Santi menatap wajah Aryo. Ada sedikit rasa cemburu ketika Aryo perhatian kepada Meli. Sudah seperti ini keadaan Aryo, masih saja tidak peduli kepada Santi. Itu sebabnya Santi merasa tidak dianggap. Walaupun ia dan Aryo sudah berpisah.
"Masih saja kamu perhatian sama Meli? Dia saja nggak ada lagi perhatian sama kamu."
"Wajar dong aku mengetahui kabar Meli. Aku ini masih suaminya."
Santi mau muntah mendengar perkataan Aryo. Dion dan Arya datang menghampiri Santi dan Arya. Sementara Mak Yeni masih saja di luar pagar rumah.
"Ada apa ini?" tanya Arya.
Arya terus melangkah menghampiri Santi. Santi menjauh dan buang muka. Arya heran kenapa Santi buang muka.
"Aku ini ibunya Meli," sahut Mak Yeni. Matanya berkedip-kedip seperti kelilipan.
Mak Yeni sadar, kalau saudara yang berbuat salah kepada seseorang, pasti kena imbasnya kepada orang yang tidak bersalah.
"Siapa Meli? Ada hubungan apa kepada Santi dan Aryo?" tanya Arya.
Arya me
"Aku sudah mengetahui semua permasalahan rumah tanggamu, Santi. Aku harap, dengan kejadian ini. Kamu lebih muhasabah diri untuk berubah ke arah yang lebih baik."Santi berpikir sejenak, hatinya yang panas kini menjadi adem. Amarah yang mulai membakar jiwanya, kini redup laksana disiram air zam-zam.Tidak ada hujan, tidak ada angin. Santi melangkah ke masuk ke dalam rumah. Aryo, Arya, Dion dan Mak Yeni heran melihat ulah Santi.Tidak berapa lama, Santi keluar dari dalam rumah dengan wajah tidak bersemangat.Ia langsung membuka pagar rumah."Silahkan masuk, Bu!"Suasana hening seketika, suara adzan telah berkumandang menandakan magrib telah tiba. Perasaan Mak Yeni sedikit lega. Dia mengucap istighfar karena sudah dikasih izin masuk ke dalam rumah.Suara klakson mobil terdengar kuat memekakkan telinga. Mak Yeni terkejut mendenga
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 49: TernyataSanti terkejut melihat Dion duduk di ruang tamu."Kenapa terkejut melihat aku ada di rumah ini?" tanya Dion.Bola mata Santi berputar-putar. Ia masih saja terus berpikir. Seingatnya Dion, Arya dan Aryo tidak di rumahnya tidur. Terus kunci pagar sudah ia tarik dari Dion.Dion duduk santai di atas sofa dan mengangkat kakinya sebelah sambil digoyang-goyang. Dia mengukir senyum melihat Santi heran dan pusing."Aku kira kamu pintar! Ternyata kamu bodoh!" ledek Dion."Apa maksud kamu ngatain aku bodoh! Hah!" balas Santi.Santi tidak terima kalau dirinya dibilang bodoh. Ia melangkahkan kakinya menghampiri Dion. Rahangnya sudah mengeras ingin menampar wajah Dion."Dasar manusia tidak tahu di untung! Kamu kira bisa selamat dariku."Santi masih saja tersulut emosi. Namun, ia masih bisa mengontrol amarahnya yang telah membakar akal sehatnya.
"Selamat jalan Santi ke neraka!" bisik Mak Yeni ke daun telinga Santi."Argh ...! Tidak ...!"Santi tersentak bangun dari tidurnya. Napasnya ngos-ngosan. Keringatnya mengalir deras membasahi bajunya. Rambutnya awut-awutan. Mulutnya komat-kamit mengucap istighfar."Kamu kenapa, Santi?" tanya Mak Yeni dari depan pintu kamarnya.Santi langsung menatap tajam ke arah pintu kamar. "Jangan mendekat! Aku tidak mau bicara sama pembunuh! Pergi ...!"Matanya hampir saja mau keluar dari sarangnya. Wajahnya pucat pasi akibat ketakutan. Ia tidak mau kalau mimpinya jadi kenyataan."Pergi ...! Kamu itu pembunuh!"Mak Yeni semakin khawatir kenapa Santi menuduh dirinya pembunuh. Dia tidak tenang, akhirnya Mak Yeni memberanikan memegang gagang pintu kamar Santi. Namun, dia tidak berani masuk ke dalam. Dia takut kalau masuk ke dalam kamar seseorang tanpa ada izin dituduh kurang sopan. Akhirnya Mak Yeni mengurungkan niatnya."Ada apa, M
Santi menghunus gunting ke tubuh Mak Yeni. Namun, Mak Yeni berhasil menghindar. Kalau Mak Yeni tidak sigap menghindar. Mungkin dia sudah terluka. Bahkan bisa jadi meninggal di tempat."Apa yang kamu lakukan, Santi?!" bentak Aryo.Arya dan Mak Yeni heran kenapa ada Aryo. Kehadirannya laksana jelangkung, datang tidak diundang. Pulang tidak diantar."Pergi kalian dari rumahku ini!"Semua mata saling adu pandang. Suasana semakin panas. Arya semakin bingung tentang kehadiran Dion dan saudara kembarnya, Arya.'Ada apa dengan Santi? Kenapa dia seperti depresi?' tanya Arya dalam hati.Arya bertanya-tanya. Sebenarnya dia merasa kasihan melihat Santi yang selalu diperdaya Aryo dan Meli selama ini."Mak Yeni! Pergi dari rumahku ini! Pergi ...!"Sorot mata Santi sangat tajam melihat Mak Yeni."Tidak anak, tidak kamu, sama saja! Kalian ingin menguras hartaku. Kalau mau kaya, kerja dong!"Mak Yeni diam seribu bahasa, dia
"Sudah dua bulan. Meli divonis dokter kanker rahim. Penyakit yang dia derita sudah tidak bisa diobati lagi.""Lebih bagus dia mati sekarang juga, daripada hidup. Kehadirannya ke muka bumi ini selalu meresahkan!" sentak Santi.Aryo tidak terima perkataan Santi kepada Meli."Lebih bagus kamu diam, Santi! Walau bagaimanapun, Meli itu manusia. Dia itu istriku, dengan kata lain Meli itu madu kamu."Darah Santi mendidih mendengar ucapan Aryo. Dia sudah tidak sabar lagi menghadapi Aryo, Meli dan Mak Yeni."Dasar suami tidak bertanggungjawab! Kamu itu pria tidak berguna!"Santi memukul kepala Aryo dengan tangannya, Aryo kewalahan. Tidak tahu kenapa, Aryo lemah kali ini dan tidak bisa berkutik."Lepaskan, Santi! Kamu itu jangan bodoh!"Aryo meronta dan terus berusaha menghindar dari terkaman Santi.Arya hanya melihat adegan yang terjadi di depan mata kepalanya. Sementara Dion sudah pergi lari membawa kabur benda berharga yang bis
Mak Yeni mengedarkan pandangannya mencari Santi."Santi itu bodoh, Mak! Pokoknya Umak pura-pura sakit atau pasang wajah memelas. Biar dia iba dan kasihan kepada Umak. Bilang saja kalau aku sakit atau apa lah. Pokoknya aku nggak mau tahu, minggu ini aku mau ke Bali. Jadi, aku butuh modal buat hura-hura di sana!" jelas Meli panjang kali lebar.Mak Yeni menghela napas sambil mengedipkan matanya. Nafsu Meli membuat segala macam cara dihalalkannya."I-iya," jawab Mak Yeni."Ooo ... Jadi kamu dan Meli sekongkol?! Kamu kira bisa mengelabui aku? Hah!" bentak Santi.Santi menjewer daun telinga Mak Yeni. Ia sudah tidak peduli lagi usia Mak Yeni yang sudah senja. Prinsipnya, kalau dia salah. Maka harus dikasih pelajaran."Betul kata pepatah itu, buah mangga tidak jauh jatuh dari pohonnya. Berarti, kamu juga dulu seperti ini. Itu sebabnya, Meli juga menghalalkan segala macam cara demi mendapat kesenangan dan kekayaan walaupun itu tidak baik cara meraihn
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 50: Salah Sasaran "Iya! Ini aku?" jawab Ayu. "Kenapa kamu bisa di sini?" tanya Santi kembali. Santi semakin tidak mengerti teka-teki yang diberikan Meli, Mak Yeni, dan Ayu. Arya geleng kepala melihat Ayu yang begitu lancang menampar orang tua. "Ayu!" ujar Mak Yeni. Ayu mengedipkan matanya. Dia memberi kode kepada Mak Yeni agar ibunya mengerti apa maksudnya. "Dari dahulu sudah aku bilang! Jangan pernah mengikuti perintah Meli. Dia itu sudah gila, Mak!" seru Ayu. 'Kenapa Ayu menampar wajah Mak Yeni? Ada apa gerangan?' ucap Santi dalam hati. "Aa-aku itu sudah tidak ada pilihan lain. Aku tidak mau Meli berbuat nekad dan diluar batas akal sehatnya." "Emangnya, Meli kenapa Mak?" tanya Ayu. Mak Yeni berpikir sejenak. Perlahan dia melangkah menjauh dari Ayu. Matanya mulai berembun, seketika dia teringat pesan Meli. "Me-Meli itu
Ayu tidak menyangka kalau Arya yang akan menjadi korban. Padahal niatnya ingin mencelakai Santi.Mak Yeni, Dion dan Arya ikut lari. Sementara Arya masih terkapar dan meringkuk kesakitan."Mas Arya!" teriak Santi.Pandangan Arya mulai berkunang-kunang. Rasa sakit yang dia alami tidak seperti biasanya."Mas Arya! Ka-kamu nggak kenapa-kenapa?" tanya Santi.Santi tidak tahu harus berbuat apa. Sementara di dalam rumah Santi cuma ada dirinya dan Arya.Aryo berhenti sejenak. Di benaknya terlintas ide cemerlang."Berhenti! Aku ada ide."Mak Yeni, Ayu dan Dion tiba-tiba berhenti. Pandangan mereka semua tertuju kepada Aryo."Bagaimana kalau kita memperalat keadaan yang ada."Mak Yeni, Dion dan Ayu heran dan saling adu pandang. Mereka tidak mengerti maksud dan tujuan Aryo."Maksud kamu apa?!" tanya Dion.Dion memberanikan diri dan menghampiri Aryo."Sekarang di dalam rumah ada saudara kemba
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 57: Pernikahan Aryo dan SantiPagi telah menyapa bumi. Meli baru saja bangun. Dia hendak membuat konten untuk i***a storie di salah satu akun media sosial. Perlahan dia beranjak dari atas ranjang menuju lemari riasnya."Astagfirullah! Ti-tidak ini tidak mungkin!" umpat Meli dengan panik.Meli tidak menyangka kalau wajahnya bisa jelek seperti itu. 'Ya Tuhan! Apa yang terjadi?' tanya Meli dalam hati.Meli memeriksa kotak kosmetik yang dia pakai sebelum tidur. Pelan-pelan dibacanya, ternyata cream pemutih itu cocok untuk dipakai di pagi hari. "Ke-kenapa aku salah cream. Tidak ... Aragh ...!" Meli melempar botol kosmetik yang dia pakai. Padahal, siang ini dia mau bertemu dengan owner kosmetik brand lain dan outer model baru."Tidak, aku tidak mau cacat seumur hidup," umpat Meli kembali.Meli sudah menerima uang dari beberapa owner yang akan dia jumpai. Kalau sudah seperti ini, reputasinya bisa hancur.Perlahan dia mencari kotak perseginya, tid
Meli duduk, dia membuka kotak make up nya lalu berkaca sambil mengoles lipstik ke bibirnya. Meli belakangan ini memakai alat make up hasil dari endorse. Dia sekarang sudah menjadi selebgram. Mukanya sangat glowing berkat make up yang dia terima. "Tunggu sebentar!" ucap Muliadi. Meli tidak menghiraukan perkataan Muliadi. Dia asyik memoles wajahnya sambil membuat konten. Tidak berapa lama, Mak Yeni dan Ayu datang dengan kedua tangan diborgol ke belakang. Mak Yeni hampir tidak mengenal wajah Meli. "Kamu siapa?" tanya Mak Yeni. "Aku ini buah hatimu, Mak. Masa nggak kenal dengan aku. Aku ini Meli." Meli merasa sakit hati melihat Mak Yeni yang tidak mengenali dirinya. Perlahan dia menghela napas. Dia mencoba memaklumi perkataan ibunya. "Meli bukan seperti ini cantiknya! Aku yakin ini bukan kamu." Meli menatap wajah Ayu. Ayu hanya bisa menunduk, seketika dia teringat akan dosa yang pernah dia lakukan keti
Dia ambruk ke lantai karena tersenggol Aryo."Kalau jalan pakai mata dong!"Santi menatap ke arah suara itu. Ia melihat kalau wanita itu Meli.'Meli! Ngapain dia kemari?' tanya Santi dalam hati. Ia lupa kalau Mak Yeni dan Ayu di tahan di dalam penjara.Santi langsung tersulut emosi. Dadanya mendidih dan ia ingin menampar wajah Meli. Tanpa sadar dan tidak bisa mengontrol emosinya. Ia bangkit dan berjalan menghampiri Meli dengan wajah memerah."Dasar wanita pelakor! Masih saja kamu bangga berlenggak lenggok ke sana kemari mencari mangsa."Meli melihat wajah Santi. Dia mengernyitkan dahi."Santi! Kamu ngapain di sini?""Bukan urusanmu," jawab Santi cuek.Santi melipat kedua tangannya lalu meletakkannya sejajar dengan dada. Ia berlagak angkuh kepada Meli."Idih ... Idih ... Bisa juga kamu cuek iya.""Aku bukan Santi yang dulu asal kamu tahu, paham!" balas Santi.Aryo menghampiri Santi dan w
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 56: Mulai Menyesal"Bukan kah kamu sudah diberi teguran sama yang maha esa berkali-kali. Terus kenapa kamu tidak ada niat untuk berubah ke arah yang lebih baik?" tanya Santi."Namanya juga manusia. Ketika ditegur lewat penyakit, lewat barang berharga hilang atau masalah datang bertubi, pasti ingin segera taubat pada saat itu. Namun, cuma saat itu. Ketika sudah sembuh atau masalah selesai sudah tidak ingin lagi bertaubat."Arya menghela napas, dia tidak tahu kenapa bisa berkata seperti itu."Siapa yang berkata itu? Kamu atau siapa?" tanya Arya."Mohon maaf waktu besuk tinggal lima menit. Silahkan dipersingkat pembicaraannya," ucap Muliadi.Aryo belum sempat mencurahkan isi hatinya selama di dalam penjara. Kalau pertama kali masuk penjara cuma seminggu. Kalau yang ke dua ini sudah satu bulan lebih. Tubuhnya kelihatan kurus kerempeng seolah tidak terurus.
Tidak berapa lama, akhirnya mobil Santi tiba di parkiran penjara."Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di sini" ucap Santi."What! Kita sudah sampai tan?"Santi diam, ia hanya melirik Ardi dari kaca spion."Cepat turun dari dalam mobil. Waktu kita tidak banyak di sini."Ardi, Arya dan Santi berjalan menuju ruang informasi untuk meminta izin bertemu dengan salah satu tahanan.Di sudut lorong, hanya beberapa orang saja yang lewat. Namun, kendaraan roda dua memadati parkiran."Ada yang bisa aku bantu, bu?" tanya salah satu polisi.Di name tag nya terbordir atas nama Muliadi."Maaf, Pak. Aku, Mas Arya dan Ardi mau besuk kawan kami yang sedang mendekam di balik jeruji besi," ucap Santi.Matanya Santi melihat ke sana kemari memperhatikan situasi sekitar. Baru pertama kali ini ia ke kantor polisi."Atas nama siapa, Bu, Pak?" tanya Muliadi lembut. Dia masih setia dan menjunjung tinggi excellent service kepada konsu
Ardi duduk di samping Arya. Dia sibuk mengotak-atik ponsel miliknya.Sudah lima belas menit Arya dan Ardi menunggu, Santi belum datang juga. Akhirnya rasa bosan menunggu kini menyapa Arya dan Ardi. Ardi sampai mengantuk menunggu kehadiran Santi.Tanpa sadar, Ardi ngantuk sangking lamanya menunggu. Tidak berapa lama, Santi datang."Gerak yuk!" ucap Santi.Santi melangkah gontai menghampiri Ardi dan Arya. Sementara Ardi sudah berlabuh ke pulau seribu."Ardi! Kamu kok malah ngorok?" tanya Santi.Santi sudah dandan cantik, malah Ardi molor menjelajahi dunia mimpi."Woi! Bangun!"Ardi tersentak bangun. "Kita sudah sampai, Tan?" tanya dia."Sampai ke Hongkong."Ardi melihat ke seluruh sudut rumah. Dia masih antara sadar dan tidak."Lah, rupanya kita masih di sini.""Iya. Ayo kita berangkat."Arya hanya bisa menahan senyum melihat ulah Santi dan Ardi. Dia takut keceplosan ketawa sangking lucunya ulah
Kini sudah tidak lama lagi hari H akan tiba. Arya sudah sibuk mengingat-ingat siapa saja yang layak diundang."Oh, San. Aryo kita undang tidak?" tanya Arya kepada Santi.Arya, Santi dan Ardi sedang menulis nama yang akan diundang pada acara resepsi pernikahannya."Emangnya apa boleh dia keluar?""Kurang tahu juga sih."Arya berharap saudara kandungnya bisa menghadiri resepsi pernikahan nya bersama Santi. Dia tidak ada niat untuk membalas dendam atau apa. Hanya Aryo lah satu-satunya keluarganya yang masih hidup. Selain itu sudah tidak ada lagi."Bagaimana kalau kita ke lapas sekarang. Hitung-hitung besuk dia untuk mempererat jalinan tali silaturahmi. Sudah kama aku dan Aryo tidak bersua," tanya Arya.Arya takut kalau Santi tersinggung. Itu sebabnya dia langsung menundukkan pandangannya."Bo-boleh, kenapa aku melarang hal itu. Lagi pula itu hal wajar.""Aku boleh ikut nggak, Tan?" tanya Ardi spontan.San
"Pokoknya Mbak Shela pasti pulang. Aku jamin, Om.""Baiklah."Arya senyum senyum membayangkan bagaimana nantinya aktingnya dengan Shela dan Ardi.Flash back off****"Kalian semua jahat!" amuk Santi.Santi tersipu malu. Ternyata ia dikerjain mereka semua. Perlahan ia menyusut air matanya yang sudah terlanjur jatuh membasahi pipinya. Malu, sedih dan bahagia bercampur menjadi satu. Namun, ia mencoba tersenyum walaupun dirinya telah dikerjai mereka bertiga."Maafkan aku, San. Ini semua ide aku. Maafkan aku sudah terlanjur melukai perasaanmu. Aku hanya ingin melihat seberapa tulusnya kamu menerima diriku sebagai imam kamu.""Cukup! Hentikan semua drama kamu itu, Mas!" amuk Santi. Ia tidak mau kalau Arya berakting lagi.Arya tersenyum walaupun rasa sakit masih belum reda dari pelipisnya."Aku ini
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 55: Ide Awal"Ide apa, Om?!" tanya Ardi."Mari sini tak bisikin."Arya membisikkan idenya ke daun telinganya. Ardi senyam-senyum mendengar penjelasan Arya."Wah ide bagus.""Terus, kita berdua saja yang memberikan kejutan kepada Tante?" tanya Ardi.Arya bingung, dia tidak tahu siapa lagi kawan mereka yang ikut serta mengerjai Santi."Bagaimana kalau aku telepon Mbak Shela. Aku rasa dia pasti mau pulang kemari.""Shela siapa? Dan dia emangnya di mana sekarang?" cecar Arya.Arya masih terus terbaring di atas berangkat dan jarum infus masih menusuk di tangannya. Suara jam dinding berbunyi merdu menghibur suasana di dalam kamar Arya membuat mereka berdua semakin seru memikirkan ide apa yang akan diberikan kepada Santi pada saat ulang tahun nanti."Mbak Shela itu kakak sepupu aku. Ibuku dengan ibunya Mbak Shela kakak adik. Ibunya Mbak Shela anak per