All Chapters of Love Me, Sersan!: Chapter 71 - Chapter 80
105 Chapters
Season 2 Bagian 26. Karena Aku Juga Cinta
Aku melangkah kesal sambil sedikit menghentakkan kaki setelah keluar dari ruangan Komandan Kompi. Sepanjang perjalanan pulang dari kesatuan, aku tak putus mengomel. "Ada berapa banyak lagi pejabat yang akan kita hadap?" tanyaku dongkol."Memangnya kenapa?" Ringan, ia balik bertanya tanpa langsung menjawab pertanyaanku. Kebiasaan buruk."Berapa banyak lagi?" kejarku."Lumayan.""Lumayan? Berarti masih banyak?""Iya, dari kesatuan sini sampai nanti ke Kodam," balasnya tetap ringan. Aku mendengkus mengetahui jawabannya."Apa setiap pejabat yang dihadap harus bertanya hal-hal seperti itu?""Mungkin. Memangnya kenapa?""Capek, ah," sungutku malas."Capek?""Iya. Enggak usah nikah kantor saja lah. Cukup begini saja. Enggak perlu lah nikah kantor segala. Untuk apa, sih?"Laki-laki itu tidak menjawab. Ia tetap melajukan sepeda motornya dengan tenang, membuatku semakin kesal."Mas!""Kita bicarakan di rumah," sahutnya membuatku mendengkus tidak sabar.Sesampai di rumah, aku melangkah dengan k
Read more
Season 2 Bagian 27. Perjalanan Ke Pontianak
Setelah mendapat izin dari pimpinan satuan kerja masing-masing, besok rencananya aku dan Mas Farel akan bertolak ke Pontianak guna melanjutkan serangkaian urusan nikah kantor kami yang masih tersisa.Belum berangkat, rasaku sudah tidak karuan. Bahkan badan serasa panas dingin.Ada dua hal besar yang menungguku di sana. Yang pertama serangkaian urusan nikah kantor yang membuat jantung selalu berdegup takut saat masuk di setiap sesi, dan yang kedua yang paling mendebarkan serta membuatku nervous sejak awal adalah pertemuan dengan keluarga besar mertua. Baru membayangkan pertemuannya saja nyaliku sudah menciut. Bagaimana jika benar-benar sudah bertemu? Walaupun tempo hari pernah berkomunikasi melalui video call, bertemu langsung untuk pertama kali tetap membuatku gugup.Malam ini aku bahkan tidak bisa tidur, sibuk memikirkan akan seperti apa sikapku di depan Ayah dan Mama mertua nanti. Sejak tadi aku hanya gelimpak gelimpuk, miring ke kanan, telentang, miring ke kiri, lalu berulang posi
Read more
Season 2 Bagian 28. Tentang Keluarga Farel
Udara pagi yang dingin, ditambah semalam kurang tidur membuatku mengantuk dengan cepat. Beberapa kali helm yang kupakai beradu dengan helm Mas Farel. Bahkan pegangan tanganku sempat terlepas dari pinggangnya. Aku nyaris terjatuh jika dia tidak memiliki refleks yang kuat dan berhasil menangkap tanganku."Kita istirahat dulu di depan, ya," ucapnya setelah mengurangi laju kendaraan. "Iya." Aku mengangguk.Di tepi jalan sebelum memasuki Kota Mempawah, setelah lebih satu jam menempuh perjalanan, terdapat banyak tempat persinggahan yang didirikan penduduk dengan latar panorama laut sebagai pemandangan.Tempat ini sangat nyaman dan strategis untuk dijadikan rest area. Beberapa tempat pun di desain berbentuk lesehan yang sekaligus bisa digunakan sebagai tempat tiduran bagi pengendara yang lelah dan mengantuk."Ayo." Dia mengajakku turun dari sepeda motor, menggandengku menuju salah satu tempat yang nyaman untuk melepas penat."Mau tidur dulu?" tanyanya setelah kami sampai pada tempat yang dit
Read more
Season 2 Bagian 29. Kita Langsung Bulan Madu Bagaimana?
"Uhuk!"Aku tersedak, sama sekali tidak menyangka dengan kalimat yang baru saja dia ucapkan, benar-benar surprise dan membuat nervous."Hanum." Laki-laki itu tampak terkejut. Tangannya refleks menepuk-nepuk punggungku, berharap dapat membuatku nyaman sehingga tersedakku berhenti. Akan tetapi, usahanya gagal. "Kenapa?" tanyanya agak panik ketika aku terus terbatuk hingga wajahku terasa panas dan mataku berair. Ia lantas sedikit berteriak memanggil pemilik rest area dan memesan air mineral."Minum dulu," ujarnya setelah karyawan membawa sebotol minuman mineral pada kami. Laki-laki itu segera mengarahkan botol yang tutupnya sudah ia buka padaku.Aku lekas meneguk beberapa, hingga tenggorokan yang terasa tidak nyaman, berangsur lega."Sudah enakan?" tanyanya setelah batukku sedikit mereda. "Iya." Aku mengangguk."Minum lagi?" Ia mengulurkan kembali botol minuman itu padaku."Enggak. Udah." Aku menolak."Kenapa, kok, tiba-tiba tersedak," tanyanya khawatir. Ibu jarinya mengusap sudut matak
Read more
Season 2 Bagian 30. Hadiah dari Ayah Mertua
Sebelum masuk waktu Zuhur, akhirnya kami tiba di Pontianak. Jantungku berpacu kian cepat seiring gerak kendaraan yang melaju menyisiri jalanan kota. Badanku panas dingin, sementara telapak tangan sudah sedingin es. Tubuhku langsung 'nderedeg' ketika sepeda motor yang Mas Farel kendarai memasuki sebuah rumah yang memiliki pekarangan cukup luas. "Ayo, Sayang." Ia tersenyum sambil mengulurkan tangan saat melihatku hanya berdiri terpaku di tempat."Rumah orang tua kamu di sini, Mas?" tanyaku meyakinkan. Tiba-tiba aku berharap perjalanan kami masih jauh, rumah kedua orang tuanya bukan di sini."Iya." Jawabannya memupus harapan absurd-ku."Ayo, masuk. Mereka pasti sudah menunggu di dalam," ujarnya."Aku takut, Mas," ungkapku jujur. Tidak ada kesempatan lagi untuk jaga image di depan laki-laki itu."Tidak usah takut," balasnya mencoba menenangkan."Bagaimana kalau Ayah, Mama, dan adik-adik, Mas, tidak menyukaiku?""Insya Allah mereka menyukaimu. Tadi waktu video call sudah lihat sendiri 'ka
Read more
Season 2 Bagian 31. Selangkah Lagi
Aku sudah tidak bisa lagi menikmati makan siang dengan nyaman. Hadiah yang diberikan Mama Anin dan Ayah Kusuma sukses membuat perasaanku tidak karuan. Rasa malu dan gugup membaur menjadi satu. Keluarga ini begitu kompak menggoda kami sebagai pasangan yang baru menikah. Mas Farel bisa menanggapi dengan santai godaan demi godaan saudara dan orangnya. Mungkin karena dia laki-laki dan sudah menjadi bagian dari keluarga ini sejak lahir. Sementara aku yang baru datang beberapa jam yang lalu, harus berjuang keras untuk bisa tenang dan mengenyahkan rasa salah tingkah. Setelah makan siang, kami semua memutuskan untuk beristirahat. Maysa dan suaminya pun memilih beristirahat di sini sebelum kembali ke kediaman mereka nanti sore. Putri bungsu Mama Anin itu masih ingin melepas rindu bersama keluarga besarnya.Mas Farel melingkarkan tangannya di pinggangku, menggandengku menuju kamarnya yang tadi kami tempati. Hatiku berdebar seiring langkah kami. Sejak pembicaraan bulan madu di rest area tadi,
Read more
Season 2 Bagian 31. Sebuah Fakta Baru
Beberapa lama kami hanyut dalam hangat yang sangat mendebarkan, hingga terdengar sayup-sayup seseorang memanggil nama laki-laki yang saat ini sedang bersamaku itu. Ia menghentikan sejenak aktivitasnya, memasang telinga dengan siaga. Suara yang kuyakini milik seorang perempuan itu semakin jelas terdengar."Siapa, Mas?" tanyaku.Aku tidak tahu sama sekali siapa orang itu. Namun, mengetahui dia seorang perempuan begitu saja hatiku tidak suka."Kamu tunggu di sini, ya. Jangan keluar." Laki-laki itu hendak beranjak."Mas!" Aku menahan geraknya."Kamu di sini saja. Jangan kemana-mana. Jangan keluar apa pun yang terjadi.""Tapi, Mas ...!""Di sini saja, Hanum. Pokoknya tidak boleh keluar!" Pungkasnya tegas. Aku terdiam, merengut kesal dalam hati. Curiga dan prasangka buruk seketika menyapa. Mengapa dia melarangku keluar? Ada hubungan apa dia dengan perempuan itu?Laki-laki itu segera keluar dari kamar, meninggalkanku yang diliputi kecewa dan sakit hati oleh sikapnya. Aku menatap punggungny
Read more
Season 2 Bagian 33. Tentang Dewi
"Hanum, masuk!" titah Mas Farel tegas. Rautnya datar. Matanya menyorotku dingin. Aku menatap tidak percaya laki-laki itu. Sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat dengan beberapa waktu lalu."Masuk!" ulangnya lagi. Meyakinkanku bahwa dia tidak sedang bercanda. "Jahat kamu, Mas!" Aku berteriak kecewa. Air mataku serta merta mengalir deras, menyampaikan begitu aku sangat terluka atas sikapnya.Kebisingan yang terjadi mengundang semua penghuni rumah keluar dari kamar masing-masing. Ayah Kusuma, Fatih, dan suami Maysa berdiri terpaku menatap kami. Sementara Mama Anin dan Maysa menghampiriku."Ayo masuk, Hanum," ucap Mama Anin sambil merangkul lembut pundakku."Iya, Mbak. Ayo kita masuk." Maysa ikut menimpali. Keduanya mengiringku kembali ke kamar Mas Farel. Aku menurut, mengikuti langkah mereka dalam diam. Namun, air mataku tak bisa diam, terus mengalir deras.Aku duduk sesenggukan di tepi tempat tidur. Semua terjadi begitu cepat dan di luar dugaan. Belum satu jam yang lalu semua
Read more
Season 2 Bagian 34. Bersihkan dengan Tanah Kuning
"Kamu tahu, Mas? Sakit sekali rasanya. Kamu telah begitu berharap banyak tentangmu sebagai seorang imam yang shalih, bertanggung jawab, penuh kasih sayang. Tapi ternyata kamu tidak ubahnya dari seorang pecundang!" Aku tergugu, membiarkan tangisku menggema di kamarnya."Kamu jahat, Mas. Apa sebenarnya mau kamu? Bahkan sepertinya Mama, Ayah, dan adik-adik kamu mengetahui semua ini. Kalian bersekongkol mengkhianatiku. Aku sakit, Mas. Sakiiit sekali." Aku meremas dada, menahan rasa yang begitu menyesak di sana."Tidak, Hanum. Tidak ada yang mengkhianati kamu," tuturnya parau."Tolong jelaskan semua ini padaku. Aku masih menuntut penjelasan. Siapa Dewi? Mas tidak pernah menceritakannya sebelumnya. Mas hanya menyebut nama Aisya."Laki-laki itu kembali bergeming. Aku menganjur napas kasar. Dia selalu diam setiap aku meminta penjelasan. Aku muak dengan sikap diamnya. "Kalau begitu biarkan aku pergi. Kita batalkan rencana pernikahan kita. Kita ini hanya menikah siri. Sangat mudah bagi kita me
Read more
Season 2 Bagian 35. Tetap Fokus
"Maafkan Farel, ya, Hanum," ucap Mama Anin. Wanita itu meraih tanganku, lalu menggenggamnya lembut.Sore itu sembari menunggu senja berlabuh, kami semua berkumpul di ruang keluarga. Suasana terasa sedikit berbeda setelah kedatangan Dewi tadi siang. Tidak sehangat dan seceria saat jam-jam pertama aku datang ke rumah ini. Saat ini suasana terasa sendu, dingin seolah dibalut kesedihan. Mungkin kenangan saat kecelakaan Mbak Nadin beberapa tahun silam terangkat kembali dengan kedatangan Dewi. Seperti yang Mas Farel sampaikan padaku, kehadiran Dewi membuka ingatannya pada tiga kecelakaan yang pernah terjadi. Barangkali demikian juga yang dirasakan anggota keluarga yang lain."Kesalahan Farel mungkin karena dia tidak bercerita jujur tentang Dewi. Tapi percayalah, Hanum, tentang kesetiaan Farel, kamu tidak perlu ragu. Sebagai orang yang telah melahirkannya, mama menjamin Farel paham bagaimana cara memuliakan seorang istri. Mama menjamin cinta dan kesetiaannya," lanjut beliau.Aku mengangguk
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status