"Kalau begitu silahkan tunggu kedatangan kami. Jangan biarkan malingnya melarikan diri."
"Baik, Pak! Terima kasih. Selamat siang."
Santi mengakhiri teleponnya. Ia meletakkan ponselnya di atas meja. Santi menghampiri Dion dengan tatapan sinis. Satunya sengaja ia angkat ke atas.
"Sa-Santi! Aku mohon jangan jebloskan aku ke dalam penjara. Aku tidak mau mati di dalam jeruji besi."
Dion bersimpuh di kaki Santi. Air matanya terus mengalir tanpa henti.
"Kamu kira aku merasa iba kepada seorang pencuri kelas kakap! Keputusanku sudah bulat. Jangan harap aku bisa berubah pikiran. Saran aku kepadamu, jangan pernah mengkhianati kepercayaan seseorang. Sekali kamu mencoba berkhianat, seumur hidup dia bakalan benci dan tidak percaya lagi kepada kamu, paham!"
"To-tolong beri kesempatan terkahir kepada aku, Santi. Aku mohon dengan sangat."
Dion terus berusaha memohon dan merayu Santi. Namun, Santi tidak berubah pikiran dan tidak luluh sama sekali
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 48: Kehadiran Mak Yeni"Assalamualaikum, permisi!" panggil Mak Yeni sambil menggedor pagar rumah.Santi tidak menjawab salam dari Mak Yeni. Ia tetap melangkah dan menghampiri wanita itu."Apa benar ini alamat rumah Santi?" tanya Mak Tenis setelah Santi sudah dekat dengan dia."Iya. Kamu itu siapa?!" tanya Santi cuek.Mak Yeni menghela napas lalu mengelus dadanya. Seumur-umurnya baru kali ini dia diperlakukan orang lain seperti ini."A-aku ini ibunya Meli, mertua Nak Aryo."Darah Santi semakin mendidih. Dadanya bergemuruh. Belum selesai masalah satu, sudah muncul masalah baru."Ada apa kemari? Terus tahu dari mana alamat rumahku ini?!" tanya Santi.Santi buang muka. Ia melangkah menghampiri bunga rose yang sedang mekar. Ia membawa bunga rose itu ke hadapan Mak Yeni."Kamu lihat bunga rose ini? Cantik, harum dan sangat indah. Namun, itu semua tid
Santi menatap wajah Aryo. Ada sedikit rasa cemburu ketika Aryo perhatian kepada Meli. Sudah seperti ini keadaan Aryo, masih saja tidak peduli kepada Santi. Itu sebabnya Santi merasa tidak dianggap. Walaupun ia dan Aryo sudah berpisah."Masih saja kamu perhatian sama Meli? Dia saja nggak ada lagi perhatian sama kamu.""Wajar dong aku mengetahui kabar Meli. Aku ini masih suaminya."Santi mau muntah mendengar perkataan Aryo. Dion dan Arya datang menghampiri Santi dan Arya. Sementara Mak Yeni masih saja di luar pagar rumah."Ada apa ini?" tanya Arya.Arya terus melangkah menghampiri Santi. Santi menjauh dan buang muka. Arya heran kenapa Santi buang muka."Aku ini ibunya Meli," sahut Mak Yeni. Matanya berkedip-kedip seperti kelilipan.Mak Yeni sadar, kalau saudara yang berbuat salah kepada seseorang, pasti kena imbasnya kepada orang yang tidak bersalah."Siapa Meli? Ada hubungan apa kepada Santi dan Aryo?" tanya Arya.Arya me
"Aku sudah mengetahui semua permasalahan rumah tanggamu, Santi. Aku harap, dengan kejadian ini. Kamu lebih muhasabah diri untuk berubah ke arah yang lebih baik."Santi berpikir sejenak, hatinya yang panas kini menjadi adem. Amarah yang mulai membakar jiwanya, kini redup laksana disiram air zam-zam.Tidak ada hujan, tidak ada angin. Santi melangkah ke masuk ke dalam rumah. Aryo, Arya, Dion dan Mak Yeni heran melihat ulah Santi.Tidak berapa lama, Santi keluar dari dalam rumah dengan wajah tidak bersemangat.Ia langsung membuka pagar rumah."Silahkan masuk, Bu!"Suasana hening seketika, suara adzan telah berkumandang menandakan magrib telah tiba. Perasaan Mak Yeni sedikit lega. Dia mengucap istighfar karena sudah dikasih izin masuk ke dalam rumah.Suara klakson mobil terdengar kuat memekakkan telinga. Mak Yeni terkejut mendenga
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 49: TernyataSanti terkejut melihat Dion duduk di ruang tamu."Kenapa terkejut melihat aku ada di rumah ini?" tanya Dion.Bola mata Santi berputar-putar. Ia masih saja terus berpikir. Seingatnya Dion, Arya dan Aryo tidak di rumahnya tidur. Terus kunci pagar sudah ia tarik dari Dion.Dion duduk santai di atas sofa dan mengangkat kakinya sebelah sambil digoyang-goyang. Dia mengukir senyum melihat Santi heran dan pusing."Aku kira kamu pintar! Ternyata kamu bodoh!" ledek Dion."Apa maksud kamu ngatain aku bodoh! Hah!" balas Santi.Santi tidak terima kalau dirinya dibilang bodoh. Ia melangkahkan kakinya menghampiri Dion. Rahangnya sudah mengeras ingin menampar wajah Dion."Dasar manusia tidak tahu di untung! Kamu kira bisa selamat dariku."Santi masih saja tersulut emosi. Namun, ia masih bisa mengontrol amarahnya yang telah membakar akal sehatnya.
"Selamat jalan Santi ke neraka!" bisik Mak Yeni ke daun telinga Santi."Argh ...! Tidak ...!"Santi tersentak bangun dari tidurnya. Napasnya ngos-ngosan. Keringatnya mengalir deras membasahi bajunya. Rambutnya awut-awutan. Mulutnya komat-kamit mengucap istighfar."Kamu kenapa, Santi?" tanya Mak Yeni dari depan pintu kamarnya.Santi langsung menatap tajam ke arah pintu kamar. "Jangan mendekat! Aku tidak mau bicara sama pembunuh! Pergi ...!"Matanya hampir saja mau keluar dari sarangnya. Wajahnya pucat pasi akibat ketakutan. Ia tidak mau kalau mimpinya jadi kenyataan."Pergi ...! Kamu itu pembunuh!"Mak Yeni semakin khawatir kenapa Santi menuduh dirinya pembunuh. Dia tidak tenang, akhirnya Mak Yeni memberanikan memegang gagang pintu kamar Santi. Namun, dia tidak berani masuk ke dalam. Dia takut kalau masuk ke dalam kamar seseorang tanpa ada izin dituduh kurang sopan. Akhirnya Mak Yeni mengurungkan niatnya."Ada apa, M
Santi menghunus gunting ke tubuh Mak Yeni. Namun, Mak Yeni berhasil menghindar. Kalau Mak Yeni tidak sigap menghindar. Mungkin dia sudah terluka. Bahkan bisa jadi meninggal di tempat."Apa yang kamu lakukan, Santi?!" bentak Aryo.Arya dan Mak Yeni heran kenapa ada Aryo. Kehadirannya laksana jelangkung, datang tidak diundang. Pulang tidak diantar."Pergi kalian dari rumahku ini!"Semua mata saling adu pandang. Suasana semakin panas. Arya semakin bingung tentang kehadiran Dion dan saudara kembarnya, Arya.'Ada apa dengan Santi? Kenapa dia seperti depresi?' tanya Arya dalam hati.Arya bertanya-tanya. Sebenarnya dia merasa kasihan melihat Santi yang selalu diperdaya Aryo dan Meli selama ini."Mak Yeni! Pergi dari rumahku ini! Pergi ...!"Sorot mata Santi sangat tajam melihat Mak Yeni."Tidak anak, tidak kamu, sama saja! Kalian ingin menguras hartaku. Kalau mau kaya, kerja dong!"Mak Yeni diam seribu bahasa, dia
"Sudah dua bulan. Meli divonis dokter kanker rahim. Penyakit yang dia derita sudah tidak bisa diobati lagi.""Lebih bagus dia mati sekarang juga, daripada hidup. Kehadirannya ke muka bumi ini selalu meresahkan!" sentak Santi.Aryo tidak terima perkataan Santi kepada Meli."Lebih bagus kamu diam, Santi! Walau bagaimanapun, Meli itu manusia. Dia itu istriku, dengan kata lain Meli itu madu kamu."Darah Santi mendidih mendengar ucapan Aryo. Dia sudah tidak sabar lagi menghadapi Aryo, Meli dan Mak Yeni."Dasar suami tidak bertanggungjawab! Kamu itu pria tidak berguna!"Santi memukul kepala Aryo dengan tangannya, Aryo kewalahan. Tidak tahu kenapa, Aryo lemah kali ini dan tidak bisa berkutik."Lepaskan, Santi! Kamu itu jangan bodoh!"Aryo meronta dan terus berusaha menghindar dari terkaman Santi.Arya hanya melihat adegan yang terjadi di depan mata kepalanya. Sementara Dion sudah pergi lari membawa kabur benda berharga yang bis
Mak Yeni mengedarkan pandangannya mencari Santi."Santi itu bodoh, Mak! Pokoknya Umak pura-pura sakit atau pasang wajah memelas. Biar dia iba dan kasihan kepada Umak. Bilang saja kalau aku sakit atau apa lah. Pokoknya aku nggak mau tahu, minggu ini aku mau ke Bali. Jadi, aku butuh modal buat hura-hura di sana!" jelas Meli panjang kali lebar.Mak Yeni menghela napas sambil mengedipkan matanya. Nafsu Meli membuat segala macam cara dihalalkannya."I-iya," jawab Mak Yeni."Ooo ... Jadi kamu dan Meli sekongkol?! Kamu kira bisa mengelabui aku? Hah!" bentak Santi.Santi menjewer daun telinga Mak Yeni. Ia sudah tidak peduli lagi usia Mak Yeni yang sudah senja. Prinsipnya, kalau dia salah. Maka harus dikasih pelajaran."Betul kata pepatah itu, buah mangga tidak jauh jatuh dari pohonnya. Berarti, kamu juga dulu seperti ini. Itu sebabnya, Meli juga menghalalkan segala macam cara demi mendapat kesenangan dan kekayaan walaupun itu tidak baik cara meraihn