kamu pasti bohong 'kan Arya?! Pergi dari sini! Kalau tidak aku akan teriak."Arya meletakkan buah pir dan pisau itu di atas piring. Dia membuka pelan selimut yang menutupi wajah ibunya."Tidak ...!" teriak Humairah kencang sambil menutup mata.Arya membekap mulut ibunya, "Ibu ... Jangan teriak!"Perlahan Humairah membuka matanya. Napasnya sudah tidak stabil. Dadanya bergemuruh
Read more

Part 47C

"Ja-jadi ... Rumah kita itu sudah dijual?!" tanya Arya spontan dengan nada tiga oktaf.Humairah terkejut, dia menahan sesak di dadanya. Mulut Humairah kumat kamit membaca istighfar."Ibu ... Maafkan aku."Arya memeluk ibunya. Dia merasa bersalah telah membentak ibunya. Sebenarnya dia tidak ada maksud membentak, tapi setan lebih berkuasa mengontrol emosinya. Sehingga dia tersulit emosi.Setelah rasa sesak hilang di dada Humairah, dia masih saja melanjutkan cerita tingkah laku Aryo."Apa yang diminta adikmu, selalu dituruti almarhum ayahmu. Itulah asal muasal kenapa kita bisa bangkrut."Seketika Humaira terdiam. Dia meneguk salivanya lalu membuang muka."Ada satu hal lagi yang harus kamu ketahui. Kamu menikah dengan Santi bukan karena wasiat almarhum ayahmu. Melainkan kamu sebagai tumbal untuk membayar hutang-hutang  biaya perbuatan almarhum ayahmu."
Read more

Part 47D

  Aryo terkejut mendengar ucapan Santi. Dia tidak menyangka Arya harus membayar dengan nominal yang sangat fantastis. Perlahan Aryo menghampiri Santi. "Sayang, aku harap kamu tidak boleh memberatkan saudara kandungku sendiri. Biarkanlah, Arya berbakti kepada almarhum ayahku." Aryo merayu Santi dengan bersimpuh di kakinya agar tidak menagih denda sebanyak 3 Milyar. Derai air mata sengaja dia keluarkan. Namun, Santi tidak luluh sama sekali. Bahkan, Santi melangkah mundur. "Aku mohon Santi!" isak Aryo. Selama ini Aryo tidak pernah menangis. Kali ini dia menangis meraung. Santi tertawa ringan. Dia melihat kedua tangannya lalu diletakkannya sejajar dengan dada. Sorot matanya tajam memperhatikan drama Aryo. Tiba-tiba, Santi menghampiri Dion. Dion hanya mematung dan menunduk. "Silahkan nikmati sisa hidupmu! Sebentar lagi kamu akan mendekam di balik jeruji besi." Dion mendongak, netranya berkedip-kedip seolah kelilipan. Di
Read more

Part 47E

"Kalau begitu silahkan tunggu kedatangan kami. Jangan biarkan malingnya melarikan diri.""Baik, Pak! Terima kasih. Selamat siang."Santi mengakhiri teleponnya. Ia meletakkan ponselnya di atas meja. Santi menghampiri Dion dengan tatapan sinis. Satunya sengaja ia angkat ke atas."Sa-Santi! Aku mohon jangan jebloskan aku ke dalam penjara. Aku tidak mau mati di dalam jeruji besi."Dion bersimpuh di kaki Santi. Air matanya terus mengalir tanpa henti."Kamu kira aku merasa iba kepada seorang pencuri kelas kakap! Keputusanku sudah bulat. Jangan harap aku bisa berubah pikiran. Saran aku kepadamu, jangan pernah mengkhianati kepercayaan seseorang. Sekali kamu mencoba berkhianat, seumur hidup dia bakalan benci dan tidak percaya lagi kepada kamu, paham!" "To-tolong beri kesempatan terkahir kepada aku, Santi. Aku mohon dengan sangat."Dion terus berusaha memohon dan merayu Santi. Namun, Santi tidak berubah pikiran dan tidak luluh sama sekali
Read more

Part 48A

 Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 48: Kehadiran Mak Yeni"Assalamualaikum, permisi!" panggil Mak Yeni sambil menggedor pagar rumah.Santi tidak menjawab salam dari Mak Yeni. Ia tetap melangkah dan menghampiri wanita itu."Apa benar ini alamat rumah Santi?" tanya Mak Tenis setelah Santi sudah dekat dengan dia."Iya. Kamu itu siapa?!" tanya Santi cuek.Mak Yeni menghela napas lalu mengelus dadanya. Seumur-umurnya baru kali ini dia diperlakukan orang lain seperti ini."A-aku ini ibunya Meli, mertua Nak Aryo."Darah Santi semakin mendidih. Dadanya bergemuruh. Belum selesai masalah satu, sudah muncul masalah baru."Ada apa kemari? Terus tahu dari mana alamat rumahku ini?!" tanya Santi.Santi buang muka. Ia melangkah menghampiri bunga rose yang sedang mekar. Ia membawa bunga rose itu ke hadapan Mak Yeni."Kamu lihat bunga rose ini? Cantik, harum dan sangat indah. Namun, itu semua tid
Read more

Part 48B

Santi menatap wajah Aryo. Ada sedikit rasa cemburu ketika Aryo perhatian kepada Meli. Sudah seperti ini keadaan Aryo, masih saja tidak peduli kepada Santi. Itu sebabnya Santi merasa tidak dianggap. Walaupun ia dan Aryo sudah berpisah."Masih saja kamu perhatian sama Meli? Dia saja nggak ada lagi perhatian sama kamu.""Wajar dong aku mengetahui kabar Meli. Aku ini masih suaminya."Santi mau muntah mendengar perkataan Aryo. Dion dan Arya datang menghampiri Santi dan Arya. Sementara Mak Yeni masih saja di luar pagar rumah."Ada apa ini?" tanya Arya.Arya terus melangkah menghampiri Santi. Santi menjauh dan buang muka. Arya heran kenapa Santi buang muka."Aku ini ibunya Meli," sahut Mak Yeni. Matanya berkedip-kedip seperti kelilipan.Mak Yeni sadar, kalau saudara yang berbuat salah kepada seseorang, pasti kena imbasnya kepada orang yang tidak bersalah."Siapa Meli? Ada hubungan apa kepada Santi dan Aryo?" tanya Arya.Arya me
Read more

48C

"Aku sudah mengetahui semua permasalahan rumah tanggamu, Santi. Aku harap, dengan kejadian ini. Kamu lebih muhasabah diri untuk berubah ke arah yang lebih baik."Santi berpikir sejenak, hatinya yang panas kini menjadi adem. Amarah yang mulai membakar jiwanya, kini redup laksana disiram air zam-zam.Tidak ada hujan, tidak ada angin. Santi melangkah ke masuk ke dalam rumah. Aryo, Arya, Dion dan Mak Yeni heran melihat ulah Santi.Tidak berapa lama, Santi keluar dari dalam rumah dengan wajah tidak bersemangat.Ia langsung membuka pagar rumah."Silahkan masuk, Bu!"Suasana hening seketika, suara adzan telah berkumandang menandakan magrib telah tiba. Perasaan Mak Yeni sedikit lega. Dia mengucap istighfar karena sudah dikasih izin masuk ke dalam rumah.Suara klakson mobil terdengar kuat memekakkan telinga. Mak Yeni terkejut mendenga
Read more

Part 49A

Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 49: Ternyata Santi terkejut melihat Dion duduk di ruang tamu."Kenapa terkejut melihat aku ada di rumah ini?" tanya Dion.Bola mata Santi berputar-putar. Ia masih saja terus berpikir. Seingatnya Dion, Arya dan Aryo tidak di rumahnya tidur. Terus kunci pagar sudah ia tarik dari Dion.Dion duduk santai di atas sofa dan mengangkat kakinya sebelah sambil digoyang-goyang. Dia mengukir senyum melihat Santi heran dan pusing."Aku kira kamu pintar! Ternyata kamu bodoh!" ledek Dion."Apa maksud kamu ngatain aku bodoh! Hah!" balas Santi.Santi tidak terima kalau dirinya dibilang bodoh. Ia melangkahkan kakinya menghampiri Dion. Rahangnya sudah mengeras ingin menampar wajah Dion."Dasar manusia tidak tahu di untung! Kamu kira bisa selamat dariku." Santi masih saja tersulut emosi. Namun, ia masih bisa mengontrol amarahnya yang telah membakar akal sehatnya.
Read more

Part 49B

"Selamat jalan Santi ke neraka!" bisik Mak Yeni ke daun telinga Santi."Argh ...! Tidak ...!"Santi tersentak bangun dari tidurnya. Napasnya ngos-ngosan. Keringatnya mengalir deras membasahi bajunya. Rambutnya awut-awutan. Mulutnya komat-kamit mengucap istighfar."Kamu kenapa, Santi?" tanya Mak Yeni dari depan pintu kamarnya. Santi langsung menatap tajam ke arah pintu kamar. "Jangan mendekat! Aku tidak mau bicara sama pembunuh!  Pergi ...!"Matanya hampir saja mau keluar dari sarangnya. Wajahnya pucat pasi akibat ketakutan. Ia tidak mau kalau mimpinya jadi kenyataan."Pergi ...! Kamu itu pembunuh!"Mak Yeni semakin khawatir kenapa Santi menuduh dirinya pembunuh. Dia tidak tenang, akhirnya Mak Yeni memberanikan memegang gagang pintu kamar Santi. Namun, dia tidak berani masuk ke dalam. Dia takut kalau masuk ke dalam kamar seseorang tanpa ada izin dituduh kurang sopan. Akhirnya Mak Yeni mengurungkan niatnya."Ada apa, M
Read more

Part 49C

Santi menghunus gunting ke tubuh Mak Yeni. Namun, Mak Yeni berhasil menghindar. Kalau Mak Yeni tidak sigap menghindar. Mungkin dia sudah terluka. Bahkan bisa jadi meninggal di tempat."Apa yang kamu lakukan, Santi?!" bentak Aryo.Arya dan Mak Yeni heran kenapa ada Aryo. Kehadirannya laksana jelangkung, datang tidak diundang. Pulang tidak diantar."Pergi kalian dari rumahku ini!"Semua mata saling adu pandang. Suasana semakin panas. Arya semakin bingung tentang kehadiran Dion dan saudara kembarnya, Arya.'Ada apa dengan Santi? Kenapa dia seperti depresi?' tanya Arya dalam hati.Arya bertanya-tanya. Sebenarnya dia merasa kasihan melihat Santi yang selalu diperdaya Aryo dan Meli selama ini."Mak Yeni! Pergi dari rumahku ini! Pergi ...!"Sorot mata Santi sangat tajam melihat Mak Yeni."Tidak anak, tidak kamu, sama saja! Kalian ingin menguras hartaku. Kalau mau kaya, kerja dong!" Mak Yeni diam seribu bahasa, dia
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status